Halo, Minna! Lyvia kembali dengan cerita baru. Kali ini, Lyvia buat cross Naruto-Fairy Tail. Ini merupakan cross sekaligus cerita pertama bergenre Action&Mystery yang saya buat di FanFiction, jadi, harap maklum kalau konflik yang disajikan kurang sreg.
Yak, cukup sampai situ salam pembukanya. Silakan dinikmati, cross pertama saya ...
Disclaimer: Naruto © by Masashi Kishimoto, Fairy Tail © by Hiro Mashima, and this fic © by ME.
Main Character: Anko Mitarashi
I'm very sorry if it's full of typos. Happy reading, all.. =)
Chapter 1
Seorang kunoichi berlari di bawah sinar rembulan. Nafasnya yang memburu serta suara derap langkah kakinya memecah kesunyian di hutan.
"Di mana, kau?!" serunya. Namun, pertanyaannya itu hanya dijawab oleh keheningan yang tak berarti. Pupilnya melebar. Tak sedetik pun dia turunkan kewaspadaannya. "Jawab aku!"
Sekali lagi, hanya keheningan yang menjawabnya. Sang kunoichi melempar tatapan ganasnya ke sekelilingnya, berharap orang yang dicarinya melihat tatapannya itu. "Hei, ayolah! Apa kau tak bosan bermain petak umpet seperti ini terus? Kau ninja yang hebat, bukan? Aku kira, ninja yang hebat tidak suka melakukan permainan anak kecil seperti ini!"
BLAAAR..!
Dia melempar bom cahaya untuk yang kesekian kalinya, berharap serangannya itu dapat menunjukkan tanda-tanda keberadaaan yang tersembunyi dari orang yang dicarinya. Berkali-kali dia lemparkan bom cahaya itu tanpa ada hasilnya. Namun tidak begitu halnya dengan lemparan bomnya kali ini.
Sang kunoichi melihat sekelebat bayangan berlari di depannya setelah dia melempar bom cahaya. Spontan, dia mengejar bayangan itu. "Aku tak 'kan membiarkanmu lolos lagi!"
Dia terus mengejar bayangan itu, karena dia benar-benar yakin kalau bayangan itu milik orang yang dicarinya. Saat dia hampir melihat sosok asli dari bayangan tersebut, tiba-tiba saja, tanah tempat dia berpijak berguncang hebat, seolah ada gempa bumi. Sang kunoichi panik bukan kepalang ketika menyadari seluruh tubuhnya tak bisa digerakkan sesuai kehendaknya. Dia tidak bisa kabur dari tempatnya sekarang.
"Seperti yang kau bilang, Anko," ujar seseorang. Pupil sang kunoichi makin melebar ketika dia melihat sosok yang dikejarnya menampakkan diri di depannya. "Ninja yang hebat sepertiku memang tidak suka berlama-lama main petak umpet. Tidak hanya kau yang lelah karena sudah lama mencariku, aku pun sudah capek terus-terusan sembunyi agar tidak berhadapan denganmu."
"Jadi, kau menjebakku agar kau dapat lolos?" terka sang kunoichi. Suaranya bergetar menahan amarah dan rasa takut yang luar biasa. "Kau sengaja membimbingku ke sini agar aku masuk dalam perangkapmu?"
"Bisa dibilang begitu," kata sosok itu dengan senyum khasnya—senyumnya yang terlalu mengerikan untuk seorang manusia. "Aku kan sudah bilang tadi, aku sudah capek sembunyi, jadi..—"
"KAU PENGECUT!" potong kunoichi. "Kalau memang kau sudah capek sembunyi, hadapi aku secara langsung! Tak usah membuat perangkap seperti ini!"
"Aku tak mau membuang chakra-ku hanya untuk melawan anak bandel sepertimu. Ada banyak hal penting yang masih harus ku lakukan, jadi...," sosok itu membentuk sebuah segel dengan kedua tangannya.
