Princess Diaries?

Menjadi Keyblade Master? Terdengar mudah.. Itulah pemikiran salah satu Keyblade Wielder di Land of Departure yang bernama Aqua. Menjadi seorang putri? Kumohon.. Tidak.

.

.


"Kau sudahan, Aqua?"

Aku menoleh ke arah pemuda berambut coklat nan kekar itu sambil mengusapkan wajahku dengan handuk kecil. Wajahnya terlihat heran melihat tingkah lakuku yang biasanya masih mau latihan sampai waktunya makan malam. Namun ini masih sore, dan aku ingat kalau aku harus bertemu dengan Master Eraqus.

"Dapat dibilang iya. Aku harus bertemu dengan Master. Lagipula, kelihatannya Ven terlihat lapar untuk melawanmu," jawabku kemudian sambil tersenyum.

Ventus yang tadinya sedang tiduran, segera bangun dengan membawa wajah layaknya orang kelaparan, "Benarkah? Oi, Terra! Tunggu pembalasanku!"

"Kau tahu, Ven? Aku mulai lelah," Terra bergumam.

Ventus memasang muka cemberut, tapi itu bukan berarti ia akan menyerah. "Bagaimana kalau kita berlomba dari sini sampai Disney Town? Lalu kembali lagi ke sini? Yang sampai duluan maka ia yang menang."

Aku sempat terkejut dengan tawaran laki-laki pirang berumur 15 tahun itu. Maksudku... Ayolah, Ven.. Terra tak mungkin

"Kenapa harus sampai Disney Town? Itu terlalu mudah. Aku tahu kalau kau lebih mudah bergerak di sana, Ven. Kutantang kau tak akan bisa mengejarku ke Deep Space," Terra justru menyeringai sambil menyiapkan keybladenya lagi. Tampaknya ia menyetujui tawaran Ven.

"Yang benar saja..," gumamku sambil memutar bola mataku seraya berjalan menjauhi mereka, menuju ke tempat Master Eraqus.

Halo, namaku Aqua dan aku berumur 19 tahun. Tidak seperti kedua orang temanku tadi yang berambut coklat dan pirang; rambutku pendek dan berwarna biru, turun melewati bahu. Bola mataku berwarna biru, seperti orang kebanyakan. Aku tinggal di Land of Departure, sebuah asrama atau mungkin sekolahaku tidak tahudimana aku, Terra, dan Ventus mengambil ujian kualifikasi di sana; untuk menjadi seorang Keyblade Master.

Memang jarang ditemukan, seorang wanita sepertiku mengikuti ujian macam itu dan bersekolah macam itu karena Keyblade Master kebanyakan pria. Namun, aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Dari aku kecil aku telah dilatih seperti ini. Lagipula, kami bertiga adalah anak yatim piatu, jadi kami telah menganggap Master seperti ayah sendiri. Aku bahagia dengan hidupku, tidak sekalipun aku pernah mengeluhkan hidupku, sungguh...

Sebenarnya, aku masih bingung apa alasan Master ingin menemuiku. Aku masih ingat dengan jelas semua detail mengenai kemarin. Hari itu tidak seperti biasanya Master pulang lebih cepat dari rapatnya. Wajahnya tampak sangat bahagia ketika melihatku. Mungkin suasana hatinya sedang baik, karena ia menyempatkan dirinya membeli banyak cemilanyang sangat disukai Vendibanding hari-hari biasanya. Aku mencoba untuk membaca tingkah lakunya, namun jujur saja.. aku tidak mengerti. Tiba-tiba saja Master memintaku untuk datang ke ruangnya esok hariyaitu hari ini.

Sesampainya di ruang kerjanya, aku tak menyangka akan melihatnya menggenggam selembar kertas berwarna putih gading nan rapi sambil menyenandungkan lagu lamanya. Ia bahkan mempersilahkanku duduk di kursi yang telah disediakan. Biasanya, Master selalu tahu cara yang tepat untuk mengajakku berbicara; selalu tegas, dan hanya sepintas. Namun kali ini, aku harus menunggu setidaknya 15 menit untuk melihatnya masih tak berkutik. Agak aneh, menurutku.

"Ah, Aqua! Apa kau tahu Castle of Dreams?" ujarnya seraya menyeruput teh susu kesukaannya yang kubuat beberapa menit yang lalu. Ia pun menuangkan teh susu tersebut ke cangkir yang lain dan memberikannya padaku.

Jujur, aku hanya terdiam memandang ke arah cangkir porselain itu, menatap teh susu itu dengan heran. Tak biasanya ia seperti ini. Lalu, Castle of Dreams? Kudengar itu adalah sebuah tempat layaknya asrama keputrian. Tunggu.. aku mulai merasakan sesuatu yang janggal di sini.

Setelah beberapa saat aku tak meminum teh susu itu, tampaknya Master mulai sadar bahwa aku menyadari ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. Setelah aku menatap langsung ke matanya, ia menghela nafas menyerah.

Master meletakkan cangkir tehnya yang telah kosong di atas meja kayunya, meletakkannya dengan hati-hati di samping berkas-berkas file kerjaannya sebelum membalas tatapan mataku. Tatapannya sedikit tidak nyamannamun tetap senangdan mengandung keraguan.

"Kau pasti tahu Lady Tremaine," ujarnya memastikan.

Aku mengangguk mendengar nama itu. Siapa yang tak tahu nama Lady tersebut? Lady yang terkenal galak kalau sudah membicarakan nilai-nilai estetika, kesopanan, dan terlebih lagi.. keputrian.

Setelah hening cukup lama, Master kembali berbicara, "Queen Minnie dengan senang hati meminta Lady Tremaine untuk mengajar seluruh putri yang akan dikirim ke Castle of Dreams dari berbagai tempat. Rumornya sih, untuk mendominasi jiwa seorang putri di kalangan wanita. Maka dari itu.."

Aku meletakkan cangkirku ke atas meja, menyimak baik-baik apa yang akan dilanjutkannya. Ternyata itu ide yang buruk. Seketika, aku tidak bisa berkata apapun, selain menatapnya tidak percaya dengan apa yang ia katakan padaku.

"Aqua, kau salah satunya."


A/N : yak ini dengan saya. Minggu yang berat tentunya -_- Darkest Moment belum kelar, ini udah dibuat.. lagi kepengen aja sih.

Jadi.. silahkan dibaca trus direview ;)

Ja ne