Karena Aku Bukan Dia
Story by ocana
Disclaimer by Fujimaki Tadatoshi
Rated : M (Mature content)
Genre : Angsty, romance
Main Pair : Akashi Seijuurou – Furihata Kouki
-I told u before about the content, so if u don't really like this fuckin story my apologize and please go away-
.
.
.
.
Lelaki dengan surai sewarna tanah itu bergerak gelisah. Ya, tentu siapapun akan berpikiran hal yang sama ketika melihat pemuda dengan tinggi tak mencapai 170 centi itu kini tengah bergetar sembari melirikan kedua bola mata lebar dengan iris sekecil biji semangka miliknya tanpa focus yang berarti. Berbanding terbalik dengan pikirannya yang kini hanya tertuju pada seorang lelaki dengan helaian surai magenta miliknya, yang kini menatapnya dengan aura determinasi yang begitu kuat. Siapapun itu pasti akan bergetar jika berhadapan langsung dengannya, terlebih pemuda seperti Furihata Kouki yang jelas-jelas sangat mudah sekali ditekan dan dilucuti keberaniannya. Kouki berinhalasi sekali lagi, dan kali ini lebih panjang dari sebelumnya. Menekan segala kepengecutannya untuk sekali ini saja, demi menatap objek di hadapannya. Objek yang telah lama bergulir di pikirannya sejak pertama kali mereka bertemu kurang dari sebulan yang lalu-saat pertandingan final winter-cup, objek yang telah merebut seluruh atensinya akhir-akhir ini. Objek yang telah membuatnya kehilangan sedikit akal sehat miliknya, dan membuatnya berakhir membawa sang kapten Rakuzan yang kebetulan tengah datang ke Seirin untuk mengunjungi salah satu sahabat karibnya. Meminta kesediaan waktunya dengan suara tergagap, menimbulkan beberapa tatapan menilai dan curious dari teman-temannya. Peduli setan dengan itu semua, ia pikir jika tidak sekarang maka hal yang selama ini dia pendam hanya akan menjadi beban bagi dirinya sendiri dan juga tim basket Seirin. Biarlah jika ia akan sakit setelahnya, toh dengan demikian tidak akan ada lagi rasa ingin tahu dan rasa penyesalan. Karena ia yakin, seiring berjalannya waktu rasa sakit akan penolakan tersebut akan hilang, dan dia bisa menjalani hidupnya yang normal seperti biasa lagi. Menganggap semua yang telah terjadi di dalam hidupnya bagaikan sebuah buku, dan ketika ada salah satu lembar yang rusak atau kotor ia hanya perlu merobeknya dan menggantinya dengan hal baru di lembar berikutnya. Meski terkadang ada beberapa hal yang tidak bisa dengan mudah dirobek dan dibuang begitu saja.
Dan ketika ia sadar mengenai alasan mengapa ia berada disini, sekarang, di belakang gym tempat biasa timnya dan dirinya sendiri berlatih. Suara decitan sepatu dan debum bola basket menandakan bahwa seluruh rekan timnnya masih berlatih didalam sana. Semburat merah jingga samar terlihat menyinari kawasan SMA Seirin, seolah memberi salam perpisahan pada mereka yang sadar bahwa tugas sang mentari telah selesai untuk hari ini. Dan Furihata cukup sadar bahwa pemuda dihadapannya ini tidak punya lebih banyak waktu lagi untuk dirinya. Lamat -lamat Furihata Kouki memberanikan diri untuk menatap objek-berupa pemuda bersurai magenta dengan kulit putih bersih bertolak belakang dengan nya yang berkulit tan.
"A-Akashi-san s-suki da,maukah kau m-menjadi ke-kekasihku?"
Kata-kata terakhir yang dilontarkan pemuda surai coklat itu terlampau cepat dan frasanya benar-benar kacau, jika saja Akashi bukan seorang dengan kecerdasan dan refleks diatas rata-rata pastilah kata-kata yang dengan susah payah dilontarkan pemuda beriris mungil itu hanyalah akan menjadi angin lalu yang tidak akan pernah sang kaisar Rakuzan tanggapi. Dan seorang Furihata Kouki menyadari kesalahannya, yakin bahwa setelah ini Akashi akan pergi meninggalkan dirinya tanpa sepatah kata apapun. Ia sangat yakin sampai ketika sang emperor yang beberapa centi sedikit lebih tinggi dari dirinya memegang dagunya dan mendongakan wajahnya, detak jantungya bertalu lebih keras ketika sepasang mata heterokrom Akashi menatap dalam pada manik cokelat mungil miliknya.
