nijimura shuuzo against the world © 100% cocoa
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Summary: Nijimura tidak habis pikir, kenapa Jepang sesempit ini? Kenapa ia harus pacaran dengan Akashi dan sekamar dengan mantannya Akashi pula? / Yang demen NijiAkaMayu ayo merapat. Chapter pertama masih prolog. RnR?
Warning: uke!Akashi, Nijimura piktor, mungkin OOC, bahasa kadang baku kadang enggak, and the list goes on.
Rating : M (untuk chapter ini satu scene doang)
A/N: ini ide nyangkut di otak waktu lagi di toilet kalo ga salah, dan karena kebayang-bayang terus jadi saya tulis aja. saya pikir kalo kuroko punya light sandwich sama bakagami dan ahomine, akashi juga punya senpai sandwich sama abang niji dan mayuyu dong.
.
.
.
.
.
Nijimura Shuuzo.
Umur kayaknya 19 tahun. Sudah beberapa bulan ini menjalani hari-hari sebagai mahasiswa Institut Teknologi Tokyo—alias Tokodai.
Zodiaknya Cancer. Hobi main pingpong dan jago karate. Paling suka makan nasi goreng. Punya ayah paling luar biasa sedunia, ibu yang galak tapi penyayang, dan dua setan cilik yang dipanggilnya adik—keluarga bahagia deh, pokoknya. Wajahnya tidak jelek (atau begitu menurutnya) dan paling jengkel kalau bibirnya yang kadang manyun sendiri itu disindir-sindir orang. Bukannya minder, tapi menurutnya pribadi, upper lip-nya itu lumayan attractive. Kenapa diolok-olok coba?
Ngomong-ngomong bahasa Inggris, ia pernah tinggal di Amerika selama dua tahun untuk perawatan ayah tercintanya yang sakit sejak ia duduk di bangku SMP (dan sampai sekarang belum sembuh juga, mengapa, Kamisama?). Dan di Amerika sana—tepatnya LA—ia mengalami berbagai macam pengalaman tak terlupakan. Pokoknya macam-macam. Dari berantem sama preman berbulu dada lebat sampai direbut first kiss-nya sama cewek bule seksi (yang ini Nijimura rela-rela saja sih). Bahasa Inggris yang tadinya turn left go straight diucap churunno refuto go suchuraito, sekarang sudah lumayan fasih menjadi churn reft go shtraito. YAS, yang penting ada kemajuan kan.
LA juga merupakan tempat dimana ia menyadari akan orientasi seksualnya... yang belok. Alias gay. Sebodo amat, wajah pemuda cantik yang merupakan teman pertamanya di negara asing itu memang seringkali membuat para lelaki Los Angeles mempertanyakan orientasi seksual mereka. Jadi bukan Nijimura doang yang jadi korban. Parahnya lagi, si pemuda cantik yang bersangkutan itu orang Jepang. Kenapa udah jauh-jauh nyebrang benua mesti ketemunya orang Jepang lagi?
Nijimura berhenti dari nostalgianya sejenak. Nanti aku kirim email ke Tatsuya deh. Flashback begini jadi kangen. Yee, ngapain juga daritadi ia monolog kisah hidupnya sendiri dan flashback hari-harinya di Amerika.
Sampai dimana tadi? Oh iya. Orientasi seksual.
Ngomong-ngomong seksual...
Nijimura melirik ke bawah. Surai merah menyala milik laki-laki yang lebih muda darinya setahun itu dari tadi bergerak-gerak, si pelaku juga seenaknya saja menggunakan paha kanannya sebagai bantal, entah sedang melakukan apa. Nijimura memang melamun daritadi, atau lebih tepatnya sengaja tidak menghiraukan pemilik surai merah yang terus-terusan cari perhatian padanya. Lalu begitu sadar dari bengongnya ternyata pahanya sudah dijadikan bantal. Lalu kenapa juga ini kepala daritadi tak bisa diam—
Nijimura terhenyak. Tunggu tunggu tunggu, kalau kepala bocah ini ada di pangkuanku berarti dekat sama itu dong—
Kepala Nijimura seketika dipenuhi kata-kata dan image-image yang berbau 'seksual'. Memang dasar PK.
Ia memelototi kertas-kertas tugas di atas kotatsu yang tidak salah apa-apa, matanya menghindari sosok yang tengah tidur-tiduran di atas pahanya itu. "AKASHI..."
"Tidak perlu bicara sekeras itu, Nijimura-san," yang dipanggil Akashi menjawab. "Aku kan tidak tidur."
"...Lantas kau sedang apa." Nijimura tidak mau lihat ke bawah. Kalau tau-tau perkiraannya benar dan restleting celana terbuka kan— berarti Akashi sedang—
Nijimura merasakan pergerakan lagi dibagian pahanya. Ia memutuskan untuk mengintip, ternyata imannya kurang kuat. Dan ia mendapati Akashi yang sedang...
