A boy That Called a Death "Eagle" God
Eines: Little 'Death God'
Rate:
T
Category:
Drama, Family (?)
Disclaimer:
Hetalia beserta isi-isinya milik Sensei Hidekazu Himaruya seorang!
Sedangkan fict, milik saya
Warning:
Banyak ranjau kata-kata, Human name, Gaje, OOC, typo, abal, absurd, dll
== A Boy That Called A Death "Eagle" God==
"Baiklah Gilbert, hari ini sangat berbahaya, jadi kau jangan pergi kemana-mana." Vati Germania memperingatkan Gilbert Beilschmidt yang masih berumur 7 tahun ini. Walau ia terlahir dengan kelainan albino, Germania sangat menyayanginya. Ia tak mau kehilangan anak albino yang jahil ini, karena Germania takut hal yang sama terjadi lagi. Paranoid memang, tapi apakah kau menginginkan orang yang kau sayangi dan terlebih lagi kalau ia adalah anakmu dan ia meninggal secara tiba-tiba di tangan orang –orang Goth sialan itu?
"Kenapa Väter? Oh ya, aku lebih suka memanggilmu dengan väter karena itu lebih awesome ." Pria kecil itu mendekatkan dirinya dengan Väter-nya dan memasang wajah yang amat sangat penasaran.
Kening Germania berkerut, ia tidak bisa bohong dengan anak ini. Karena mata ruby milik anak ini seolah-olah akan mengambil nyawa para pendosa, terutama yang bohong. Hal ini dapat dibuktikan dari ganasnya dan alimnya Teutonic Cross. Organisasi ini sangat alim dan taat akan agamanya dan berambisi melakukan ataupun menyerahkan nyawa demi kepentingan agama. Well, semua orang gitu sih, namun kalau Teutonic Cross lain lagi! apalagi kalau di medan peperangan, mata mereka langsung merah dan semangat mereka langsung berkobar. Seperti Perang Salib, ya ampun, saat Germania mengingatnya lagi, ia langsung merasa merinding; mengingat Teutonic Cross sedang gencar-gencarnya memenggal kepala para pendosa sekarang (!)
"Väter!" Uh, oh, anak itu mengembalikan alam bawah sadarnya Germania yang mengerikan dengan seketika. Germania menatap anak itu, lalu memasang wajah kau-tak-boleh-tahu-(!) dan dibalas lagi dengan tatapan mengintidimasi yang membuat Germania merinding lagi. Germania ingin melawan tatapan anak itu. Tapi bagaimana lagi, sang ayah sudah kalah!
"Well, adikmu Holy Roman Empire atau yang bernama Ludwig itu tewas gara-gara orang Gothic. Terlebih lagi, banyak Teutonic Knight mati dibunuh diam-diam saat malam." Germania menjelaskan dengan sangat jujur. Jangan lupa, dengan penekanan yang teramat jelas. Lalu, menatap wajah anak itu yang sedang berkerut memikirkan sesuatu.
"Kesese, Väter, boleh 'kan aku meminjam pedangmu? Well, aku ingin memamerkannya dengan Eli sang Hungaria. Aku iri dengan dia, dia punya banyak pedang yang awesome! Tapi jangan khawatir, aku yang awesome ini takkan bernasib dengan adik. Well, sebenarnya aku bersyukur karena dia telah tewas. Habisnya, väter sering bersamanya daripada diriku dan bodohnya dia pergi kerumah orang tua itu. Padahal sudah kuperingatkan. Ckckckc. Namun, dasar adik ngga awesome, berkat kebodohannya dia tewas di tangan Das Kleine Fledemausart Goth atau bapaknya si bodoh Austria!" Selamat Gilbert sang Teutonic Knight, Anda telah mengeluarkan kata-kata yang tajam yang membuat kening Väter-mu tercinta berkerut-kerut!
Ya tuhan, jangan sampai anaknya yang tercinta ini ketularan bar-barnya rakyat milik bocah ini. "baiklah, tapi, jangan buat kekacauan!" Germania menyerah, pertama, ia capek; kedua, dia sudah tua, tanpa anak ini mungkin ia sudah menyatu dengan tanah; ketiga, ia ingin tidur siang! Sial, gara-gara Gaul dan dua aspek di belakang, ia menjadi pemalas!
"Baiklah Väter, selamat beristirahat! Ick liebe Dir!" Gilbert berlari secepat mungkin. tumben, tak pernah ia berlari secepat ini kalau ingin bermain dengan Hungaria. Well, lebih baik Germania tidur saja.
== A Boy That Called A Death "Eagle" God==
"Väter! Väter! Väter!" astaga, suara keras bocah ini langsung membuat Germania terduduk dari mimpi buruknya. Tentu saja kalian tahu mimpinya! Benar, ia bermimpi kalau ia dipenggal karena hampir membohongi bocah kecil itu. Sudahlah, semakin tua dirinya, ia akan merasakan bahwa imajinasinya semakin bertambah dan mungkin tahun ini adalah klimaksnya. Arschloch (!)
