Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : Teen

L.A Lights

.

.

~Bantuin Dorong Dong~

Cerita bermula pada malam hari yang banyak bintang juga nampak rembulan yang nyengir indah diatas sana. Juga tak ketinggalan suara jangkrik yang masih asik 'ngerik' sedari tadi.

Seorang pria berambut putih klimis dengan kemeja terbuka atasannya nampak berjalan terseok-seok sembari menenteng sebotol Vodka yang nampak sudah kosong melompong.

Dia mendekat persis didepan pintu yang terbuka sambil sesekali meneguk Vodka-nya, walau sudah kosong itu botol. Hidan mengetuk em, menendang lebih tepatnya itu pintu secara ngak sopan banget.

Pintu terbuka dan menyumbul sesosok kakek bertampang cabul sembari mendelik merasa terganggu akan tendangan pintu barusan.

"Ada apa anak muda?" sentak Jiraiya sembari meludah. "Ada keperluan apa malam-malam begini, hah?" dia menyembur hingga percikan hujan lokal menciprati wajah Hidan.

Hidan nyengir teler. "Bantuin dorong dong." dia mesem-mesem pada itu si kakek cabul.

"OGAH!"

BLAM!

Jiraiya misuh-misuh sembari berjalan menuju kamar kembali. "Apa cecunguk kupret itu ngak tau jika gue lagi asik main kuda-kudaan?" gerutunya penuh nada kutukan.

"Ada apa?" tanya seorang wanita berambut pirang yang lagi berbaring dengan pose sexy diatas kasur.

Jiraiya nyengir sembari menggeleng. "Bukan apa-apa kok. Cuman ada cecunguk yang minta bantuin dorongin mobilnya." dia naik keranjang dengan tampang ngeres kelas dewa Jashin.

Tsunade menggeleng pelan. "Ngak baik lho. Bantuin sana dulu, masak ngak ingat kalau situ juga pernah dibantuin orang dorong mobil."

Jiraiya pasang pose berfikir. Kemudian dia mengangguk, kasihan juga si cecunguk itu kan? Lalu dia cabut pake mode sennin.

Jiraiya celingukan di luar rumah mirip beruk ketulup. "Woy, masih mau bantuan ngak?" asal ceplos saja, siapa tau cecunguk tadi masih ada.

Sayup-sayup terdengar suara khas orang teler. "Gue disini om."

Jiraiya melangkah ke situ, dimana nampak Hidan lagi duduk diatas ayunan depan rumah dia.

"Jadi dimana mobilnya?" Jiraiya to the poin langsung, soalnya dia masih mau lanjut gulat diatas ranjang.

"Mobil?" Hidan pasang tampang oon.

Jiraiya mengangguk dengan alis terangkat sebelah. "Iya, katanya mau minta dorongin. Jadi mana mobilnya?"

Hidan terkekeh perlahan sembari meneguk botol kosongnya lagi. "Bukan kok om."

"Lalu?"

"Bantuin dorongin ayunan dong. Ngak ada temen nih." Hidan cengengas-cengenges.

.

.

.

.

.

"WEDHUS!" Jiraiya kejungkal di TKP.

END

Lagi kumat mau binkin humor terus.