Nosebleed
.
.
Pair – Krisho
Rated – T
Genre – Romance? Humor?
.
.
"Oh..Ya Tuhan..."
"Mau sampai kapan kau memandanginya dari jauh?"
"Eh, Minseok hyung."
Pemuda berkulit putih susu ini langsung mengalihkan pandangannya. Lalu, namja yang dipanggilnya Minseok hyung tadi berdiri disebelahnya.
"Kenapa hyung ada disini?"
Minseok mengerutkan dahinya mendengar pertanyaannya.
"Kenapa? Kan kelasku disini."
"Tidak.. bukannya tadi hyung di kantin?"
"Kantinya sesak, aku jadi malas."
Laki-laki bernama Junmyeon itu mengangguk.
"Jadi, mau sampai kapan kau melihatnya dari jauh begini?"
"Mollayo."jawab Junmyeon lirih.
"Kan hyung tau sendiri, aku selalu mimisan kalau berhadapan dengannya."
Minseok berdecak, "Aku tidak mengerti, kenapa keanehan itu terjadi padamu."
Junmyeon menundukkan kepala.
"Hyung, menurutmu bagaimana seandainya aku selalu mimisan, lalu gagal mendapatkan dia?"
"Junmyeon!"seru Minseok. Junmyeon terperanjat karena seruannya itu.
"Kau terlalu mudah menyerah! Mungkin, karena kau belum terbiasa berhadapan dengannya, refleks yang diberikan tubuhmu bukan hanya debaran yang menggila, mungkin mimisan itu salah satunya."
Junmyeon memandang Minseok dengan tatapan memelas.
"Lalu aku harus apa?"
Minseok mengalihkan pandangannya ke arah lain, yang pasti bukan ke arah Junmyeon yang menatapnya seperti anak anjing yang terbuang.
"Molla. Pikirkan sendiri!"
Minseok pun berbalik meninggalkan Junmyeon.
"Huh, Minseok hyung jahat!"
Minseok hanya menjulurkan lidah lalu berlalu pergi meninggalkan kelas.
"Huft~"
Junmyeon meniup poninya yang sedikit menjuntai di depan matanya.
"Aku bingung,"
"Bingung kenapa?"
Junmyeon langsung mengalihkan pandangannya kesumber suara yang ada disebelah kirinya.
"Yixing? Sejak kapan kau ada disini?"
"Sejak kau asyik melihat pangeranmu itu."
Junmyeon memajukan bibirnya kesal.
"Junma! Aku bosan melihatmu yang hanya bisa memandangnya dari jauh, tapi tidak bisa melakukan pendekatan!" Ujar Yixing gemas sambil mencubit pipi tembam Junmyeon.
"Ya! Ya! Yixing! Sakit tau!"
Yixing terkikik, lalu melepas cubitannya.
"Tapi, Xing.. kamu kan tahu, aku pasti akan-"
"-kau akan mimisan bila bertatap muka dengannya. Junmyeon, alasanmu basi tauk. Aku bosan mendengarnya."potong Yixing. Junmyeon tambah cemberut.
"Yixing~"
Junmyeon merengek, menampakkan puppy eyesnya.
'Aku tidak tahaan! Junmyeon imut banget!'Yixing malah fanboying(-")
"Arra, arra. Aku akan membantumu"
Junmyeon melompat girang lalu memeluk Yixing erat.
"Yuhu! Terima kasih, Xing! Kau yang terbaik!"
"Jun..myeon.. aku tidak..bisa..akh! Bernapas"
Begitu eratnya, hingga Yixing kesulitan bernapas._.
"Yak! Pelan-pelan! Jadi tumpah 'kan tepungnya"
"Ne, ne. Maaf~"
Atas saran Yixing, Junmyeon pun membuat kue muffin untuk diberikan pada pujaan hatinya-Yifan.
Sepulang sekolah, mereka menuju mini market dekat rumah Yixing untuk membeli bahan-bahannya. Junmyeon benar-benar berterima kasih pada kemampuan memasak Yixing yang patut diacungi jempol.
"Sekarang, aduk adonan ini perlahan. Aku akan menyiapkan cetakannya."
Junmyeon menuruti perintah Yixing. Ia mengaduk adonan yang berisi bermacam bahan yang Junmyeon ketahui adalah, telur, tepung, gula, dan bahan lain yang Junmyeon tidak tahu namanya. Junmyeon mengaduknya dengan sepenuh hati-tentu saja, ini kan dibuat khusus untuk Yifan. Yixing tersenyum melihat Junmyeon yang sangat semangat membuat muffin ini-walau Junmyeon membuat dapur nya berantakan.
