CHAP 1 : BLOOD TRIP

Disclaimer : Tite kubo

Author :

Aku sangat benci perjalanan seperti ini. Aku benci bila harus melewati jalan yang berliku, dan dihadapkan langsung dengan lembah-lembah kematian atau biasa orang sebut jurang. Sebenarnya aku tidak ingin ikut dalam liburan ini. Tapi aku tidak akan pernah bisa tidur dengan lelap jika membayangkan Inoe sedang bersama Ishida di tempat yang tidak aku ketahui. Walaupun di sana banyak juga teman-temanku yang pergi.

Mukaku pucat seperti bayi monyet yang baru lahir ketika mobil yang kami gunakan untuk berlibur berhenti tepat di tepi jurang karena macet. Tentu saja ini makanan lezat bagi Kurosaki untuk mengejekku hingga mengocok perut seisi mobil. Bahkan Inoe yang duduk di belakang bangku supir langsung melihat ke arah sumber ejekan itu, bangku tempatku duduk.

" Hahaha…hei, abarai! Mukamu persis seperti bayi monyet yang baru lahir. Sangat polos dan tentu saja pucat.", kalimat telak itu keluar dengan lantang dari mulut Kurosaki Ichigo.

" Diam kau jeruk pasar! Aku benci tempat ini! Aku benci dengan perjalanan ini!", bentakku.

Aku sangat tidak menikmati perjalanan ini. Hingga aku pun memilih untuk tidur saja dan berharap benda kotak beroda empat ini cepat sampai di tempat tujuan. Yaitu vila milik keluarga Kuchiki. Di tengah mimpi burukku aku terbangun karena ulah jahilnya Kurosaki dan Grimjow yang mencoret-coret mukaku dengan gambar-gambar kartun. Ya, lagi-lagi aku menjadi objek ejekan seisi kotak berjalan ini. Tapi kali ini aku tidak menghiraukan ejekan mereka. Karena mataku tertuju pada gadis yang salama ini ku puja, Inoe. Karena ku dapati Inoe sedang bermesraan dengan Ishida. Aku sangat benci dengan pemandangan ini. Rasanya lebih baik melihat kegelapan di tepi jurang daripada gadis pujaanku bermesraan dengan kekasihnya. Tiba-tiba aku teringat mimpi buruk yang sempat mendarat di lapangan mimpiku. Aku melihat banyak darah di vila Kuchiki. Aku melihat teman-temanku mati. Tidak ada yang bisa ku lakukan untuk menolong mereka.

Sudahlah itu cuma mimpi. Mungkin karena aku terlalu takut dengan perjalan ini sampai terbawa mimpi. Ku lihat teman-temanku sangat menikmati perjalanan ini. Kurosaki yang sedang asyik pacaran dengan Kuchiki, Grimjow yang tertidur di pelukan Rangiku, Toshirou yang asyik membaca komik-komiknya, Ikaku yang mencoba rambut palsunya. Bahkan Inoe yang bermesraan dengan Ishida. Tapi ada rasa yang mengganjal setiap aku melihat Inoe. Bukan karena aku cemburu, tapi aku merasakan akan kehilangan dia untuk selamanya.

Akhirnya sampai juga di vila Kuchiki. Aku lega karena sudah sampai. Walaupun hanya tiga hari aku dapat bernafas lega sebelum perjalan panjang melewati jurang-jurang itu lagi. Karena memang hanya tiga hari kami berlibur di sini. Aku kaget dan sedikit takut ketika sesosok kakek tua yang berbadan kekar mendekat ke kotak berjalan kami. Umurnya ku taksir sekitar 80-an. Namanya Yamamoto. Tapi badannya masih sangat kekar, masih layak dibandingkan dengan aku, Kurosaki, Grimjow dan Ikaku. Karena Ishida terlalu kurus untuk masuk kategori ini. Apalagi toshirou, badannya hanya seukuran anak kelas 6 SD.

Kami semua masuk ke vila Kuchiki dengan panduan Kakek tua itu. Aku kaget ketika suara memaki itu keluar dari mulut rangiku.

" Hei, kakek tua! Tidak usah menasehati aku! Bawa saja ransel-ranselku ini ke kamar ku!", ucap rangiku karena ia kesal Yamamoto melarang ia ciuman dengan Grimjow.

Ya, pasangan ini memang sedikit bebas. Mereka sudah sering ciuman di depan kami. Katanya sih, gue mau gue lakuin.