...menggosok-gosokkan pipinya ke paha Nijimura. Sesuatu yang inosen sangat. Saat mata mereka bertemu, pemilik mata berwarna rubi itu tersenyum kecil—manis banget. "Dengan begini kan Nijimura-san memperhatikan aku lagi."
Kucing kecil ini...
Nijimura meletakkan pulpen hitamnya dan menghela nafas panjang, menyerah. Tangannya menyusup ke rambut Akashi dan mengacaknya perlahan, sedangkan yang bersangkutan memejamkan matanya. Persis kayak kucing. "Lain kali jangan lakukan itu. Manja banget sih," Nijimura memelototi surai merah yang mencuat-cuat itu, namun tak lama tatapannya melunak. Belakangan ini ia makin cinta dengan warna merah saja. "Dan kepalamu yang goyang-goyang seperti tadi itu kesannya ambigu tau. Nanti kalau ada orang yang lihat malah mengira yang tidak-tidak." Tapi ia juga baru sadar, ternyata celana pendek yang sedang dikenakannya itu tidak punya restleting.
Akashi memutar tubuhnya dari posisi tengkurap, bertatap wajah dengan Nijimura. "Mengira apa? Sedang melakukan blowjob?"
"..." Gak usah terang-terangan ngomong juga kali, batin Nijimura gondok.
"Jangan tatap aku seperti itu Nijimura-san, aku kan sudah kelas 3 SMA tahun ini. Bukan kouhai favoritmu saat masih SMP dulu." Namun Nijimura mendengar pesan yang tersirat dibaliknya berupa jangan perlakukan aku seperti anak kecil.
Mahasiswa baru itu mengacak rambut hitamnya dengan frustasi. "Aaah kembalikan kouhai-ku yang dulu! Waktu SMP dulu kau sangat manis dan kalem dan cara bicaramu sangat sopan tapi sekarang? Apa-apaan nada sarkastik yang barusan itu? Dan kau yang dulu itu inosennya sangat, istilah seperti blowjob saja pasti tidak tau!"
Kedua alis Akashi naik, hilang dibalik poni panjangnya. "Blowjob itu kan Nijimura-san yang mengajariku?"
CTAK.
Akashi mengusap-usap dahinya yang barusan jadi korban sentilan mantan senpai-nya itu. "Itai."
"Bodo amat," balas Nijimura sewot, wajahnya merah seperti kepiting rebus. Yabai yabai, pikirannya mulai kemana-mana— membayangkan mulut mungil Akashi dengan saliva yang mengalir tengah mengulum benda miliknya, dengan nafas yang panas dan terengah-engah itu—
"Nijmura-san," panggil Akashi tiba-tiba. Ia beranjak dari posisi tidurnya untuk meraih kotak tisu diatas meja yang penuh dengan buku-buku dan kertas-kertas tugas milik Nijimura. Beberapa helai tisu diambilnya dengan cepat.
"Hoh?" Yang dipanggil malah membalas dengan tidak elit.
Akashi tidak berkata apa-apa, namun segera menyeka hidung kekasihnya dengan hati-hati, kemudian menekan hidung pemuda berambut hitam itu untuk menghentikan pendarahan yang sedang berlangsung. "...Nijimura-san mimisan lagi. Mungkin sebaiknya diperiksakan ke dokter—kalau ternyata ini gejala penyakit serius seperti ayahmu bagaimana." Mungkin balasannya itu lebih terdengar seperti sebuah pernyataan, namun Nijimura menangkap nada cemas disana. "Aku tidak ingin kau sakit... Nijimura-san, jangan diam saja, ayo buka mulutnya. Nafasnya lewat mulut."
"..."
Enggak, Akashi, ini cuma mimisan gara-gara kamu—bukan salah dia juga sih, guenya aja yang mesum, batin Nijimura. Mendengar perkataan tulus Akashi barusan membuatnya tiba-tiba jadi merasa bersalah. Mana mengaku kalau mesum lagi, benar-benar PK.
Nijimura Shuuzo, 19 tahun, mahasiswa Tokodai. Homoseksual, namun tidak jomblo. Punya kekasih namanya Akashi Seijuuro, masih duduk di bangku kelas tiga SMA Rakuzan.
...
Kenapa aku masih lanjut monolog kisah hidupku lagi sih? Mana kali ini bawa-bawa Akashi segala...
.
.
.
.
.
tbc
A/N: 20/12! pibedey seijuuro sayangku! dan iya, disini nijiaka pacaran.
kok pendek banget? mayuzumi mana? ini timelinenya kapan? bokushi atau oreshi? tenang aja, ini kan baru prolog. chapter benerannya saya post beberapa hari lagi, nanti semuanya terungkap dengan jelas disana. /ngek
