Sudah sekian lama setelah aku menghilang.. ini hal yang membingungkan.., maaf, membahagiakan. Setelah sebelumnya aku baca fanfic, tiba-tiba gairahku menulis muncul kembali/ UWOOOOOO
Aku sangat ingin orang yang membaca fanficku, ikut berniat menulis /: v Hn ntahlah.
Cukup basa-basinya.
Pair: AomineDaiki x femKuroko!
Genre: Romantis
Cerita ini aku pikirkan sendiri, tapi tokoh didalamnya milik orang lain.
Mohon maaf atas kesalahan penulisan, plot yang aba-abal, atau keOOc-an yang tidak bisa saya hindarkan.
Sebelumnya maaf karena banyak cingcong dan makasih udah mampir.
.
.
.
.
.
.
"Daiki," Momoi melongok keluar melalui kaca jendela kamar kakak lelakinya itu.
Lelaki berwarna kulit eksotis itu melirik melalui sudut matanya yang tajam. Tubuhnya tidak bergerak sedikitpun dari atas kasur, sementara matanya kembali tertuju pada majalah *piip yang ia baca.
"Daaaiiii-chaaan!" Rambut pinknya meloncat seirama dengan hentakan kecilnya.
"Naani..?!" dengan kesal Aomine membanting majalahnya kelantai. Astaga.. ini sudah hari kelima Momoi selalu mampir kekamar Aomine entah untuk apa. Kadang saat Aomine bangun, Momoi sudah berdiri disana. Atau saat ia keluar dari kamar mandi kengan setengah telanjang, atau saat-saat lainnya. Dan.. kenapa Momoi selalu memanggil namanya? Sama sekali tidak imut!
Aomine menatap adiknya yang masih berdiri menatap keluar.
"Ck, sebenarnya apa, sih, yang kau lihat?" Aomine menyapu keras seluruh rambutnya yang dengan sekali ayunan ia bangun dan berdiri tegap.
"Kau sedang ap..?"
"Lihat. Akhir-akhir ini beberapa mobil sering berhenti dirumah seberang itu..," Momoi menunjuk rumah yang didepannya berdiri sebuah truk pengangkut barang yang dan beberapa petugas yang keluar masuk ruangan dengan dus-dus ditangan mereka.
"Ah.. mungkin tetangga baru?" Sahut Aomine tidak perduli. Ia berjalan terseok menuju pintu sambil menggaruk tulang perutnya dan menguap pelan.
"Ah! Itu diaa! Kawaiiii-desu neee~~" Momoi memekik tertahan.
"Hn?" Pria berambut biru itu menoleh.
"Dai-chan! Itu gadis yang kulihat kemarin lusa. Sepertinya dia dan keluarganya akan menempati rumah itu..,"
"…" Aomine diam tak berkomentar. Ia mengacuhkan adiknya dan tidak berniat mengetahuinya. Sedetik sebelum Aomine memegang knop pintu, seseorang menyeret tanganya dan membawanya berlari keluar sambil teriak..
"Ayo kita kenalaaaaaan!~~~~"
Aomine mendengus kesal tanpa perlawanan.
.
.
.
Disinilah. Ketiga orang aneh itu berhadapan. Aomine menatap gadis berambut sewarna langit itu didepannya dengan tatapan datar. Bingung harus bagaimana. Semantara disampingnya, Momoi menahan agar jeritan gemasnya tidak terdengar.
Gadis didepan kedua orang asing(aku bingung siapa yang asing sebenarnya)ini menatap dengan tatapan bulat yang lucu. Pasalnya kedua orang itu lebih tinggi dibanding dirinya, membuatnya harus menatap lebih keatas.
"Hai….." Momoi melambaikan tangan sambil menyapanya dengan sapaan 'Hai' yang pelan dan panjang.
"Uhm.. Ha..i" Jawab gadis itu pelan. Rambutnya yang pendek dan wajahnya yang kecil, membuat Momoi susah benafas.
"kamu lucu sekalii.. kyaaa" Tiba-tiba Momoi memeluk gadis manis didepannya sambil menjerit-jerit kecil sementara sang empunya bingung dan malah menatap Aomine.
"Apa?" Spirited Jauh ketus bertanya.