"Baiklah"
Pernyataan dengan suara rendah dan dalam milik Akashi entah mengapa membuat nyali Furihata menciut. Bukankah seharusnya pernyataan tadi membuat Furihata senang, tapi kenapa-
"Tapi-" Akashi menggantungkan kata-katanya, mencengkram lebih erat dagu Furihata, pemuda itu ingin memprotes tapi ia merasa ini bukan saat yang tepat , terlebih aura determinative yang dikeluarkan sang pemuda magenta. Ia terlalu takut, terlalu pengecut.
"Ada syarat yang harus kau penuhi, ya atau tidak"
Dari balik mata yang menyorotkan rasa takut, Furihata jelas tahu Akashi tengah menunggu jawaban darinya.
"S-syarat seperti apa?"Suara Furihata hampir terdengar seperti tercekik, Akashi dan tekanannya benar-benar membuat Furihata Kouki terlihat seperti seorang yang ter-bully.
"Melakukan sex denganku. Jika mau, kau akan kuijinkan bersama denganku selama yang kau mau. " Perkataan yang terlontar dari Akashi benar-benar membuat Furihata terkejut setengah mati. Bagaimana mungkin seorang kalangan atas seperti Akashi mengatakan hal kotor seperti itu.
"Bersama denganku seperti kekasih umumnya, berkencan, menonton cinema, dinner dan apapun yang kau inginkan. Semua pengeluaran, kupastikan kau tidak mengeluarkan uang sepeser pun ketika bersamaku." Ujar Akashi ringan. Seolah topic yang kini tengah ia bicarakan adalah hal ringan yang biasa ia diskusikan bersama teman-temannya.
Menghabiskan waku bersama Akashi? Orang yang dicintainya. Kemungkinan terakhir mengisi pikiran Furihata yang sejenak lalu kosong. Furihata mengigit bibirnya menahan agar senyumannya tidak lolos, ia merasa malu dengan pikirannya sendiri. Berpikir bahwa ia akan menghabiskan banyak waktu dengan orang yang dicintainya. Ia tidak bisa merasa lebih senang lagi memikirkan kemungkinan akan hal itu. Dan ia jelas tidak ingin Akashi mengetahuinya.
Akashi menaikan sebelah alisnya, mencoba membaca apa yang pemuda dihadapannya ini pikiran. Tapi nihil, keadaan mereka saat ini benar-benar terbalik dengan apa saja kemungkinan pikiran Furihata yang kini tengah Akashi coba jabarkan melalui perspektif absolut miliknya. Menarik nafas dalam, sekali-dua kali dan Akashi masih sabar menunggu jawaban pemuda beriris sekecil biji kuaci itu. Setelah melalui pertimbangan dan penolakan batin yang cukup sengit, Furihata Kouki akhirnya memutuskan.
"B-baiklah, apapun untuk Akashi-san"
Masih dalam posisi yang sama, Akashi mencengkram rahang sang surai bumi terlalu kuat. Dan Furihata sama sekali tidak perduli. Tidak perduli jika mungkin saja cintanya bertepuk sebelah tangan, bahwa Akashi Seijuurou sesungguhnya tidak memiliki perasaan khusus sedikit pun untuknya. Ia tidak peduli lagi karena sekarang bagi seorang Furihata Kouki, menjadi pemuas nafsu sang bangsawan Akashi dengan senang hati akan ia lakukan. Karena baginya kebersamaan dengan Akashi adalah hal yang tidak bisa dibayar oleh apapun bahkan hidupnya.
Akashi mendengus meremehkan, meneliti pemuda bersurai bumi di depannya tepat setelah cengkraman di rahang Furihata terlepas. Furihata menatap Akashi setengah takut, antara terintimidasi dan rasa ingin tahu akan ekspresi yang ditunjukan oleh Akashi.
