Missing Hou
Cast ::
Kim Minwoo
Kwon Howoo
Kim Mingyu
Jeon Wonwoo
Other cast(s)
Genre :: Romance
Rate :: T
Warning :: Jump scene. No conflict. MPREG. Yaoi. BxB. Typo(s). AU!School-life. Focus on Minwoo & Howoo (not MEANIE or SOONHOON).
Disclaimer :: Cast disini semuanya milik Tuhan YME, orangtuanya, dan diri mereka masing-masing. Yang milik saya cuma ceritanya aja. Apabila tidak suka dengan ceritanya, harap tidak usah dibaca dan jangan bash para cast nya ya~
ddideubeogeo17 present
.
.
.
Hana
Dul
Set
Enjoy it~
.
.
.
"Huwaaaa kaki Hou sakit."
"Omo! Minu hyung, Seunghyun hyung, cepat ke sini! Hou terjatuh dari ayunan, kakinya terluka!"
Keempat anak lelaki berbeda usia itu tengah berada di taman bermain sekitar komplek perumahan mereka. Saat mendengar teriakan David –sang maknae, sontak dua sosok lain yang notabene lebih tua darinya langsung berlari menghampiri.
"Eoh? Hou-ya bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Seunghyun yang berusia paling tua diantara keempat temannya yang lain.
"Huwaaaa hiks"
Bukannya menjawab, Howoo justru makin mengencangkan tangisnya. Bocah berusia tujuh tahun itu tidak bisa menanggapi pertanyaan yang dilontarkan untuknya, karena perih yang terasa di lutut dan telapak tangan sudah merenggut semua fokusnya.
"Ayo kita pulang saja, sini hyung gendong." belum sempat Seunghyun menghampiri Howoo, Minwoo mendahuluinya dan tanpa berkata apapun langsung membawa Howoo di gendongan punggungnya.
Sedangkan Seunghyun tersentak saat menyadari sesuatu, 'Eoh? Perasaanku saja atau memang barusan Minwoo memberiku tatapan dingin?' batinnya heran.
"Seunghyun hyung sedang apa? Ayo cepat!" teriak David membuat Seunghyun tersentak. "Ah iya…"
.
.
.
"Apa Minu hyung sedang sibuk?"
"Hm."
"Yahhh."
Howoo, bocah manis berusia sepuluh tahun itu sontak mengerucutkan bibir.
"Hyung, jika besok apa hyung masih sibuk juga?"
"Hm."
Ekspresi Howoo semakin keruh saat telinganya lagi-lagi mendengar deheman lelaki tampan yang berusia setahun lebih tua darinya. Bahkan sosok itu menjawab tanpa menolehkan wajah dari televisi di depannya.
"Hyung, Hou kan lemah di pelajaran matematika. Hou ingin diajari oleh hyung~" inilah salah satu jurus andalan Howoo, merengek.
"Tapi hyung sedang ingin bersantai." jawab Minwoo acuh.
Howoo menundukan kepalanya sedih, hari ini adalah hari sabtu dan memang bukan hal asing mendapati si manis Howoo di rumah Minwoo. Jarak rumah mereka yang berdekatan membuat keduanya kerapkali saling bermain bahkan menginap di rumah satu sama lain.
Ruangan itu hanya diisi oleh suara televisi, sedangkan dua sosok di dalamnya hanya saling berdiam diri. Sesekali Minwoo melirikan ujung matanya kearah Howoo yang tengah bersandar dengan separuh wajah ditutup bantal sofa yang dipeluknya.
Diam-diam Minwoo menggeser duduknya dan mendekati Howoo –yang entah tengah fokus menonton atau justru melamun, lalu segera ditariknya bantal tersebut.
Lelaki bermarga Kim berusia sebelas tahun itu lantas mengecup singkat pipi yang lebih muda lalu berkata, "Menginap lah malam ini, maka hyung akan mengajarimu matematika." Selepas mengatakan hal tersebut, Minwoo langsung berdiri dan bergegas ke dapur dengan wajah memerah yang sayangnya luput dari pandangan Howoo.
Sedangkan Howoo sendiri masih terkejut dan membeku di posisinya, "Eh? A–ah, ne! Hou akan menginap hyung!" teriak Howoo bahagia sementara Minwoo yang mendengar teriakan itu dari dapur sontak menyunggingkan senyum yang sangat mirip seperti ayahnya, Kim Mingyu.