"Was?" pria tua namun masih tampak cakep itu mengusapkan matanya. dengan apa? Dengan tangan tentunya!
"Goth sudah mampus! KESESESE! GOTH SUDAH MAMPUS! AUSTRIA NYAWANYA SEDANG MENGAMBANG! KESESESE! Väter senang? Aku membalas dendam adik! Plus nyawanya state 'Si Idiot' itu sedang mengambang!" Telinga Germania berdenging, mulutnya cengo, matanya mengatakan bahwa ia tak percaya. Namun, saat pria kecil itu mengancungkan pedangnya yang penuh darah dan bersinar-sinar, membuat reaksi sang väter semakin absurd !
"Mein Liebchen, kau adalah Dewa Elang Kematian! Ya ampun, cepat sekali kau membunuh mereka!" Germania menatap horor anak itu. Cintanya kepada anak itu mungkin habis dan mungkin tidak. Bagai ombak yang terombang ambing (?) entah kenapa sepertinya Tuhan akan memanggilnya ke surga sebentar lagi.
"Baiklah, aku mempercayakan setengah kerajaanmu." Germania melanjutkan lagi. Dengan tenang. seperti saat ia masih muda, cakep, unyuh-unyuh. Ajaib, sifat aslinya kembali ! vielen dank, Mein Gott!
"Ja, horray! Ick liebe dir, meine väter!" Gilbert memeluk ayahnya lalu berlari. Mungkin ia ingin mencabut nyawa negara lain? Sudahlah, menurut instingnya, anaknya akan pergi ke Hungaria. Well, ayo kembali tidur! Ayo mimpikan tentang kepala Goth dipenggal oleh prajurit kecilnya!
Tunggu...
Ah, Germania lupa, ini sudah ke-ratusan-ribu-kalinya ia memanggil anak itu dengan Dewa Elang Kematian. Sejak kapan? Kepo lu ah! Aih, baiklah biar author yang apik ini menjelaskan-tidak hanya ngasih tau kapan aja kok. Bacot, ah si author. Uda jelas umur 2 tahun sang pangeran albino kita membunuh orang di utara (example: trio baltik) terutama saat ia mengincar orang-orang Hun. Hun itu apa? Itu lho, bapaknya Mongolia dan Rusia ! Tunggu, apakah Gilbo berhasil? Jawabannya, kagak! -_-'' Well, walau begitu TK (taman kanak-kanak eh, bukan, maksudnya Teutonic Knight) telah menaklukan bagian bawah seperti, poland alias polen (masih seperenam sih), austria (padahal bapaknya aja yang mati -...-), dan negara-kerajaan kecil lainnya!
Uda jelas 'kan? Baiklah, biar hujan turun lagi~ dibawah payung hit-maaf, biarkanlah Väter kita untuk tidur!
== A Boy That Called A Death "Eagle" God==
"Väter! Warum HRE könig hier noch?" Gilbert yang kini berumur 13 tahun namun belum dewasa karena otaknya masih kanak-kanak. Yeah, begitulah yang dikatakan Germania :\
"Well, aku juga belum tahu, padahal 'kan HRE sudah mati, namun kerajaan plus rajanya masih idup._." Germania berpikir sambil memegang dagunya. Well, ia sedikit bingung. Seharusnya, Germania yang bijak mengetahui hal-hal yang terjadi di germanic countries namun kali ini ia tidak mengetahuinya, well... apa ia sudah kebanyakan tidur (?)
"Väter, mungkinkah ada personifikasi baru?" Ah manisnya, manis sekali Dewa Kematianku. Diam bodoh!
Germania menatap Gilbert nanar dan bingung. Hei, pikirannya sudah kacau. Der hunden! Demi apa pikiranku semakin kacau?! (batinnya)
Ok, ok. Tenang Pak Tua! Anak ini hanyalah 'Malaikat Kecil Tak Berdosa', jadi biarlah ia menginvestigasi keberadaan HRE yang misterius.
Tenang...
Tenang...
Tenanglah bagaikan seorang Nihon yang tenang pikirannya karena ocha yang bikin gan- ups ngelantur!
Ok, ok, daku sang author yang unyuh dan mencintai character-mu di Hetalia meminta maaf. Sekali lagi, bitte!
"J-ja,baiklah. Kau akan menginvestigasinya-" ucapnya terputus ketika sang kinder tertawa dengan awesome-nya. Ehm, maaf ada ralat. Maksud saya Asem, ja?
"Vielen dank mein väteeerrrr!" ucap bocah dengan pakaian bak ksatria hitam putih yang menyeramkan itu tersenyum dengan awes-maaf lagi, Asem maksud saya.
Ok, baiklah. Kali ini sang Germania yang dulu agung merasa bingung untuk ngapain. Tidur? Udah. Makan? Udah, malah makan beberapa gentong-biasa, udah uzur. Harus banyak makan biar makin muda. Main? Oh, apakah kau bercanda? Harusnya dia mencium tanah dan bersatu dengannya-tunggu, jangan kau kira itu 'Mother Russia' ya?.
Berpikir, berpikir... berpikirlah !