Sebentar lagi larut malam. Karena waktu kami banyak termakan di perjalanan. Karena letak vilanya jauh dari pusat kota dan di tempat terpencil.

Akhirnya waktu makan malam tiba. Dan aku benci harus melihat kemesraan Inoe dan Ishida lagi. Nafsu makanku hilang. Aku lihat teman-temanku begitu senang dengan acara makan malam ini. Kurosaki yang menikmati suapan demi suapan dari tangan Kuchiki. Ikakku berebut lauk dengan Toshirou. Dan lagi-lagi mataku tertuju pada Inoe. Lagi-lagi aku merasakan perasaan buruk saat mataku tergelincir di wajah Inoe. Saat aku tersadar dari lamunanku, piring yang tadi berisi nasi hangat untukku telah masuk ke lambung pria botak dan maniak komik.

" Heii…! Kenapa kau habiskan makananku, bodoh! Kau pikir aku tidak lapar apa?", teriakku pada mereka.

" Jangan marah begitu dong, abarai. Kau terlihat seperti bayi monyet kalau marah begitu.", ucap ikakku seperti tak terjadi apa-apa.

" Diam kau bola biliar! Aku ingin tidur saja kalau begitu.", balasku kesal.

" Hei, abarai. Apa kau tidak ingin bermain kartu dulu dengan kami?", tanya kurosaki.

" Aku tidak ingin main apapun kecuali biliar. Karena aku ingin memukul kepala bola biliar itu dengan sekuat tenaga.", jawabku.

Aku berlalu ke kamarku tanpa merisaukan ajakan mereka. Aku lelah mengingat hari ini. Mudah-mudahan saja malam ini ku mimpi indah. Mimpi bersanding dengan Inoe pujaan hatiku. Jarum jam terus berputar. Tapi aku belum bisa tidur walaupun telah larut malam. Perasaanku semakin galau. Suara orang-orang aneh yang tadi mengejekku juga tidak terdengar lagi. Kecuali dengkuran dari Kurosaki. Karena aku sekamar dengan Kurosaki. Inoe, Kuchiki dan Rangiku di kamar tengah. Ikakku dan Toshirou di kamar depan. Sedangkan Grimjow dengan Ishida di kamar belakang dekat dapur. Masih ada dua kamar lagi, satu di tempati Yamamoto dan sisanya kosong. Tapi tiba-tiba terdengar suara aneh dari belakang vila tepatnya dari tempat Yamamoto. Seperti suara benda tajam yang di asah. Suara dentuman itu, seperti suara kapak yang haus darah. Memang Yamamoto itu suka momotong kayu dan menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar. Perasaan galauku membawaku ke ujung mimpi. Mimpi buruk yang lagi-lagi sama dengan mimpi tadi siang. Ku lihat kematian Rangiku, Kurosaki, Grimjow, Ikakku, Toshirou dan gadis pujaanku, Inoe.

"…………!! Tidaaaaaaaaaaak…!!" Teriaknya mencekik kaheningan, membelah awan subuh. suara itu berasal dari mulut pacar si dada besar..

Hanya kurosaki yang masih terlelap dengan jeritan itu. Kami semua terbangun dan keluar dari wadah berisi peralatan tidur. Kami mencari sumber jeritan itu. Terdengar dari luar vila.

" Hei bodoh! Teriakanmu membuat kami semua bangun tau! Ayam aja belum berkokok!" kata Ikakku tanpa tahu apa yang sedang terjadi.

" Aaahhhhhhhhhhhh!!!" menyusul teriak Inoe dan Kuchiki saat melihat tubuh Rangiku berlumuran darah tanpa sehelai pakaian pun.

" Apa yang terjadi sebenarnya?", tanya Toshirou yang tidak tahu apa-apa.

" Hei, Joker! Bagaimana ini semua bisa terjadi?" tanya kurosaki yang terbangun akibat teriakan Inoe dan Kuchiki.

Hanya kurosaki yang memanggil Grimjow seperti itu. Grimjow sangat terpukul dan sepertinya dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi.

Kapak itu, kapak yang menancap di bahu Rangiku, jelas sekali kalau dia di bunuh. Tapi siapa? Siapa yang membunuh dia saat menjelang pagi seperti ini? Pertanyaan itu yang timbul dalam benak kami.

To be continue..

Huft..sampai di sini dulu ya chapter 1.

Tau ga siapa yang kira-kira bunuh rangiku???????