Kedua bocah itu tidak tahu saja jika di anak tangga yang tidak terlihat dari ruang televisi terdapat sosok lelaki manis yang tengah mengintip mereka dan sibuk membekap mulutnya sendiri menahan kekehan melihat interaksi sang anak dengan si manis duplikat Jihoon.
"Yak! Sayang, sedang apa disini? Kau mengejutkanku, untuk apa duduk di anak tangga begi–HMMPPP"
"Sssttt diamlah Kim Mingyu, jangan berisik!" Wonwoo membekap mulut sang suami dan menyeretnya menuju kamar. Takut jika teriakan Mingyu membuatnya dipergoki oleh dua bocah lelaki yang sekarang tengah melanjutkan acara menonton televisi bersama.
.
.
.
"Minwoo-ya, kau kenal dengan Kwon Howoo tidak?"
"Kenapa?"
Minwoo mengerutkan dahinya bingung, ketua kelasnya yang bernama Daejoon itu terkenal akan prestasi dan sikap baiknya. Ia juga masuk ke dalam ranking sepuluh besar angkatan, meskipun Minwoo tetap berada di ranking satu seangkatan tapi entah kenapa membuat Minwoo risih jika sosok itu mulai bertanya-tanya tentang Howoo.
"Hei aku kan bertanya, kenapa malah bertanya balik?"
"Kenapa?"
Daejoon yang hafal dengan sikap dingin Minwoo pun sontak berdecak namun kemudian ia duduk di sebelah Minwoo, omong-omong mereka tetap berada di kelas meskipun sedang jam istirahat.
"Kau tahu, sebenarnya beberapa minggu lalu di perpustakaan aku melihatnya kesulitan mencari buku. Aku berniat menolongnya, dan kami pun terlibat perbincangan ringan. Hingga setelah itu aku jadi lebih sering ke perpustakaan untuk bisa melihatnya."
Minwoo merasakan kerutan di dahinya semakin dalam, bukan karena bingung tapi tiba-tiba saja perasaannya sebal tidak menentu.
"Nah setelah beberapa kali mengobrol aku baru tahu jika ternyata kau teman dekatnya sedari kecil, dan ia bilang jika sebenarnya ia biasa ke perpustakaan untuk menemanimu yang hobi membaca buku namun karena kau sedang sibuk dengan persiapan olimpiade jadinya ia sendirian. Saat mendengar namamu keluar dari bibirnya, aku benar-benar merasa punya peluang besar."
"Peluang apa maksudmu?" tanpa sadar Minwoo berkata ketus.
Daejoon menaikan sebelah alis heran, namun ia tidak ambil pusing. "Tentu saja peluang untuk mendekatinya. Aku kan bisa jadi tahu apa saja tentangnya darimu, jadi ak–"
"Jangan harap."
"N–ne?!"
"Jika di pikiranmu kami hanya berteman, maka sebaiknya segera hapus persepsi itu dan jangan pernah berpikir untuk mendekatinya, arra?" Minwoo lantas beranjak meninggalkan kelas setelah menatap tajam ketua kelasnya.
Daejoon memicingkan mata dan berdecak, "Apa dia baru saja mengintimidasiku? Bahkan kita jarang berinteraksi dan sekalinya bicara, harus berakhir seperti ini? Apa dia cemburu? Menyebalkan!" gerutu Daejoon.
Minwoo segera ke perpustakaan, saat sepasang netranya menangkap sosok yang familiar ia pun segera menepuk lembut puncak kepalanya dari belakang.
"Daejoon hyung kau– eh?! Minu hyung?"
Tanpa banyak bicara Minwoo duduk di samping Howoo lalu menatapnya dalam, "Kenapa? Hou tidak suka hyung di sini? Ya sudah." Minwoo bangkit dari duduknya namun gerakannya terhenti saat tangannya dicengkeram erat oleh lelaki manis yang baru saja menduduki bangku kelas satu sekolah menengah pertama itu.
"Ti–tidak! Bukan itu maksud Hou. Tadi hanya kaget saja, hyung kan beberapa waktu terakhir sedang sibuk dan Hou pikir yang datang itu Dae–"
"Sssttt ini perpustakaan, jangan berisik dan mulai hari ini masa sibukku sudah selesai." jawab Minwoo acuh sambil mengambil komik yang berada di hadapan Howoo.
