You

.

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : OOC, OC, AU, Typo, etc.

.

.

.

Dia adalah pemeran utama pria kita -Naruto Uzumaki- yang kini berusia 16 tahun, zodiac Libra dan masih jomblo alias single. Ia tergolong cowok populer di sekolah dengan wajah tampan dan selalu ceria, lalu kulitnya yang tan terlihat begitu, Ughh.. eksotis.

Terus kenapa dia masih jomblo?

Jawabannya, Naruto belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta dan jantung yang berdebar-debar saat bersama dengan seorang gadis. Belum, dia belum pernah merasakannya sama sekali hingga kini diusianya yang telah menginjak 16 tahun. Dimana semua teman-teman sepermainannya sudah sering bergonta ganti pasangan dan menyisakan dirinya yang pada akhirnya mendapat julukan jomblo forever.

Apakah Naruto normal?

Tentu saja, dia adalah seorang pria sejati tetapi apa mau dikata jika peri cinta belum menghampirinya, mungkin peri cinta masih sibuk dengan pasangan lain dan melupakan Naruto.

Ini adalah tahun terakhir masa SMAnya. Naruto berharap bisa menemukan seseorang yang bisa membuatnya berdebar dan merasakan indahnya cinta, pergi kencan, berpegangan tangan, berciuman dan kemudian menikah lalu hidup bahagia hingga akhir hayat menjemput.

Sesimple itu kok, dia tidak meminta pacarnya kelak itu cantik seperti Nana Mizuki, bertubuh seksi seperti Beyonce, kulit putih seperti Miyabi, ramah seperti Ayumi Hamasaki, dan rajin menabung seperti BOA.

Oke, Jika diberikan sesuai kriteria diatas, tandanya itu bonus untuk Naruto karena sudah bersabar menunggu peri cinta menghampirinya.

.

.

.

Naruto melangkah lunglai menuju kelasnya yang berada di lantai 2 dengan pikiran sedikit kusut karena habis diceramahi oleh wali kelasnya saat berada diruang guru.

Wali kelasnya -Iruka- meminta Naruto untuk lebih serius dalam belajar, ini sudah tahun terakhir dan mereka akan menjalani ujian akhir sekolah lima bulan lagi. Naruto yang selalu bolos dan mendapat nilai terbawah saat ujian membuat para guru termasuk wali kelasnya merasa khawatir dan resah. Naruto bisa mencorengkan nama baik sekolah yang sudah lama dijaga baik oleh para alumni-alumni terdahulu.

"Tch." Naruto kesal kenapa hidupnya bisa begitu menyedihkan. Uda jomblo, malas, terus bego -lagi.

Dia mulai merasa hidupnya kosong, tidak ada tumpuan dan arah tujuan lalu, tidak ada yang menyemangati dunianya menuju ke arah yang lebih baik.

Kedua orang tuanya? Lupakan, Mereka terlalu sibuk mencari uang dan kekayaan untuk ditumpuk.

Srettt..

Naruto menggeser pintu kelasnya. Tubuhnya seolah enggan bergerak dan kakinya enggan untuk melangkah masuk. Matanya terpaku pada sesosok gadis didalam kelasnya yang kini tengah menatap keluar jendela.

"Se-Selamat sore." Sapa gadis itu ramah dengan malu-malu.

Naruto bisa merasakan jantungnya kini berdebar tidak karuan. Dia masih menikmati wajah manis gadis itu. Cahaya senja berwarna jingga menjadi latar bisu dari gadis itu. Rambutnya yang sebahu entah berwarna hitam atau biru gelap begitu indah dan matanya yang berwarna violet bening memberikan ketenangan kepada siapa saja yang menatapnya.

Ahh, Naruto menjadi tenang dan terbuai.

Naruto belum bergeming dari tempatnya berpijak.

"Hai.." Sapa gadis itu lagi dan mulai melangkah mendekati Naruto.

Suaranya yang begitu lembut mengalun lemah melalui indera pendengaran Naruto dan memasuki setiap saraf-saraf dikepalanya.

"Kamu melamun?" Gadis itu mulai melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Naruto.

"E-Eh.." Naruto sudah kembali ke bumi setelah dibawa melayang.

Nampaknya peri cinta sudah tidak melupakan Naruto.

"Ha-Hai.." Sapa Naruto dengan Jantung masih belum berhenti berdebar dengan kencangnya.

"Salam kenal, namaku Hyuuga Hinata. Mulai besok aku akan bersekolah disini dan hmm, apakah ini kelasmu?"

Nama yang cantik, sesuai dengan orangnya.

"Na-Namaku Uzumaki Naruto, kamu bisa memanggilku Naruto." Jawab Naruto gugup. "Dan ya, ini kelasku."

"Kalau begitu kita akan sekelas Naruto-san. Senang berkenalan denganmu."

Ohhh, Hinata tersenyum dan membuat Naruto kembali terhanyut.

"Se-Senang juga berkenalan denganmu."

"Kalau begitu sampai jumpa besok." Hinata mengambil tas punggungnya dan melangkah keluar meninggalkan Naruto yang masih setia berdiri bengong melihat kepergiannya.