"Coba aku lihat"
Yixing mengintip adonan yang kini telah tercampur.
"Baik, sudah cukup. Ayo kita masukkan ke dalam cetakan!"
Mereka mulai memasukkan adonan tersebut kedalam cetakan yang telah Yixing siapkan. Lalu, Junmyeon menaburi choco chip diatas adonan kue, dan memasukkannya kedalam oven.
"Tetapkan waktunya selama 20 menit."
Setelahnya, Junmyeon menetapkan waktu yang telah disebutkan Yixing, dan menghampiri Yixing yang sedang duduk di kursi meja makan.
"Xing, bagaimana kalau aku baru berhadapan dengan nya, aku sudah mimisan?"
"Kau harus sedia tissue."
"Tapi, Xing-ah, aku benar-benar tidak tahan kalau berhadapan dengannya. Rasanya jantungku mau lepas dari tempatnya. Dan lagi, aku seperti mau pingsan saja,"
"Ya, ditambah lagi kalau kau bertindak ceroboh,"
Junmyeon menatap Yixing kesal. Mereka pun mengobrol tentang bermacam hal. Terkadang, mereka tergelak saat merasa geli mendengar cerita masing-masing. Kadang, Junmyeon cemberut karena Yixing terus mengejeknya. Hingga, suara 'ting' dari oven yang berbunyi nyaring menghentikan pembicaraan mereka. Junmyeon bangkit dari duduknya dan mengambil sebuah sarung tangan yang biasa dipakai untuk mengangkat loyang yang panas*taukan?
"Yixing, aku boleh nyicip satu ya?" pinta Junmyeon.
"Terserah saja,"
Junmyeon mengambil sebuah muffin.
"Ugh, panas, panas!"
"Bodoh! Tentu saja, itu 'kan baru keluar dari oven."
Junmyeon nyengir. Dia meniup muffin yang bahkan masih mengeluarkan kukusnya.
"Hmm..enak!"seru Junmyeon.
"Kalau kau mau memberikan ini pada Yifan, kau harus memasukkannya ke dalam kotak"
"Aku tahu, aku sudah menyediakannya kok."
Junmyeon beranjak keluar dari dapur. Tak lama kemudian, ia kembali dengan sebuah kotak berukuran sedang ditangannya.
"Kotak ini muat untuk 9 kue." Ujar Junmyeon.
Ia segera memasukkan kue-kue berwarna cokelat itu kedalam kotak. Tersisa dua kue karena tidak muat lagi untuk dimasukkan kedalam kotak.
"Nah, yang ini untuk dimakan"
Yixing mencomot sebuah muffin.
"Xing, terima kasih ya, mau membantuku."
"Ne, cheonma."
Junmyeon takut. Ia takut kalau Yifan tidak menyukai kue buatannya-dan Yixing. Dan lagi, ia benar-benar malu!
Ia berdiri dibalik pohon yang ada di dekat taman. Kebetulan, Yifan sedang bersantai di taman sambil membaca buku dan mendengarkan musik melalui earphone putih yang menyumpal kedua telinganya.
"Kau bisa Junmyeon! Fighting!"
Junmyeon berusaha menyemangati dirinya sendiri. Ia sudah sedia tissue di kantong celananya. Junmyeon menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan, guna menetralkan debar jantungnya. Pelan tapi pasti, Junmyeon melangkahkan kakinya menuju tempat Yifan duduk.
"Emm, permisi,"
Yifan merasa ada yang berdiri di depannya. Ia mendongak.
"Ya, kenapa?"
Joonmyun menggigit bibir bawahnya gugup.
"Uh, a-aku.. aku hanya ingin..memberikan ini padamu." ujar Joonmyun terbata-bata. Ia mengulurkan tangannya yang kini tengah memegang kotak dengan gemetar.
"Untukku?"
Joonmyun bergumam dan mengangguk. Yifan tersenyum.
"Terima kasih."
'Sial!'rutuk Joonmyun saat merasakan ada yang mengalir dari hidungnya saat melihat senyuman Yifan. Ia segera merogoh kantung celananya.
"Eh, kau mimisan? Kau sakit ya?"
"Ah? Ti-tidak. Maaf, aku pergi dulu ya!"
Joonmyun langsung kabur meninggalkan Yifan yang dilanda kebingungan.