Howoo yang mendengar hal itu sontak tersenyum lebar, ia pun mencubit iseng hidung Minwoo, "Yes! Tuan Sok Sibuk akhirnya tidak sibuk lagi!" teriaknya refleks.
"Sssttt diam atau keluar!" tegur penjaga perpustakaan, membuat Howoo terkejut dengan ekspresi lucunya, ia pun membungkam mulut dengan kedua telapak tangan. Sementara Minwoo hanya menahan senyum di balik halaman komik yang tengah –pura pura– dibacanya.
.
.
.
"Wonu eomma~"
"Ne sayang, kenapa?"
"Apa Minu hyung sekarang membenci Hou? Hou memang salah." Howoo tengah berbaring di sofa ruang keluarga kediaman Kim dengan menjadikan paha Wonwoo sebagai bantalnya.
Wonwoo tersenyum kecil, ia mengusap kepala Howoo dengan lembut. "Tidak Hou sayang, hyungmu itu sangat menyayangimu lebih dari apapun. Tidak mungkin ia membenci Hou hanya karena masalah seperti itu."
"Tapi kan eomma, gara-gara Hou semua data proposal dan segala hal tentang ekskul yang ada di laptop Minu hyung terhapus karena kecerobohan Hou, dan bahkan datanya tidak bisa di backup." ujar Howoo sedih, ia mengusakkan wajahnya di perut Wonwoo, mencari kehangatan dari sosok ibu kedua baginya.
"Iya memang itu salah Hou, tapi bagaimanapun juga Hou kan sudah meminta maaf dengan berbagai cara. Tidak hanya dari mulut, bahkan Hou membantu Minu untuk mengerjakan ulang itu semua kan? Jadi sekarang Hou tenang saja ya, biarkan Minu menenangkan diri dulu."
Semua berawal dari keisengan Howoo mengotak-atik laptop Minwoo, tanpa tahu jika kelakuannya itu berdampak fatal dengan terhapusnya semua data-data penting. Membuat Minwoo untuk pertama kali membentak Howoo begitu keras dan mendiaminya selama hampir dua minggu.
Kembali ke situasi sekarang.
Setelah mengira jika Howoo sudah pulang, Minwoo keluar dari kamar dan menemukan sang ibu tengah memicingkan mata ke arahnya. Minwoo hanya membuang muka dan menuju dapur, tujuan utamanya keluar kamar memang untuk mengambil minum.
"Minwoo, ke sini."
Jika sang ibu sudah memerintah dengan nada datar begitu, Minwoo paham jika itu artinya Wonwoo tengah marah sungguhan. Minwoo lebih memilih menurutinya lalu duduk di samping sang ibu, dan menahan hausnya.
Wonwoo merangkul pundak sang putra dan menyenderkan kepala sang putra di bahu hangatnya, meskipun anaknya itu sudah berada di tingkat dua sekolah menengah atas tapi bagi Wonwoo ia tetaplah Minwoo si kecil yang amat disayanginya.
"Coba jelaskan pada eomma, kenapa Minu bersikap begitu pada Hou?"
Hening beberapa saat hingga Wonwoo bisa mendengar helaan napas berat milik Minwoo, "Bukan begitu maksud Minu eomma. Minu hanya,"
"Hanya?"
"Minu tidak mengerti eomma."
"Tidak mengerti apa sayang? Coba ceritakan pada eomma."
"Minu sebenarnya sudah tidak marah pada Hou." lirih lelaki remaja itu.
"Lalu?" Wonwoo tersenyum, ia sangat paham jika sikapnya memang menurun pada Minwoo.
Kesalahan dan kecerobohan Mingyu dahulu saja memang kerapkali membuat Wonwoo marah, tapi tetap saja ia tidak bisa berlama-lama mendiamkan sosok lelaki tan itu. Oleh sebab itu Wonwoo yakin jika diamnya Minwoo pada Howoo pasti disebabkan oleh hal lain.
"Minu. . . Minu hanya tidak suka pada Hou dan Seunghyun hyung."
"Mwo? Kenapa? Kenapa tiba-tiba Seunghyun juga?" tanya Wonwoo bingung.
