"Cause The Hardest Part of This Is Leaving You"

Rate: T (Jaga-jaga! Takut di Deathglare!:v)

Genre: Tragedy, Romance, Poetry(Maybe?)

Disclamer: Sengoku Basara is owned by Capcom

Warning: TYPO(s), Less Sadness, Gender Bender

Hai semua! Kembali lagi dengan saya, Shirendan yang cantik, kejeh, dan JONES karena Keiji ayank selalu ngejar MagoHan! Ahai! #plaaak!

Wait! Magoichi x Hanbei cocok ga sih? Hahaha! Ga bakal cocok lah! Hanbei kan lembut! Magoichi kan kasar!

Magoichi: maksud lo kasar!? *tatap sadis Shirendan*

Hahaha! Abaikan author yang mulai ketawa gila karena dalam FF ini, author masih terinspirasi dari sebuah lagu yang berjudul "Cancer – My Chemical Romance". Tapi kali ini, ane ga bakal nulis lagunya. Kalian cari sendiri lagunya. Kalau kalian nangis ngedengernya, berarti FF ini emang cocok buat ngegalau! Hahaha! #oke_authormulailapar

Dan karena lagu ini berhubungan dengan seseorang yang sakit, jadi, Hanbei akan dan pasangan uniknya(maksud?o_O?) akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini! Mungkin... karena ga banyak kalimat yang diungkapkan, kayaknya... bakal kurang dari 1k deh! Hehehe!

Dan satu hal lagi... jikalau ada FF yang hampir sama seperti ini, maafkanlah saya yang tidak tahu! Karena FF ini hanya terinspirasi dari lagu yang sangat sedih... *nangis*

Langsung saja! Enjoy!

Not like? Than, don't read! Dan jika Reader(s) menangis, silahkan siapkan tissu! XP XD XV


{Hanbei POV}

Yang bisa kudengar...
Hanya suara Electrocadriogram...
Entah berapa lama lagi...
Jantung ini...
Akan membusuk...


Waktu itu...

"Ha—Hanbei..." kata seseorang berambut coklat panjang terikat, tampan—bagiku, juga berotot, berbicara kepadaku—seorang perempuan berambut putih, yang genius dibilang orang dan juga cantik. Aduh~ Aku jadi malu~

"Em? Ada apa Keiji-kun?" jawabku. Kami berdua duduk di suatu taman.

"Sudah cukup lama kita saling mengenal. Aku sudah mengenal keluargamu. Kau juga sudah mengenal keluargaku. Kita selalu bersama sejak Hideyoshi—kakakmu—memperkenalkanmu kepadaku. Dan itu sejak aku SMP kelas 1..." orang yang kupanggil Keiji-kun itu berhenti berbicara.

"Dan sekarang kita sudah bekerja." Lanjutku yang disebut Hanbei olehnya.

"Ah~" Keiji mengiyakan.


Sekarang... aku sudah semakin layu...
Bibirku semakin pucat...
Aku sedang menghitung hari...
Menghitung jam...
Menghitung menit...
Menghitung detik...
Sudah tak sanggup lagi...


Hari sebelum ia menyatakan cintanya padaku...

"Kak, aku boleh bertanya?" tanyaku pada kakakku yang berbadan besar—yang sedang memainkan Handphone-nya.

"Ah~ Hanbei. Boleh. Mau tanya apa?" kakakku—yang bernama Hideyoshi—menjawab, menutup Handphone-nya dan kembali bertanya. Aku duduk disamping kakakku.

"Kak, sekarang, aku sudah besar... dan sudah bekerja... jadi... aku—bolehkah—" aku terbata-bata karena takut berbicara.

"Katakan saja. Kakak akan dengarkan." kata kakakku tersenyum. Wajahnya tak begitu buruk jika ia tersenyum. Kadang, kalau kakakku tersenyum, itu bagai obat yang tak bisa dijual dimana-mana.