Ah, bagaimana kalau ia bermain-tidak, hanya nongkrong bersama Batak? Ah, ide bagus!
== A Boy That Called A Death "Eagle" God==
Pemuda alias Remaja alias anak muda alias anak abg alias... apa ya? Yasudahlah, lupakan! Nanti kalau kamu tahu yang lain beritahu saya, ja?
Okeh, kita mulai lagi. ACTIOOON! STARTOOO!
Baiklah saya disini yang merupakan author akan meminpin anda dalam investigasi Awesome Gilbert!
Baiklah pemirsa, saya meminta ketenangannya!
"Oi, diem aja napa? Banyak bacot lo author unawesome!" Ucap Gilbert memandang saya, sang author.
Saya terdiam, menatap wajah awesome-nya. Terbuai, namun terdiam karena ia memintamu untuk diam. Ia mendekatiku, aku memandangnya dengan kedua bola mataku. Jantungku berdetak kencang, Mein Gott!
Kaki ramping pucatnya mendekatiku...
Perlahan... namun pasti...
Ia menatapku...
Aku meleleh...
"HEI, DER ARSCHLOCH, BISA DIEM NGGA? PERGI SANA NGILANG AJA!" Ucap kasar sang Gilbert kepada daku. Ok, baiklah. Aku lebih baik menghilang. Bye!
Pemuda itu dengan cepat menuju ke 'Gua Awesome menuju Rumah Austria' atau nama lainnya,'Der Großhöhle bis nach Österreich Hauss' miliknya.
Tidak lupa, ia menghidupkan obor yang sudah tersedia di sisi kanan dinding kasar gua itu. Dengan cepat, ia berlari melintasi gua yang remang-remang berkat bantuan sang obor. Jangan khawatir, pemuda ini sangat hapal dengan kondisi Der Großhöhle-nya.
== A Boy That Called A Death "Eagle" God==
"Hoi, österreich! Hentikan kelakuanmu yang sangat menjijikkan itu!" Teriak pemuda itu sambil mengancungkan pedang tembaga peraknya yang full-jewel itu.
Pemuda berkacamata alias berlensa seratus itu menatapnya marah, karena ia telah menganggu ritual sucinya. Bermain piano selama 22 jam-nonstop yang harusnya selesai dua menit lagi.
"Nyari masalah ya? Huh, kamu itu ya udah miskin, nyari masalah lagi dengan saya yang merupakan seorang 'Bangsawan Kelas Dunia' ini." Ucapnya dengan penuh bacot.
"Maaf, nona. Ada kantong? Atau karung?" Ucap sang albino sambil menutup mulutnya. Muka yang sangat merah.
"Ini tuan." Ucap sang maid yang langsung menyingkir. Gilbert langsung muntah di tempat (yang baru dikasih oleh maid itu, lho...).
Setelah selesai, ia langsung membuang alias melemparnya ke tong sampah terdekat. Sedangkan Austria? Cengo dan menutup matanya (walau ia melihatnya melalui celah jarinya).
"Kampreto, bangeto, elo!" Gumam sang TK yang entah kenapa kerasukan Romano yang entah kenapa merasukinya.
"Heh, elu jangan ambil alih secara sembarangan kerajaan adik gue dong?!" Lanjut sang albino kasar dan menyerang sang Austria. Untung, tidak ada korban. Sang Austria secara kebetulan menghindarinya.
Austria mengambil pedang emasnya yang sedikit lembek itu. Ya iyalah, 24 karat hasil korupsi kerajaan orang lain!.
"Kommt, ich wunsch dich angreifen mich!" Ucapnya pelan, mungkin ingin menunjukkan bahwa ia itu lebih agung daripada kakeknya yang tercinta.
== A Boy That Called A Death "Eagle" God==
==To be Continued==
Deutsche Worterbuch
Väter= Ayah, Ayahanda, Papa, Bapak. – dialek Prussia dan bahasa baku jerman(kalau ini mah, mungkin...)
Das Kleine Fledemausart= The Kampret. Bisa dibilang begitu! ^^
Ick liebe dir= Aku mencintaimu. Aku menyayangimu. –dialek Prussia
Väter! Warum HRE könig ist hier noch= Ayah! Kenapa Raja HRE masih ada disini? (disini maksudnya di dunia ini. Juga, lokasi TK kan dekat ama HRE)
Vielen dank, Mein Väteeerrrr= Terima Kasih Banyak, Ayaaaaaaaaaah! (bahasa umum, mungkin(?))
Der hunden = anjir.
Kommt, ich wunsch dich angreifen mich! = Ayo, saya ingin kamu menyerangku!
Kinder = anak.
A/N :
Ehm, sebelumnya saya merasa berterima kasih kepada anda yang telah membaca fict saya ini. Maafkan atas kesalahan yang terdapat di fict ini. Karena manusia tidak ada yang sempurna.
Saya harap anda men-support fict ini degan RnR tentu saja *senyumawesome*. Namun, bisa dibilang chapter selanjutnya akan ditunda pembuatannya karena UN yang sebentar lagi tiba.
Vielen Dank...
Ich Liebe Dich!