"Aneh sekali. Kira-kira isinya apa ya?"gumamnya kemudian membuka kotaknya.
"Kue? Kelihatannya enak,"
Ia mencicipi kue tersebut.
"Hmm, lumayan."
Ia menemukan kertas kecil di balik tutup kotak tersebut.
'Hai, aku Junmyeon. Apa kau suka kuenya? Maaf, ya.. kalau hal yang tidak diinginkan terjadi. Aku selalu mimisan kalau berhadapan denganmu. Jadi, aku ingin bicara sesuatu melalui telepon saja. Ini nomorku. 0869xxxxxx.'
Yifan manggut-manggut tanda mengerti. Ia menutup kembali kotak tersebut, dan berlalu meninggalkan taman.
"Jadi, bagaimana tadi?"tanya Yixing pada Junmyeon.
"Bagaimana apanya?"
"Jangan pura-pura bodoh."
"Kau bisa menebaknya,"
Yixing memandang Junmyeon kasihan. Lalu mengusap punggung Junmyeon.
"Xing, aku benar-benar kesal! Aku bahkan baru melihatnya tersenyum, tapi-argh! Kau tahu kelanjutannya, huhuhu, menyedihkan." seru Junmyeon dengan tangis yang dibuat-buat diakhirnya.
"Tapi, setidaknya, kau sudah meletakkan kertas di balik tutup kotak tadi 'kan? Kau hanya tinggal menunggu telepon darinya"
"Kalau dia tidak menelpon?"
Yixing menghela nafas.
"Kau hanya harus bersabar. Tapi, kalau kau berani, kau bisa dekati dia lagi,"
"Tidak! Aku sudah cukup malu tadi." Gerutu Junmyeon sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kalau begitu, terserah kau saja."
Teng! Teng! Teng!
Lonceng tanda masuk pun berbunyi. Semua murid yang berhamburan di luar kelas, kini masuk berbondong-bondong menuju kelas.
Tak lama kemudian, seorang guru cantik memasuki kelas Junmyeon.
"Siang, anak-anak!"
"Siang, bu.."
"Okay, keluarkan selembar kertas. Sesuai perjanjian, kita akan ulangan hari ini. Jangan mencontek!"
"Baik, bu!"
Junmyeon sekarang sedang bergulung-gulung di kasur empuknya. Ia menunggu telepon dari Yifan. Walau ia tak yakin kalau dia akan menelpon dirinya. Ia terus berdo'a dalam hati, agar Yifan mau menelponnya. Tak lama kemudian, handphonenya menjerit heboh. Langsung saja ia menyambar hp nya yang ada di atas meja nakas.
"Yeoboseyo..?"
"Ne, yeoboseyo. Ini Junmyeon 'kan?"
"Ah, iya. Ini Junmyeon."
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"
Junmyeon menarik nafasnya dalam. Sumpah, ia sangat gugup!
"Sebelumnya, aku minta maaf, karena siang tadi, aku meninggalkanmu begitu saja,"
"Tidak apa, aku tidak ambil pusing. Lalu, kau benar-benar mimisan kalau melihatku?"
Pipi Junmyeon memerah, malu.
"Eh, ya.. Begitulah.."
"Kenapa bisa seperti itu?"
"Aku tidak tahu, hanya saja, pesonamu terlalu kuat-ugh.."ucap Junmyeon. Diujung sana, Yifan terdiam, hampir tertawa sebenarnya-entah kenapa.
'Anak ini sangat polos'
"Oke. Aku anggap itu sebuah pujian."
Junmyeon berkedip bingung.
"Halo? Junmyeon, kau masih disitu?"
"Eh, iya."
"Apa masih ada yang ingin di bicarakan?"
"Aku menyukaimu,"
Junmyeon membekap mulutnya yang suka asal bicara tanpa disaring. Sedangkan Yifan kembali terdiam.
"A-ah.. m-maksudku... i-itu-"
"Tidak apa-apa. Kau lucu juga, ya?"
Pipi Joonmyun memerah-lagi. Ia benar-benar merutuki mulutnya yang asal bicara. Yifan merasa gemas, ingin sekali ia mengacak surai milik Joonmyun, tapi tidak bisa-tentu saja, ini 'kan telepon.
"Ya sudah. Aku tutup teleponnya, ne? Annyeong,"
"Ah, ye.. annyeong"
Sambungan telepon terputus. Junmyeon menutupi wajahnya dengan bantal.