"Em... soal Keiji-kun... aku... aku—aku—"

"Mencintainya kan?" Hideyoshi-niisan langsung menyela.

"Eh! Ba—bagimana ya?" mukaku memerah.

Hideyoshi-niisan tersenyum lagi sambil membelai lembut rambutku, "Iya. Kakak tahu kalau besok kalian akan jalan-jalan berdua. Kalau pun Keiji tiba-tiba melamarmu, kakak menyetujuinya. Dia baik dan bisa dipercaya. Dia juga sudah bisa berpenghasilan sendiri. Kakak setuju."

"Benarkah?! Syukurlah kak! Terima kasih kak! Aku sayang kakak!" aku memeluk dan mencium pipi kakakku lalu pergi.

'Karena kakak ingin kamu bahagia, Hanbei. Kalaupun umurmu masih panjang, Keiji pasti akan menjagamu dengan baik,' kata kakakku dalam hati sambil memegang rambut putihku yang lepas dari kepalaku.


Oh Tuhan, jauhilah aku dari dia!
Aku tak ingin dia melihatku seperti ini!
Dia sudah melamarku...
Tapi aku tak akan pernah dapat ciumannya...


Dan begitu dia denganku...

"Hanbei," tanyanya lagi padaku. "A—aku..."

Aku masih menatapnya penuh harap. Aku ingin dia melamarku.

"Apakah... kau mau..." dia masih terbata-bata. Aku merasa kesal.

'Ayolah! Katakan saja! Aku sangat menginginkanya!' aku menutup mataku sambil berharap.

Lalu aku membuka mataku. Ku lihat Keiji-kun berada di depanku. Dia berlutut sambil memegang kotak yang berisi cincin berlian yang cantik dan berkilau. Aku tahu kalau cincin itu harganya mahal sekali. Tapi aku juga tahu kalau Keiji-kun salah satu pengusaha yang sukses. Dia pasti sanggup membelinya.

Aku terus memperhatikan betapa berharganya cincin ini.

"Will you marry me?" tanya Keiji-kun. Lamunanku tentang cincin itu buyar—ketika aku mendengar kalimat itu. Jika aku sudah gila, aku pasti sudah lompat-lompat ga jelas. Tapi aku menahan diri.

Aku menjawab "Iya!" dan aku begitu semangat. Dia memasangkan cincin itu ke jari manisku.


Dan di saat itulah... dia mulai mengetahui penyakitku...

Aku...
Mulai tak kuat...
Biarlah aku pergi...
Kalaupun aku pergi...
Tolong kak! Kubur aku bersama barang-barangku...
Dan warna favoritku...

"HANBEI!"

Tunggu? Suara siapa yang memanggilku itu?
Suara itu tidak asing bagiku...
Oh tidak! Jangan Keiji-kun! Jangan kemari!
Aku tak kuasa mendengar dan merasakan kehadiranmu!

"Hanbei! HANBEI!"

Kenapa kau datang kesini Keiji-kun?
Disaat itu aku mulai menitikkan air mata...
Tapi... disaat itu pula ada yang menghapus air mataku...

"Hanbei... aku tahu... kalau kamu masih ingin hidup. Dan aku juga berharap seperti itu. Aku tak bisa bicara apapun lagi... aku... Aku mencintaimu!"

Dia mencium bibirku...

Untuk pertama kalinya...
Dan untuk terakhir kalinya...
Aku mendapat ciuman dari seseorang yang aku sayangi...
Aku memang tak akan menikah...
Tapi...

...

..

.


HUEEEEEEE! Sedih ga ceritanya? Kalau belum pada nangis, coba sambil dengar lagunya. Pahami artinya, mungkin kalian akan menangis.

Aku tahu... pasti kalian belum puas. Iya kan? Tenang! Ada chap 2 kok! Chap 2 terakhir + Keiji POV.

Yosh! R&R!

Nangis ngeliat Hanbei

Shirendan-chan! Hehehe~