Nada bicaranya yang kasar membuat Gadis itu menautkan kedua alisnya dan cemberut.
"Menyebalkan," Sahutnya pelan. Momoi yang menyadari tingkahnya lalu melepaskan pelukannya. Dan saat ia melihat keduanya, Momoi bertanya-tanya. 'aura apa ini'?
"Oi.. oi.. aku tidak tahu kau bicara pada siapa. Yang jelas, jangan menatapku dengan tatapan aneh seperti itu," Walaupun dalam hatinya Aomine mengakui itu.. manis.
"Aku yang bingung kau bicara pada siapa. Kau bicara pada sepatuku?"
Gret. Pertigaan muncuul tiba-tiba didahi Aomine. Apa – apaan ini? Belum kenal sudah bicara seenaknya. Apa Aomine salah bicara? Memangnya ia bilang sesuatu yang buruk soal gadis itu? Tidak, kok.
"Amae of?"
"Kuroko Tetsumi," Jawabnya cepat seolah menerima nada menantang Aomine.
Pada saat seperti ini, biasanya Aomine akan menantang orang yang seenaknya padanya dengan Basket. Tapi.., ayolah.
Aomine meneliti gadis yang diketahui bernama Kuroko itu dari bawah keatas. Kakinya yang ramping dan mulus, tangannya yang lentik, wajahnya yang putih dan sepertinya lembut itu, mana mungkin Aomine ajak bermain kasar. Ia malah seperti melihat Boneka. Masa iya Aomine yang perkasa memainkan Boneka?
Momoi yang sudah gugup malah bingung harus berbuat apa. "Da..i.. chan.."
Spirited Away menghela Nafas Pendek.
"Aku Daiki. Aomine Daiki. Tetangga depanm rumahmu. Kalau perlu bantuan, aku bias membantu," Ujarnya dengan nada datar lalu berbalik.
Momoi menatap kakaknya dengan tidak percaya dan sumringah, lalu beralih kearah Kuroko.
"Aku Momoi Satsuki~~ Yoroshii. Aku adiknya dia,"
"Apakah?"
"Hm?"
"Nama kalian berbeda. Kalian adik kaka?"
"Uh.. Etto.. aku adik angkat. Hehee. Kau perlu bantuan untuk mengangkat barang, misalnya?" Tawar Momoi yang secara tidak langsung menganti topik.
"Tidak perlu. Mereka yang akan mengerjakannya," Jawab Kuroko sambil menunjuk sopan kepara pertugas dibelakangnya.
Momoi menatap Kuroko dengan canggung. Ia sedang membayangkan betapa manisnya kalau ia punya adik seperti Kuroko.
"Satsuki-san baik-baik saja?" Tanya Kuroko.
"Uhm.. aku baik. Ah.. tolong panggil Momoi saja..,"
"Momoi-san mau mampir kerumahku?"
"Eh?"
"Tapi rumahku baru ada dus. Jadi belum bisa digunakan.."
"Ahh! Kau mampir kerumahku sajaaa~~"
"Umh?"
"Aku sangat ingin punya teman perempuan sepertimu. Ayo," Tanpa minta ijin dulu, Momoi langsung menggandeng tangan Kuroko dan menyeretnya kerumahnya.
Satu komentar Kuroko.
SKSD (So Kenal So Dekat)
Author : Maaf ya, Kuroko itu terlalu sayang untuk dijadikan karakter yang polos dan baik. :D / Muahaha. Tapi sepertinya karakternya akan jadi seperi itu..
.
.
"Sedang apa kau disini?" Aomine bertanya dengan nada dingin. Ia baru saja selesai mandi dan mendapati Kuroko, nongkrong di kamarnya.
Kuroko yang tampak tertarik dengan majalah yang ada didekatnya, masih tidak sadar dan terus membolak-balik majalah itu sebelum membacanya.
"Hei!" Dengan cekatan Aomine merebut majalah itu dari tanga Kuroko dan menyembunyikannya dibelakang punggungnya. Itu majalah XXX, tidak boleh dilihat anak kecil!
Hei.., Kuroko itu bukan anak kecil.
Kuroko berdiri sambil menyentak.
"Tidak sopan!"
"Kau yang tidak sopan!"