"Karena Hou sibuk bertanya ini itu pada Seunghyun hyung untuk membantu Minu membuat data ulang. Tapi justru karena itu ia jadi selalu menghubungi Seunghyun hyung, bahkan eomma tahu kan beberapa hari ini ia jarang ke rumah kita." gerutu Minwoo tanpa sadar dan membuat Wonwoo tersenyum lebar, ia bisa menarik kesimpulan dari itu semua.
"Minu cemburu."
"Eh?"
"Minu cemburu, oleh sebab itu Minu mengacuhkan Hou. Bukan karena kesalahan Hou tapi lebih karena sebal sebab perhatian Hou teralih pada yang lain. Begitu kan?"
"Ti– tidak. Bukan begitu eomma, Minu hanya sebal saja karena hmm karena" Minwoo menggigit bibir bawahnya, ia bingung harus menjawab apa.
Sementara Wonwoo tersenyum puas, karena sifat Minwoo menurun darinya ia paham betul jika sang putra tengah berbohong menutupi perasaannya.
"Oh yasudah, maaf jika pendapat eomma salah. Kalau begitu eomma akan menelepon Hou."
"Menelepon? Untuk apa?"
"Tadinya malam ini eomma menyuruh Hou menginap karena besok hari minggu, tapi jika Minu masih sebal dan ujung-ujungnya hanya mendiamkan Hou ya lebih baik Hou tidak usah jadi ke sini saja, iya kan?"
"Jangan!"
"Jangan?"
"Itu hm maksud Minu, hm Hou"
"Sudah ya, eomma akan mengambil ponsel dulu."
"Andwae! Suruh ia menginap!" Wonwoo menaikan sebelah alisnya, menatap heran ke arah putranya. Padahal ia hanya berakting saja, di dalam hati justru sibuk menahan tawa. "Minu, Minu hanya ingin minta maaf sudah bersikap kekanakan."
"Minta maaf? Kan bisa lewat ponsel."
"Tapi Minu rindu." lirih Minwoo tanpa sadar. Wonwoo menyeringai jahil, "Apa? Rindu? OH MINU RINDU HOU?"
"Ish eomma apa sih teriak-teriak?"
"Jadi, Minu hyung sudah tidak marah pada Hou? Minu hyung juga rindu Hou?" tanya suara lembut yang terdengar begitu polos.
Mendengar suara yang sangat familiar itu sontak Minwoo menolehkan wajah dan matanya terbelalak. Ia langsung mendengus saat melihat Wonwoo yang tengah menahan tawa.
Siapa yang menyangka jika sedari tadi Howoo yang Minwoo kira sudah pulang ternyata berada di dapur. Tentu saja itu semua tidak lain dan tidak bukan pasti ide dari eomma tercintanya itu.
"Sudah kepalang basah, ya sudahlah lebih baik menyelam sekalian." bisik Wonwoo sambil terkekeh pada Minwoo saat dilihatnya Howoo mulai berjalan ke arah mereka dengan senyum di wajah manisnya.
'Oh Ya Tuhan, tenggelamkan saja aku! Ini memalukan.' batin Minwoo meringis.
.
.
.
Hari minggu itu dipakai oleh Seunghyun, Minwoo, Howoo, dan David untuk berkumpul di kamar David.
Seunghyun yang baru saja duduk di bangku kuliah tahun pertama, Minwoo yang sudah menginjak kelas dua sekolah menengah atas, Howoo yang baru kelas satu sekolah menengah atas, sementara David masih duduk di bangku akhir sekolah menengah pertama. Mereka berempat memang disibukkan dengan kegiatan masing-masing, jadi frekuensi pertemuannya tidak sesering dulu. Namun seperti saat ini, mereka akan menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama.
"Yak Minu hyung apa-apaan sih?!" teriak lelaki termuda di antara keempatnya.
Minwoo yang diteriaki hanya mengendikan bahu acuh dengan ekspresi datarnya, membuat David mendengus sebal.
Tadi David tengah bermain games, dan saat hasil akhir ia keluar sebagai pemenang sontak dengan refleks David memeluk Howoo yang duduk di sebelahnya sedangkan Seunghyun yang kalah hanya meletakan joysticknya dengan lesu.
Namun entah ada angin apa, Minwoo yang awalnya sibuk memainkan ponsel di atas kasur David tiba-tiba melepaskan pelukan David pada tubuh mungil Howoo dan duduk diantara keduanya.
"Eoh? Minu hyung ingin ikut bermain atau menonton saja seperti Hou?"