"Astaga, astaga, astaga! Bodoh, apa yang kukatakan tadi huh?! Asdfghjkl..!" seru Junmyeon gemas sambil menenggelamkan wajahnya pada bantal. Yah, setidaknya ia tidak mimisan hanya karena suara Yifan.
Junmyeon merasa tidak ingin ke sekolah. Hanya karena insiden mimisan di hadapan Yifan kemarin. Tapi, itu adalah hal paling memalukan seumur hidupnya, asal kalian tahu.
"Yixing~shireo!"
"Kau harus sekolah! Ayo!"
Bahkan, Yixing harus menyeret Junmyeon agar mau keluar kamarnya(-_-)
Fyi, Yixing menjemput Junmyeon hari ini.
"Ahjumma! Junmyeon tidak mau bangun!"adu Yixing pada eomma nya Junmyeon.
"Kau boleh menyiramnya dengan air es!"sahut eomma Junmyeon.
"Ya! Nanti aku jadi beku! Dasar Yixing tukang adu."
Junmyeon segera berdiri dan melesat ke kamar mandi. Yixing sweatdrop. Tingkah Joonmyun benar - benar ajaib.
Yixing pun keluar dari kamar Junmyeon.
"Yixing-ah, ayo sarapan."
"Ne,"
Yixing biasanya sengaja tidak sarapan dari rumah kalau mau menjemput Junmyeon. Kan lumayan, dapat sarapan gratis disini. Modus-mu benar-benar, Yixing(-_-)
Yixing duduk di salah satu kursi. Dia mengambil setangkup roti dan mengambil selai cokelat favoritnya. Tak lama kemudian, Junmyeon keluar dari kamarnya dan duduk di samping Yixing.
"Pagi, ma."
"Pagi. Cepat sarapan. Bawa bekal atau tidak?"
"Tidak perlu ma."jawab Junmyeon sambil mengoleskan selai stroberi ke atas rotinya.
"Oke..ah iya. Sekalian antarkan kue ini ke rumah Sehun ya. Eomma mau pergi ke pasar, sayuran mulai habis,"
"Hmm.."sahut Joonmyun dengan mulut penuh.
"Telan dulu, Jun."tegur Yixing. Junmyeon bergumam lagi dan menelan rotinya.
"Ya sudah. Mama ke pasar dulu. Nanti kunci rumahnya ya! Kuncinya diletakkan di tempat biasa."
"Ne.."
Junmyeon menyuap roti terakhirnya.
"Kau lamban sekali. Ayo cepat, nanti terlambat."
Yixing memutar bola matanya.
"Dasar.."
Junmyeon berjalan ke luar sambil menenteng bungkusan kue di tangannya. Ia hendak memasang sepatunya. Tak lama kemudian, Yixing datang menyusulnya untuk memakai sepatu.
"Heh, bukannya rumah Sehun bersebelahan dengan rumah Yifan?"kata Yixing sambil mengikat tali sepatu-nya
"Hmm..lalu?"
Yixing menatap Junmyeon heran.
"Hanya itu tanggapanmu?"
"Memangnya aku harus bagaimana? Apa aku harus membakar seluruh koleksi unicorn-mu itu?"
"Eh, enak saja! Ya, kupikir, kau akan terkejut, kan rumahnya dekat dengan rumah Sehun, siapa tahu nanti ketemu Yifan disitu."
"Ah, sudahlah. Ayo kita berangkat, nanti terlambat."
Ting tong
Junmyeon berdiri di depan pintu rumah Sehun, juniornya di sekolah. Kebetulan, ibunya dan ibu Sehun berteman. Jadi, Junmyeon sering di suruh untuk mengantar kue ke rumah Sehun.
Cklek
"Eh, Junmyeon hyung. Kok sama kuda sih?"
"Heh, siapa yang kau panggil kuda?!"
"Yak! Aku kesini untuk mengantar kue, bukan untuk mendengar kalian berantem."omel Junmyeon.
"Yaudah. Makasih ya hyung."
Sehun mengambil bungkusan di tangan Junmyeon dan langsung menutup pintu.
Blam!
"Dasar tidak sopan."gerutu Yixing.
"Sudahlah. Ayo berangkat."
Mereka berjalan menjauhi rumah Sehun.
"Hey, kalian!"
Mereka berdua berhenti dan berbalik, guna mengetahui seseorang yang berteriak itu
Junmyeon melongo, lalu dengan cepat menarik tangan Yixing, dan sedikit bersembunyi di belakang Yixing.