"Kau yang seenaknya..!" Tiba-tiba Kuroko memekik dan berbalik, mengalihkan pandangannya kearah lain begitu sadar Aomine hanya mengenakan handuk.
Aomine yang sudah biasa terlihat tenang-tenang saja meskipun tahu kenapa Kuroko malu.
"Kenapa kau ada disini?"
"Adikmu membawaku kesini." Jawab Kuroko tenang dan arogan, masih mengalihkan pandangannya.
"Sebaiknya.. ap? Satsu..?" Sedetik kemudian Aomine keluar dari kamarnya dan teriak.
"Satsuki.., PERGI DARI KAMARKUUU!"
Padahal jelas yang ada dilama itu Kuroko.
Setelah itu ia masuk dengan tenang, sementara Kuroko memansang wajah babyfacenya yang kebingungan.
Keduanya terdiam, bingung harus bagaimana. Aomine harus mengusir Kuroko? Menyeretnya keluar? Oh..
"Aku mau ganti baju. Tolong keluar dulu,"
Satsuki baru saja dari toko karena ternyata dirumahnya ia tak menemukan jamuan apapun. Saat itu ia melihat Kuroko berdiri didepan kamar Aomine yang tertutup, hanya menatap pintu seolah menatap seseorang.
"Tetsumi.. sedang apa disitu?"
"Drop-san ..."
"Ah.. gomen. Ayo kita kekamarku saja," Ujar Satsuki seraya menggandeng tangan Kuroko.
"Maaf aku menyuruhmu tunggu disana. Dai-chan tidak melakukan hal-hal aneh apapun, 'kan?" Tanya Momoi setelah sampai didepan kamarnya dengan kusen berwarna merah muda.
"Tidak, kok.."
"Yasudah ayo masuk,"
Momoi mempersilahkan Kuroko masuk kekamarnya. Pintu yang berayun tertutup pelan sementara mata Kuroko tampak berbinar menatap isi kamar Momoi.
"Cantik sekali..," Gumam Kuroko sambil memperhatikan setiap sudut kamar Ino.
'Kawai!' Jerit momoi dalam hati.
"Hehe. AKu menghiasnya bersama Dai-chan," Kekeh Momoi sambil menaruh camilannya diatas meja.
Kuroko menyentuh dinding beralaskan kertas wallpaper bermotif sakura. Kasur berukuran sedang untuk seorang itu, berdiri cantik disisi jendela dipinggir meja. Yang Kuroko bisa merasakan sinar matahari pasti akan sangat terasa nyaman jika ia terbangun dipagi hari. Gordennya berwarna merah muda-jingga dengan motif garis-garis, menambah kesan yang ceria. Beberapa boneka ditata dengan manisnya diatas lemari Ino yang hanya setinggi leher Kuroko. Lemari itu berwarna cokelat kekuningan dengan dua pintu dan dua laci dibawahnya. Sangat sederhana. Kuroko menatap kekaki-kakinya yang dipijit lembut oleh karpet beludru berwarna pink pucat yang sudah menyambutnya sejak tadi. Selain dinding dan meja belajar, Kuroko juga menemukan beberapa bingkai yang terlihat dan tersembunyi dikamar Momoi. Meski ruangan itu tidak terlalu luas, tapi Kuroko mengakui, tempat itu sangat nyaman
Dan author kebingungan mendekskripsikannya... -_-
Setelah puas menikmati kamar itu, Kuroko dan Momoi memutuskan untuk duduk-duduk dan berbincang. Kuroko sendiri sudah mulai terbiasa dengan sifat Momoi yang kadang dianggap orang 'berlebihan'. Tapi disatu sisi, terhadap orang tertentu, Momoi justru bersikap sebaliknya.
"Jadi, Kuro-chan..," Setelah berlama-lama mengobrol, akhirnya Momoi memutuskan untuk memanggil namanya dengan embel-chan, yang menurutnya itu keharusnya pada orang yang sudah dekat.
"Kau kelas berapa? Apa kau menetap disekolahmu yang dulu?" tanya Momoi yang dibalas gelengan pelan.