"Ikut aku, Kouki"
"Ah, h-hai"
Hari itu Furihata tahu, ketika ia mengekor Akashi Seijuurou yang berwajah tenang dan memberi tahu kabar mengenai kebersamaan mereka kepada seluruh anggota tim basket Seirin. Mendapati Fukuda dan Kawahara yang menangis melankolis mendapati karib mereka memiliki hubungan khusus dengan kapten Rakuzan, bahkan sang senpai seperti Hyuuga dan Koganei menatapnya dengan hawa membunuh. Sedangkan Kiyoshi dan sisanya hanya memberikan ucapan selamat sederhana dengan sesekali celetuk 'kitakore' dari Izuki. Alhasil Furihata dengan canggung dan berat hati menjanjikan traktiran di Majiba, mengurai suasana gloomy kawan-kawannya beberapa saat yang lalu. Dari sudut matanya ia melihat Akashi, tengah berbicara dengan Kuroko dan sang pelatih Aida Riko-lupakan eksistensi Kagami yang meminta ijin untuk mengantar kepulangan Alex ke Amerika. Meski samar, Furihata bisa melihat dengan jelas bagaimana tatapan kedua heterokrom itu melunak-lebih ke lembut kepada sosok pemuda bertahta babyblue itu, Kuroko Tetsuya. Mengabaikan gelenyar aneh, ia menghampiri sang kekasih dan sedikit-sedikit masuk dalam lingkup pembicaraan mereka.
.
.
.
.
"A-ah, itte Ahh A-akashi-san tolong pelan-pelan" desah pemuda bersurai coklat itu menggema di sebuah kamar kondominium Milik Akashi yang terletak di distrik Minamiazabu, Tokyo.
Furihata Kouki masih mengingatnya dengan jelas. Satu hari setelah kejadian-pasca pendeklarasian hubungan mereka, Furihata mendapati sang kapten Rakuzan tengah berdiri di depan gerbang Seirin lengkap beserta sang sopir dan limousine yang biasa mengantar jemput dirinya. Tidak banyak bertanya. Pemuda itu masuk ke dalam mobil ketika sang sopir membukakan pintu untuknya, dan setelahnya kembali gugup seperti biasa ketika mendapati Akashi Seijuurou tengah duduk dengan tenang di dalamnya tanpa memberikan salam berarti kepada Kouki. Disinilah ia berakhir, terbaring tanpa daya diatas ranjang king size dengan kuasa Seorang Seijuurou diatasnya. Mengendalikan segala permainan yang telah mereka mulai sejak beberapa menit yang lalu.
Furihata mengurungkan niatnya untuk mendorong entitas di atas tubuhnya ketika mengingat kembali alasan mengapa ia ada disini, di salah satu kondominium terbaik di dunia. Yang dengan sangat yakin hanya para selebritas dan konglomerat saja yang pasti bisa memilikinya. Siapa yang tidak tahu dengan The House. Kondominium yang akhir-akhir ini tengah santer dibicarakan oleh orang-orang sejak penyelesaian konstruksinya dua bulan yang lalu. Kondominium seharga 1,8 miliar yen per kamar, Furihata tidak bisa membayangkan sebanyak apa uang itu. Yang jelas bahkan gaji pamannya selama setahun tidak ada seperempatnya. Sekitar tiga puluh menit perjalanan dari Seirin, setidaknya masih di Tokyo-pikir Furihata.
"Panggil aku Seijuurou, dan aku akan memanggilmu Kouki" Akashi menggeram, Suaranya yang berat terdengar seperti mencoba mempertahankan kedudukan angkuh nan elegannya diantara nafsu birahi yang hampir menguasai dirinya, menginterupsi kegiatan Furihata menikmati layanan dari Akashi. Akashi tidak ingin terlihat terperdaya dan kehilangan kontrol sekalipun ia tengah melakukan sex. Deg
Pemuda beriris mungin itu merasakan wajahnya memanas, jika mereka mulai memanggil dengan nama kecil itu artinya Kouki sejengkal lebih dekat dengan sang Akashi Seijuurou.
"S-Seijuurou, Ahhn"
"Pintar" ujar Akashi puas, memberikan reward berupa pijatan sensual yang konstan pada batang kemaluan Kouki yang sejak tadi mengeras. Mengeluarkan likuid putih yang sebelumnya terjebak disana. Akashi hanya membantu.
Tangan besar dan kasar itu merayapi tubuh Furihata yang kini hanya menggunakan sebuah kemeja putih polos, hanya ada satu kancing tersisa yang masih menyatu. Bahkan dengan sekali hentakan dari Akashi kemeja itu akhirnya terlepas sempurna, membuat tubuh Kouki polos sepenuhnya. Berbeda dengan Akashi yang masih menggunakan seragam sekolah tanpai jas miliknya. Keuntungan bagi Akashi, tangannya yang semula meremas pantat Furihata berpindah ke kedua tonjolan di dadanya yang kini tengah menegang, menciumnya sekilas dan mengoralnya bergantian dengan ganas sementara salah satu tangannya yang tidak menopang tubuhnya memberikan service terbaik pada penis submissive . Tidak bisa ditahan lagi, Furihata meloloskan erangan kenikmatan yang kemudian menggema dan tertangkap oleh pendengaran sang pewaris Seijuurou. Akashi mendengus.