Tangannya bergerak kedepan dada. Debaran aneh itu masih dapat dia rasakan.

'Inikah namanya jatuh cinta pada pandangan pertama?'

.

.

.

Hinata bagaikan oasis bagi hati Naruto yang sudah terlalu lama gersang. Dia tidak pernah mau melewatkan sedikitpun momen untuk tidak memandang kepada pujaan hatinya itu. Dirinya begitu mendamba seorang Hinata.

Oh, Hinata. Mendengar suaranya saja sanggup melelehkan es di hati Naruto dan membuatnya mulai berfantasi gila.

Ini wajar. Naruto sedang dalam masa pubertas, terlebih ini cinta pertamanya.

"Kenapa tidak katakan saja" Seru Kiba mengagetkan Naruto yang masih diam-diam memandang Hinata.

"Apa maksudmu?" Tanya Naruto pura-pura tidak tahu.

"Oh ayolah kawan, seisi sekolah tahu akan perasaanmu terhadap Hinata jika kamu terus memandangnya seperti itu."

"Apakah Hinata juga mengetahuinya?" Tanya Naruto polos.

"Hm?" Kiba bingung dengan pertanyaan Naruto.

"Kenapa kamu tidak tanyakan sendiri kepada orangnya? Lagipula jika dia tau, tidak mungkin dia mau denganmu. Hahaha." Ejek Kiba senang.

"Hei berhentilah mengejek Naruto." Sakura datang dan membela Naruto.

"Kurasa Kiba benar, mana mau dia denganku yang bodoh ini." Naruto terlihat murung.

"Hei bodoh kenapa menyerah seperti itu. Cinta itu butuh perjuangan."

Sakura sangat mendukung perasaan Naruto terhadap Hinata. Dia tidak tega melihat Naruto yang selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya.

"Mulailah dengan pendekatan seperti pulang bersama atau makan siang bersama." Sakura mulai memberikan sedikit-sedikit masukan untuk Naruto dan mendapat anggukan setuju dari Kiba.

Masukan-masukan itu mengembalikan rasa percaya diri Naruto.

Jika tidak dicoba maka tidak akan tahu.

Sesuai dengan instruksi yang diberikan Sakura kini Naruto mulai memberanikan diri untuk berbicara dengan Hinata. Mereka berbicara banyak hal mengenai hobby masing-masing, sekolah lama Hinata dan berakhir pada alamat rumah Hinata.

"Benarkah alamatmu di Kanagawa?" Tanya Naruto tidak percaya.

Hinata hanya menganggukan kepalanya.

"Rumahku juga dekat sana. Hmm.., bagaimana jika nanti kita pulang bersama?" Tawar Naruto dengan ragu-ragu.

"Boleh."

Naruto merasakan senang yang luar biasa mendengar jawaban dari Hinata. Dia tidak menyangka akan secepat ini hubungannya berkembang. Naruto semakin bersemangat untuk melakukan pendekatan lainnya ke Hinata.

.

.

.

Naruto dan Hinata kini dalam perjalanan pulang. Langkah mereka santai dan beriringan, sesekali Naruto akan memulai sebuah percakapan dengan lelucon dan membuat Hinata tertawa dengan wajah bersemu merah alami. Naruto selalu menyukai saat-saat dimana Hinata tertawa, tersenyum dan merona karenanya.

Langit sudah sore. Pelajaran tambahan untuk anak kelas tiga memang sangat menyita waktu. Biasanya Naruto akan bolos dan memilih pulang, tetapi sejak kehadiran Hinata, dia mulai merubah dirinya dan lebih rajin mengikuti setiap pelajaran dikelas.

"Nee-chan.." Teriak seorang gadis dengan ciri-ciri fisik seperti Hinata.

"Aku sampai disini saja Naruto-san. Rumahku sudah didepan." Pamit Hinata dan membungkuk sedikit.

Naruto hanya mengangguk dengan raut sedikit kecewa karena perjalanan mereka terasa begitu cepat.

Saat Naruto akan berbalik, seorang gadis menahan dirinya.

"Tunggu."

Naruto memandang gadis itu. Dia adalah gadis yang memanggil Hinata dengan sebutan 'Nee-chan'.

Naruto mencoba tersenyum ramah. "Ya?"

"Kamu menyukai kakakku?" Tanya gadis itu seolah dapat membaca semua isi hati Naruto.

"Aku Hyuuga Hanabi, sebaiknya kamu lupakan saja perasaan itu. Daaa.." Gadis yang bernama Hanabi itu berlari kembali meninggalkan tanda tanya yang besar untuk Naruto.

'Kenapa?'

.

.

.

-TBC-

Ini Fict ku persembahkan untuk NHL.

Baiknya dilanjutkan atau gak? Hehe..

Ide cerita datang dari entah komik, entah film yang aku juga lupa.

Dari cerita itu aku cuma inget poin utamanya aja dan sisanya ya imajinasi liarku, haha..

Akhir kata "Terima Kasih Banyak."