"Aku pindah sekolah. Sekarang tahun terakhirku di SMP,"
"Hooh.., aku juga. Sekarang tahun terakhirku di SMA Teikou," Sambung Momoi berbinar. "SMP-mu dimana memangnya?"
"SMP Teikou,"
"Hee? Berarti gedung kita bersebelahaan," Sahut Momoi dengan girang.
"Benarkah?" Tanya Koroko. Dia baru pindah, kan. Tidak tahu apa-apa. bahkan kepindahannya pun dia tidak tahu-menahu.
"Iya. Kalau begini, kita bisa berangkat sekolah bersama-sama, 'kan?" Tanya Momoi yang lebih terdengar seperti pernyataan.
"Boleh saja. Sepertinya berangkat bersama kesekolah lebih menyenangkan dari pada sendirian," Kuroko tersenyum tipis.
###
Pagi itu hari pertama Kuroko masuk sekolah. Sekarang tiga orang konyol itu berhadapan. Well, entahlah. Kuroko terlihat santai, Momoi tampak berseri-seri wajahnya, sementara Aomine memasang tampang datang yang menjengkelkan.
Aomine dan Momoi terlihat begitu serasi dengan seragam SMA yang mereka kenakan. Keduanya terlihat seperti pasangan jika berjalan berdampingan. Kuroko sendiri memakai seragam barunya yang tampak melekat manis ditubuhnya. Tak lupa sebuah pita kecil yang Momoi kaitkan diantara rambutnya,membuatnya tampak terlihat seperti boneka.
"Tch!" Aomine berdecak kesal. Entah kenapa, apa yang dipikirkannya mengenai kelucuan Kuroko dengan mudah ia benarkan.
"Dai-chan.. apa kau segitu tidak maunya berangkat bersama kita?" Momoi bertanya dengan merujuk yang terdengar seperti rengekan.
"Kalau saja kau tiak mendandaninya berlama-lama, sudah pasti aku bisa sampai kesekolah lebih pagi!" Aomine berbicara dengan nada yang sedikit agak keras.
"Ano.. kalau begitu, mungkin sebaiknya kita berangkat?" Usul Kuroko kemudian.
Dan setelah kejadian itu, Kuroko akhirnya sampai disekolahnya dan berisah sejak memasuki gerbang. Momoi dengan berat hati, walau akhirnya rela, melepas kepergian Kuroko.
Dengan langkah tenang, Kuroko berjalan menuju gedung sekolahnya yang tampak berdampingan dengan gedung senior, SMA Teikou. Belum sampai beberapa lama ia berjalan, orang-orang mulai kasak-kusuk membicarakan Kuroko yang memang terlihat manis. Para anak erempuan menjerit kecil tertahan begitu melihat Kuroko tersenyum kearah mereka. Tapi beberapa anak perempuan yang didekatinya malah pergi menjauh, entah kenapa. Padahal ia hanya ingin bertanya dimana letak kantor. Saat itu seseorang menepuk bahunya.
"Hai," Sapa orang tak dikenal itu. Seragam mereka sama, dan dasi mereka juga terlihat sama. Sepertinya mereka duduk dikelas yang sama.
"Halo," Jawab Kuroko sambil tersenyum.
"Kau.. aku baru pertama kali melihatmu...,"
Ya, aku juga.
"Kau murid pindahan?" Tanya anak lelaki itu. Kuroko mengagguk pelan.
"Oh! Kalau begitu, salam kenal. Aku Kazunari Takao. Panggil Takao saja," Ia nyengir sambil mengulurkan tangannya.
"Uh.. Umm.. aku Kuroko Tetsumi..," Ia membalas jabatan tangan anak lelaki yang baru dikenalnya itu dengan ragu.
"Kau sepertinya sedang bingung mencari arah?"
"Ah.. iya. Aku mencari letak kantor. Apa kau tahu dimana?"
"Oh ya? Kebetulan! Aku juga mau kesana. Kita bisa kekantor sama-sama," Lagi-lagi Takao nyengir.
.
.
.
.
Dan itulah pertemuan pertamanya dengan pria selain- Aomine -_-
Pertemuan pertama? Well, yah, ada latar belakang mengenai Kuroko yang nanti akan diceritakan. Mungkin di next Chapter? Aku sedang berfikir untuk rajin posting.
Berminat review? : 3