"Masih bisa mendesah ketika ini bukan yang pertama kali bagimu-" Furihata membuka matanya reflek ketika mencerna perkataan dari orang yang dicintainya,"'-ne, Kouki" Ujar Akashi sembari membuka ikat pinggangnya tidak sabar. Dengan seringai dan pandangan meremehkan yang dilontarkan oleh Akashi, Furihata tahu apa yang sedang pemuda magenta itu pikirkan. Merasakan sesuatu yang menyentuh pintu lubang anus miliknya, tidak. Jangan bilang-
"Argggh!" Lolongan kesakitan menggema, penetrasi tanpa persiapan seperti ini benar-benar diluar dugaan Kouki. Menahan sakit yang luar biasa, nafas pemuda itu terputus-putus dengan tubuh yang dilanda tremor yang hebat. Akashi mencium bibir Kouki kasar, kontras dengan nada bicaranya yang lembut diawal. Dan meskipun ini bukan yang pertama baginya, tidak bisa dihindari bahwa diawal melakukan hubungan sesama jenis dengan dia sebagai pihak 'penerima' bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Rasa sakit ketika benda asing yang ukurannya jauh lebih besar dari lubangnya mencoba masuk adalah siksaan tersendiri. Akashi menyadari ketika pandangan pemuda dibawahnya menggelap, mengabaikan afeksi lain yang merayap dihatinya. Tidak, ia tidak boleh merasa kasihan dengan Furihata, pemuda yang dengan gamang memberikan tubuhnya untuk ia cicipi. Pemuda yang jelas dan pasti telah sadar bahwa ia tidak memiliki rasa dengan dirinya. Malah memberikan tubuhnya dengan percuma ke Akashi,dengan kecerdasan yang ia miliki Akashi tentu tahu bahwa entitas dibawahnya memiliki tujuan ?Uang? Harta dan kekayaannya? Cih, akan Akashi pastikan pemuda itu tidak akan pernah mencicipi lebih dari jumlah yang semestinya. Bermain-main sebentar dengannya, menjadikannya sebagai pelampiasan atas rasa yang tidak tersampaikan kepada belahan jiwanya yang sesungguhnya. Akan Akashi pastikan, bahwa ia akan memberikan pengalaman tak terlupakan kepada Furihata Kouki dan membuatnya sadar bermain dengan seorang Akashi Seijuurou adalah kesalahan terbesar baginya.
Mengangkat kedua kaki Furihata dan meletakan dipundaknya, Akashi pun langsung menghujamkan dirinya kedalam sang submissive. Menghentakkan tubuh Furihata dan melihat ekspresi kesakitan dengan air mata yang deras mengaliri kedua pipinya merupakan hiburan tersendiri bagi Akashi. Ekspresi wajahnya yang mengeras, dan salah satu sudut bibirnya yang terangkat menjadi bukti bahwa kuasa seorang Akashi Seijuurou adalah mutlak. Meningkatkan intensitas irama hentakannya didalam Furihata Kouki, Akashi menggeram pelan. Merasakan bagaimana lubang anus Furihata yang panas, ketat dan dalam mencengkram erat setiap miliknya masuk lebih dalam. Sepersekian detik ia merasa bahwa asumsi mengenai bahwa ini bukanlah hubungan perdana sang Kouki buyar, tapi tidak. Pemuda tadi sama sekali tidak menyangkalnya, dan Akashi asumsikan bahwa apa yang ia pikirkan benar.
Kembali Akashi menghujamkan miliknya, menyentuh titik kenikmatan pemuda dibawahnya tanpa memandang bahwa sang pemuda bersurai coklat tengah menahan sakit dan kenikmatan disaat yang bersamaan. Mendesahkan nama Sejiuurou berulang kali, dan Akashi sendiri? Sekalipun tidak menyebutkan nama kecil seorang Furihata Kouki. Akashi menggeram ketika gairahnya memuncak, menyalurkannya dalam sebuah hujaman yang dalam hingga mengenai G-spot milik Kouki. Menembaknya dengan intensitas sperma yang tidak bisa dibilang sedikit untuk yang kedua kalinya, menimbulkan lelehan cairan putih yang keluar dari anus sang submissive. Meski begitu, Akashi belum puas.