Sang kunoichi membelalakkan matanya. "Segel itu... Jangan-jangan kau mau mengirimku ke dimensi lain dengan jutsu itu?!"
Sosok misterius itu menyeringai. "Meskipun bandel, kau cukup pintar. Tak kusangka kamu tahu segel jutsu terlarang ini."
Sedetik kemudian, cahaya yang jauh lebih menyilaukan dari bom cahaya menyelimuti tubuh sang kunoichi, membuatnya berada di ambang kepanikan. Ingin rasanya beranjak dari tempatnya berdiri sekarang ini, lalu menghajar sosok yang sedang berkonsentrasi menyempurnakan jutsunya itu, tapi apa daya. Selain otot mata dan mulutnya, seluruh bagian tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Alhasil, dia hanya bisa menatap horror ketika tubuh bagian bawahnya mulai menghilang bak dihapus oleh cahaya terang itu.
"Sayonara, Anko Mitarashi."
"—ei! Hei, apa kau bisa mendengar suaraku?"
Anko memfokuskan pandangannya. Dia terkejut saat mendapati dirinya berada di trotoar jalan. Di hadapannya, seorang lelaki yang nampak lebih muda darinya berusaha membangunkannya..
Tunggu. Membangunkanku? Apa kejadian itu hanya mimpi? tanya Anko dalam hati. Tidak.. Kalau itu hanya mimpi, mengapa sekarang masih gelap? Lalu, mengapa aku ada di tempat yang samasekali tidak kukenal ini?
"Halo?"
Anko agak terkejut. Dia baru menyadari kalau dirinya sedang diajak berbicara oleh pemuda di hadapannya. Dia berusaha duduk, dan merasa benar-benar bahagia ketika otot-ototnya sudah bisa digerakkan sesuai kehendaknya.
"Kau tak apa-apa?" tanya lelaki itu lagi. "Kau bisa bicara, kan?"
"Yaah, tentu saja. Maaf mengabaikanmu, aku agak bingung tadi," jawab Anko. Meski masih tak paham dengan apa yang terjadi, Anko berusaha untuk tetap tenang seperti tak ada masalah.
"Kenapa kau tertidur di sini? Dari pakaianmu, aku tidak berpikir kalau kau adalah pengemis," tanya laki-laki yang tak dikenalnya itu. Melihat lawan bicaranya bersikap tenang, dia pun menurunkan kadar kecemasannya terhadap wanita yang dia temui di perjalanan menuju apartemennya.
"Aku juga tidak begitu paham..," jawab Anko jujur. "Ngomong-ngomong, aku ada di mana?"
Sang pemuda menatapnya dengan alis yang terangkat. "Kau tak tahu ini di mana? Kau juga tak tahu mengapa kau bisa ada di sini?"
Anko hanya bisa mengangguk.
"Ini di Kota Magnolia, salah satu kota di Kerajaan Fiore."
Kini, giliran Anko yang mengangkat alis. "Kerajaan Fiore...?"
"Oh, jangan bilang kau juga tak tahu.."
"Maaf, tapi aku memang tidak tahu.."
Sang pemuda menghembuskan nafasnya. Betapa sial nasibnya hari ini. Sudah mendapat upah kerja yang kecil padahal misi yang dikerjakannya boleh dibilang cukup berbahaya; sekarang dia juga harus berhadapan dengan orang asing yang sepertinya lupa ingatan. Dia benar-benar lelah.. Namun, saat dia menatap wajah wanita itu lekat-lekat, dia langsung mengabaikan rasa lelahnya.
"Umm, baiklah, aku akan membantumu mengingat apa yang terjadi. Tapi sebelumnya, boleh ku tahu siapa namamu?" tanya sang pemuda. Entah karena apa, dia secara spontan mengibaskan rambut navy-nya yang menutupi bekas luka akibat pertarungannya dengan kakak seperguruannya tujuh tahun lalu.