"Ingin duduk." Jawab Minwoo singkat, namun ia menggeser duduknya hingga berada di belakang Howoo. Lalu ditariknya pelan tubuh yang lebih mungil hingga punggunya menyender sempurna di dada bidang Minwoo. Setelahnya sebelah tangan Minwoo memeluk pinggang Howoo, ia pun menyandarkan sebelah pipinya di bahu mungil itu –melanjutkan kegiatannya memainkan ponsel dengan sebelah tangan.
Howoo yang biasa diperlakukan begitu oleh Minwoo hanya tersenyum tipis dan mengusap rambut lelaki bermarga Kim itu.
David benar-benar sebal saat pertanyaannya tidak digubris oleh Minwoo sementara Seunghyun yang melihat itu hanya terkekeh geli, ia tidak sepolos David ataupun Howoo yang bahkan tidak dapat menangkap sinyal kecemburuan Minwoo.
.
.
.
"Sayang. . ."
"Apa?!" tanya lelaki mungil itu galak.
Sementara lelaki lain dengan mata yang sama sipitnya hanya mengerucutkan bibir. "Jihoonie galak sekali~"
"Ish menjauhlah, Soon! Apa sih?!" tanya Jihoon risih saat suaminya itu mengeratkan pelukannya dari belakang dan sibuk mengusalkan wajah di rambut Jihoon.
"Sekarang Hou menginap di rumah Minu."
"Lalu?"
"Ehehehe kau tahu lah Ji."
"Tidak, aku tidak tahu!"
"Ji, ayolah~"
"Tidak mau Kwon Soonyoung, aku lelah."
"Ish kau memangnya lelah apa?"
"Lelah menjalani hidup ini denganmu."
"Jihoonie~" rengek lelaki bermarga Kwon itu sambil mengecupi leher Jihoon.
"Hentikan!"
Bukannya menghentikan kegiatannya, Soonyoung justru mengeratkan pelukannya. "Jihoonie, kau tidak sungguh-sungguh bosan denganku kan?"
Mendengar suara Soonyoung yang seperti orang putus asa itu, sontak Jihoon menolehkan wajah dan mengecupi bibir Soonyoung. "Bercanda, dasar bodoh!" kekehnya.
Soonyoung hanya tersenyum lebar, ia menghirup harum khas tubuh pasangan hidupnya itu. "Soonyoung-ah?"
"Hm?"
"Apa kau menyetujui jika uri Hou berpacaran?"
Sontak Soonyoung menghela napas berat, ia bukannya tidak suka jika anaknya menjalin kasih dengan orang lain. Hanya saja Soonyoung merasa khawatir.
"Aku. . ."
"Apa yang membuat mu keberatan, hm?"
"Kau tahu kan Ji, meskipun rupa Hou sangat mirip denganmu. Tapi sifatnya benar-benar sepertiku, terkadang ia bahkan terlalu polos dan tidak bisa menangkap sinyal bahaya. Aku hanya takut ia mendapatkan orang yang tidak tepat."
Jihoon pun mengangguk paham, sebagai ibu kandungnya tentu ia juga paham betul watak sang anak. "Kau benar tapi jika dengan Minu, apa kau masih keberatan?"
"MWO?!"
PLAK
"Ssshh sakit Jihoonie~ Aku suamimu lho." Gerutu Soonyoung saat kepalanya mendapatkan pukulan keras.
"Jangan berisik, Soon. Sudah malam."
"Minu?! Kim Minwoo? Si dingin bertampang datar itu kan?"
PLAK
"Jihoonie~" rengek Soonyoung.
"Apa?! Jangan berkomentar sembarangan."
"Tapi kan memang itu kenyataannya. Jihoonie, ayolah~ dari sekian banyak orang kenapa kau kepikiran jika anak kita yang begitu manis seperti Hou harus menjalin kasih dengan lelaki minim ekspresi macam Minu?" tanya Soonyoung tidak habis pikir, sementara Jihoon berdecak kesal.
"Kau itu benar-benar tidak peka ya? Apa kau tidak menyadari sikap Minu pada Hou itu seperti Wonwoo pada Mingyu?"
"Eh?" Soonyoung pun memutar memorinya, mencoba mengingat-ingat anak sahabatnya itu. Dan ya, ia pun baru menyadari jika meski rupa Minwoo menyerupai sang ayah namun sikap Wonwoo benar-benar menurun sempurna padanya.