"Argh Ahn-kashi Agh! Berhenti-" Furihata berujar ditengah-tengah Akashi yang masih terus saja menghentakkan dirinya. Meski Akashi barulah mencapai puncak untuk kedua kalinya, tapi bagi Furihata ini sudah yang empat bagi dirinya. Dan Ia sudah tidak memiliki tenaga lagi.
"Berani memerintahku, kheh"
Tidak memperdulikan protes Furihata dan memutuskan mencoba meraih kenikmatan lebih, Akashi membalikan tubuh ringkih itu bahkan ketika miliknya masih didalam. Memberikan sensasi nikmat bagi kedua belah pihak, Akashi menggeram membenarkan. Berbeda dengan Akashi yang kini tengah diliputi gairah yang mendalam, dan kenikmatan akan sex pertama kali yang meski begitu ia tidaklah awam dalam melakukannya. Furihata menggigiti bantal yang menyangga wajahnya, kelopak matanya tertutup rapat meski kedua objek itu sama sekali tidak mau berhenti dalam mengalirkan likuid penetral rasa sakit hatinya. Ia sudah tidak kuat lagi, lubangya sangat perih dan panas, ia yakin ada darah yang mengalir disana. Bercampur dengan sperma Akashi yang memenuhinya sejak orgasme yang pertama. Dan pinggangnya benar-benar sakit, sekilas tadi sepertinya ia merasa ada suara pergeseran tulang disana. Apapun itu, Kouki benar-benar ingin berhenti sekarang juga.
Salah jika berpikir bahwa Furihata tidak menikmatinya, sesungguhnya pemuda itu sama seperti Akashi, menikmati kegiatan perdana bagi Akashi, dan mungkin ini bukanlah kali pertama atau kedua bagi Furihata. Tapi tidak bisa dipungkiri perih melanda hatinya diantara nikmatnya hujaman Akashi dari arah belakang dan juga sentuhan-sentuhan serta ciuman-ciuman memabukan yang terus saja ia terima. Itu semua karena Akashi, Akashi yang memandang rendah dirinya, Akashi yang melucuti segala keberaniannya, Akashi yang ia cintai. Ia merasa malu dan kotor, ketika orang yang ia cintai mengetahui hal buruk tentang dirinya dan kenyataan seolah menamparnya ketika pemuda itu masih saja mau melakukan sex dengan dirinya. Ia tahu Akashi melakukan itu semua bukan karena ia mencintai Furihata dan menerima kenyataan tentang dirinya dengan tangan terbuka. Tapi, lelaki itu, Akashi Seijuurou, melakukan itu untuk menghina dirinya, merendahkan dirinya, seolah mengatakan bahwa ia pantas menerimanya. Ia ingin menghentikan kesalahpahaman Akashi tentang dirinya. Tapi apa peduli Akashi jika ia mengetahui bahwa seseorang yang telah merenggut pengalaman pertamanya adalah sang paman. Paman yang kini mengasuhnya setelah keluarganya kecelakaan, dan menimbulkan kenyataan pahit bahwa Kouki adalah satu-satunya yang masih hidup. Kouki yang termakan oleh ancaman sang paman yang akan membuat hidupnya hancur tidak mempunyai nyali sedikitpun atau terlalu pengecut untuk mengatakan kebenaran itu. Bagaimanapun ia masih dibangku pertama SMA, dan ia tidak ingin menghabiskan sisa masa sekolahnya dengan kecaman dan tanpa orang yang ia sayangi. Ia hanya ingin bersama dengan tim basket Seirin dan Akashi -orang yang dicintainya. Sampai nanti tiba saatnya bahwa ia bisa lepas dari bayang-bayang sang paman. Hanya tunggu sampai saat itu tiba. Tapi-apakah ia sanggup menunggu selama itu?
Kouki itu tidak pernah membayangkannya.
Dan disaat kesadarannya mulai menghilang, Furihata masih bisa mendengar dengan jelas. Bagaimana rambut merah Akashi yang basah sedikit bergoyang ketika ia mencapai titik puncak untuk yang ketiga kalinya mendesahkan sebuah nama yang membuat hatinya tercabik.
'Tetsuya"
.
.
.
.
.
.To be continued.
.
.
.
.
Author's note
Terima kasih untuk reader yang mau membaca dan meninggalkan jejak berupa revew. Kali ini saya hadir di fandom KnB, mohon bantuannya. chapter?mungkin 2-3 chapter saja. upadate? saya usahakan beberapa hari lagi. Tapi sebelum itu mohon, review nya! ^ ^