"Yixing, aku sudah bangun, 'kan? Aku tidak mengigaukan? I-itu Yifan? Aku harus bagaimana?"tanya Junmyeon panik sambil menggenggam tangan Yixing erat.
"Junmyeon, tenang. Tuh 'kan, apa kataku tadi, pasti bertemu dia."
"Yixing..aku tidak mau mimisan lagi.."bisik Junmyeon dengan nada merengek.
"Ayo maju kesini. Aku punya tissue kok."
Junmyeon tetap dibelakang Yixing. Dan Yifan sudah berada didekat mereka setelah berlari tadi.
"Kau Junmyeon kan?"
Junmyeon yang masih ada dibelakang Yixing, mengangguk.
"Bagaimana kalau kita pergi ke sekolah bersama? Maksudku, kita bertiga."
"Ehm, t-terserah saja.."
Mereka pun akhirnya berjalan beriringan menuju halte bis.
"Yixing.."
Junmyeon menyikut Yixing di sisi kanannya.
"Apa?"
"Mana tissuenya?"
"Kau sudah mimisan, hah?"
"Belum sih, hanya berjaga-jaga."
Yixing pun mengambil satu pack kecil tissue dari dalam tas nya.
"Kau yang mimisan, aku yang repot."
"Perhitungan sekali kau ini pada teman sendiri."sungut Junmyeon lalu mengambil tissue yang ada di tangan Yixing.
Mereka sudah ada di sekolah. Dan masih berjalan bertiga menuju kelas. Kelas Yifan berjarak dua kelas dari kelas Junmyeon.
"Yifan, sapu tanganmu nanti ku cuci dulu ya?"seru Junmyeon ragu saat Yifan membiarkannya masuk kelas.
"Untukmu saja. Simpan dengan baik, oke?"
"Ah? Ya..terima kasih, Yifan.."
"Tidak masalah. Aku kembali ke kelasku."
Pluk!
Tangan besarnya mendarat diatas kepalanya, lalu mengusap pelan kepalanya.
"Bye.."
Junmyeon masih mematung didepan kelas. Dengan wajah yang merah dan mimik wajah yang terlihat seperti orang bodoh.
Tangannya menutupi hidungnya sendiri dengan tissue-sapu tangan tadi sudah kotor.
Ia kemudian berlari kedalam sambil berteriak, "Yixing, oh Yixing! Oh my God!"
"Kau kenapa sih? Tolong, ini masih pagi, Junma."
"Uh! Aku bisa gila kalau seperti ini terus."
"Kenapa sih?"tanya Yixing penasaran.
"Yang di bus tadi-uuh! Yixing, Yixing~"
Junmyeon asyik fanboying.
"Yang di bus tadi kenapa? Ceritakan padaku!"
"Ceritanya seperti ini..."
.
.
.
TBC
Walaa~ wohoho, bukannya update sequel You or Him, malah bikin ff chaptered baru :"3 Adakah yang nungguin sequel fanfic itu? (readers:Nggak!)*pundung*plak
Maaf ya..masih dalam proses. Fanfic ini sebenernya udah lama ngebangke di folder hp. Dan sekarang baru di edit sana sini. Dan tada! Jadilah ff ini :3
Junmen belom selese ngomong, eh udah tbc*diamuk readers :v. Jadi chap depannya Junmen cerita soal yang di bus itu yaaa..
Dan ini lagi ukk kawan! Konsentrasi terbagi untuk belajar dan ngebayangin ff/? *mohon jangan tiru. Do'akan semoga saya naik ke kelas 9 dengan nilai bagus!*saya masih smp kakak-kakak semua :3
Kalau responnya bagus, bakal ku update lanjutan ff nya. Dan mungkin, sequel You or Him ngaret banget jadinya. Maaf ya reader-nim *bow
Maaf kalau ada salah-salah kata. Dan maaf juga kalo aku ada salah sama kalian, atau janji yang belum terpenuhi, duh ngerasa bersalah banget.. T^T
Oke, saya tahu ini terlalu panjang :v jadi saya harap kalian suka sama karya saya ini^^
Oh iya, terakhir. Kita semua temenan dong, ya, invite gue! :v 5215D843. Atau Line ID nih, junma1004. Instagram juga, juneethi422(ceritanya promosi) kalian bebas invite, minta polbek, dan Ping-Ping an/? Tenang, aku gak gigit kok :v
.
.
.
Last Word.
Review please? :3
Love you my readers*kibarKrishobanner