"Eh, kurasa kau benar Jihoonie."
Jihoon hanya mendengus mendengar jawaban sang suami, "Jadi bagaimana? Jika seandainya Hou dan Minu menjalin kasih, apa kau akan merestui mereka?"
Soonyoung cemberut, "Huhuhu haruskah aku merestui mereka Ji? Ya Tuhan, bayi kecilku yang manis sekarang sudah tumbuh besar ya?" jawab Soonyoung sambil menerawang.
Jihoon pun menjambak poni Soonyoung dengan mudah –karena sang suami masih memeluknya dari belakang dan menyenderkan kepalanya di bahu Jihoon.
"Jangan menganggapnya seperti anak kecil! Justru jika kau memanjakannya terus, bagaimana bisa ia menjadi dewasa?!" omel Jihoon.
"Ish Jihoonie, bagaimana bisa aku berhenti memanjakannya? Ia berparas sangat manis dan bertubuh mungil, persis seperti dirimu hanya dalam versi karakter yang lebih lembut."
NYUT!
"A- AW! Kenapa mencubit tanganku?"
". . ."
"Ehehehe sayang, jangan marah. Baiklah baik, aku akan mulai mendidiknya menjadi mandiri agar ia lebih dewasa." Ujar Soonyoung sungguh-sungguh, Jihoon hanya mengangguk kecil.
"Tapi waktu tidak terasa ya Ji, berlalu begitu cepat. Jika Hou sudah resmi memiliki kekasih, pasti waktunya dengan kita akan berkurang."
Di dalam hatinya Jihoon menyetujui ucapan Soonyoung, "Eh kau belum menjawab pertanyaanku. Jika Hou dengan Minu apa kau akan merestuinya?"
"Hmm ck! Kenapa harus dengan si dingin itu sih, Ji?"
"Memang kenapa? Lagipula Minu anak baik dan sopan, bonusnya ia itu sangat tampan. Versi putihnya Kim Mingyu bahkan wajahmu saja kalah, Soon." ujar Jihoon sambil terkekeh geli. Soonyoung yang sebal hanya mendengus dan menggigit iseng bahu Jihoon.
"Akan aku restui, tapi aku harus memberimu bukti terlebih dahulu."
"Mwo? Maksudnya?"
"Bukti jika aku lebih tampan daripada Minu, apalagi saat aku berkeringat dan 'mendominasi'mu di ranjang." Soonyoung berbisik dengan suara rendah, ia menyeringai dan mulai menghisap leher sang istri, Jihoon yang tentu saja sudah hidup lama bersama Soonyoung hafal betul apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Soonyoung?"
"Hm?"
"Soon–YAK JANGAN KERAS-KERAS!"
Baiklah tinggalkan sepasang suami istri yang tengah sibuk dengan kegiatan panasnya.
.
.
.
GREP
"Eh? Mingyu-ya kenapa? Kau haus juga?" namun pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban.
Wonwoo terkejut saat mendapati sepasang lengan kekar yang merengkuh erat pinggangnya dari belakang. Untung saja ia sudan menelan air yang diminum, jika tidak mungkin ia akan tersedak.
"Mingyu-ya?"
"Wonu~"
Wonwoo mengernyit, heran jika Mingyu sudah mulai merengek tidak jelas. "Apa hm?"
"Barusan aku iseng mengintip kamar uri Minu."
"Lalu?"
"Aku melihat Minu memeluk tubuh Hou."
"Ya, lalu apa? Sebenarnya inti pembicaraanmu apa sih Mingyu-ya?"
Mingyu melesakan wajahnya di perpotongan leher Wonwoo dan menghirupnya dalam-dalam. "Aku hanya merasa janggal saja."
"Janggal kenapa?" tanya Wonwoo, tangannya ikut menumpu di atas tumpukan tangan Mingyu yang masih memeluk tubuhnya.
"Sebenarnya aku tidak mengerti dengan sikap Minu. Dia terlihat begitu dingin, bahkan pada Hou saja cenderung acuh tak acuh. Tapi yang ku lihat, tiap Hou tertidur pasti Minu begitu perhatian padanya. Seperti berusaha membuat Hou senyaman mungkin dalam tidurnya, kau tahu? Saat ia memperlakukan Hou begitu, pasti binar matanya terlihat begitu bahagia meskipun ekspresi wajahnya tetap datar."