Anko sempat terpana saat sang pemuda mengibaskan poninya sambil menanyakan siapa namanya. Haruskah aku memberi tahu namaku pada laki-laki yang tidak kukenal? Apalagi, laki-laki yang kelihatannya suka tebar pesona seperti dia, batinnya.
"Kenapa?" tanya sang pemuda, membuyarkan lamunan Anko. "Kau tak mau memberitahu namamu pada orang yang tak kau kenal, ya?"
"Begitulah. Yahh, sebelum kau meminta orang lain menyebutkan nama, ada baiknya jika kau lebih dahulu menyebutkan namamu pada orang itu, kan?" jawab Anko tanpa ragu.
Sang pemuda sekali lagi mengangkat alisnya. Dia agak terkesan dengan sikap wanita di hadapannya. Meskipun dia tak tahu di mana dia berada sekarang dan siapa orang yang sedang dia ajak bicara, wanita ini samasekali tidak merasa gugup.
"Oh, jadi kau mau tahu namaku lebih dulu, ya? Baiklah, kenalkan, namaku Gray Fullbuster. Kau cukup memanggilku Gray," ujar sang pemuda. "Nah, sekarang, giliranmu."
"Anko Mitarashi," jawab Anko. "Cukup dipanggil Anko."
"Anko..," gumam Gray. "Hmm, apa kau sudah ingat asal-usulmu?"
"Aku mengingat asal-usulku dengan jelas. Aku hanya lupa bagaimana caranya aku bisa terdampar di tempat yang teramat asing buatku ini," jelas Anko. Dia mulai emosi karena Gray—atau siapalah namanya—membuang-buang waktu berbasa-basi dengannya.
"Y.. Yaa.. Kalau begitu mengapa kau tidak ceritakan dulu padaku asal-usulmu?" tanya Gray, berusaha untuk tetap tenang walau Anko menunjukkan sikap tidak suka ditanya-tanya.
"Apakah kau dapat dipercaya?"
Gray membelalak. Baru kali ini dia berhadapan dengan orang asing yang teramat sangat alot untuk diajak bicara seperti wanita ini. Dia masih tidak percaya padaku walaupun kami sudah melakukan beberapa percakapan?, batin Gray.
"Jadi, kau tak mau memberitahukan asal-usulmu padaku?" dengus Gray.
"Bukannya tidak mau... Hanya saja, aku tidak yakin.."
"Astaga! Kau ini siapa sih, sebenarnya?! Mata-mata? Atau buronan yang kabur dari penjara? Kau ini terlalu berhati-hati, tahu!"
"Aku bukan siapa-siapa!" jerit Anko. "Kau tidak mengerti! Aku bukan berasal dari dunia kalian.. Karena itu, aku tidak bisa sembarangan memberitahukan identitasku!"
Gray terpana. "Maksudmu?"
"Aku... Akan menceritakannya padamu... Tapi sebelum itu, aku punya permohonan," kata Anko. Dia menatap Gray penuh harap. "Aku harap kau mau mengabulkannya... Ini juga agar aku percaya padamu."
"Uhh, kau itu banyak maunya, ya." Gray balik menatap Anko dengan pandangan yang memastikan apakah wanita di hadapannya itu berbohong atau tidak. Sebentar kemudian, dia mengangguk. "Hmm, oke. Jadi apa permohonanmu?"
~to be continue~
Yippie, akhirnya chapter 1 selesai! =D
Terimakasih bagi para reader yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca cross ini. Saya harap, kalian menyukai cross ini dan mengikuti ceritanya sampai tamat. Komentar para pembaca sangat saya nanti, karena itu jangan ragu-ragu mencurahkan kritik dan saran kalian tentang fic ini di kotak review.
Kira-kira, apa permohonan Anko? Apakah Gray akan mengabulkannya? Lalu, jutsu apa yang digunakan oleh 'sosok misterius' yang dikejar Anko sehingga dia bisa berada di dunia yang tidak dikenalnya?
Simak kelanjutannya di chapter 2, ya! ^^
-Lyvia F.-