Wonwoo hanya mendengus, "Mingyu-ya?"
"Ya?"
"Bagaimana denganku?"
"Hm? Denganmu? Maksudnya?" Mingyu tidak mengerti, sementara Wonwoo memutar bola matanya jengah.
"Apa dulu saat kita menjadi kekasih, aku selalu bersikap clingy tiap waktu padamu?"
Mingyu menjawab dengan gelengan.
"Jika pun aku memasang ekspresi datar, tapi apa mataku terlihat berbinar saat bersamamu?"
Mingyu kali ini menjawab dengan anggukan.
"Nah, itu."
"Eh?"
Wonwoo berdecak kesal, dengan gerakan cepat ia membalikan tubuh dan menekan kedua pipi Mingyu hingga bibirnya mengerucut seperti ikan.
CUP
"Itu"
CUP
"Berarti"
CUP
"Putramu"
CUP
"Jatuh"
CUP
"Cinta"
CHUUU~
Wonwoo mengecup dan melumat kilat bibir bawah suaminya, sementara Mingyu masih terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Wonwoo.
"Hei!" seru Wonwoo sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Mingyu.
"E–eh?"
"Jadi, sudah paham? Tidak ada yang janggal dari hubungan putramu dan Hou, hanya memang sepertinya status mereka masih belum berubah."
"Oh, begitu. Jadi maksudnya Minu benar-benar menyukai Hou ya?"
"Iya, ck bagaimana mungkin sifat anak sendiri kau tidak mengerti?"
"Maaf, aku memang sulit membaca sikapnya." lirih Mingyu membuat Wonwoo menghelas napas.
"Iya, sudahlah. Ayo ke kamar, kita tidur lagi. Ini masih dini hari dan kau pasti masih jet lag."
Mingyu memang sudah hampir seminggu di Belanda, mengurus bisnisnya yang semakin melebarkan sayap bahkan hingga sampai ke Eropa dan baru tadi malam ia sampai di Korea. Namun belum sempat Wonwoo melangkah lebih jauh, tangannya digenggam erat dan saat menoleh si pelaku terlihat menyeringai hingga gigi taringnya terlihat begitu jelas.
"Hm?"
"Kenapa cium-cium? Tumben, rindu ya?"
Wonwoo hanya mengedarkan pandangan ke segala arah, "Tidak."
"Eiyh~ sayangku jujur saja. Jika rindu bilang saja, aku juga rindu padamu kok." Tanpa banyak bicara Mingyu segera menggendong Wonwoo ala bridal style dan membawanya menuju kamar.
Meskipun kepalanya masih terasa pusing, tapi rasa rindu pada Wonwoo benar-benar tidak dapat dibendung. Ia sangat ingin 'bermain' dengan sang istri, hanya 'permainan ringan' yang tidak sampai ke inti.
Baiklah, mari tinggalkan pasangan yang tengah melepas rindu itu.
.
.
.
.
.
TBC
*Sebenarnya ga kepikiran untuk bikin sequel, tapi ini dibuat karena salah satu reviewers ada yang pengen cerita pas Minwoo udah remaja. Jadi dibuatlah ini/? Hehe hei JaeminNanana, semoga ini ga ngecewain ya…
**Judulnya baru nyambung di chap satunya.
***Makasih buat semuanya yang udah baca ff ini. Btw sebenernya ini mau oneshoot, cuma takut bacanya bosen akhirnya dibagi dua. Ini mau di post ngga lanjutannya? xD
****Mind to RnR? Gomawo^^
BIG THANKS TO :
MeanieSeries1706 | Kim Joungwook | aylopyu | suki-chan07 | hvyesung | csupernova | Albus Convallaria majalis | Ahnyona | Jjangmyeon | anomin | pizzagyu | Rei Rena | tunanganwonupacarmingyu | Nikeisha Farras | chayeoji | Kyunie | LittleOoh | seira minkyu | Guest sprinkles | Jeonna | Guest wonugyu | rizka0419 | Guest saymyname | Guest siapapun boleh | kianaevellyn | JeonCarmy | utsukushii02 | JaeminNanana | xiluhan | Chwe S. Kaa | Guest Wonu | Guest Jeon06 | bekyunkiyut | jeononu | KimAnita | ddllddll1996 | daejae9394 | Para Guest
