Malam ini selepas latihan rutin, Furuya mengikuti Miyuki pergi ke sebuah minimarket. Keduanya hendak membeli beberapa keperluan sehari-hari. Mereka berhenti di salah satu deret rak dimana berbagai merk shampo berjejer.

"Furuya, cobalah ini," Miyuki menyodorkan sebotol shampo. "Rambutmu sepertinya agak kering sejak cuaca terik akhir-akhir ini."

Furuya mengusap kepalanya spontan. Ia sendiri bahkan tak menyadari keadaan rambutnya.

"Baiklah..." Tanpa berpikir panjang ia memasukkannya ke dalam keranjang.

Dalam hati Furuya merasa senang sang kapten diam-diam menaruh perhatian terhadapnya, di luar posisi mereka sebagai pitcher dan catcher tentu saja.

Esok harinya Miyuki berpapasan dengan sang pitcher di lorong sekolah. Tercium semerbak aroma harum seiring sosok bersurai gelap itu berlalu.

"Ah, Furuya! Kau sudah memakainya? Shampo itu?"

Furuya memutar langkahnya dengan ekspresi datar seperti biasanya hingga Miyuki tak menyadari laki-laki itu tengah kesal.

Bagaimana tak kesal, sejak pagi semua orang meledeknya karena semerbak aroma shampo wanita yang menyengat di rambutnya.

"Senpai, kenapa kau memberiku shampo wanita?"

Miyuki baru menyadari laki-laki tinggi ini tengah kesal.

"Hahaha," tawanya terdengar semakin mengesalkan. "kenapa? Kau tak menyukainya?"

"..."

"Lihatlah, rambutmu jadi lembut setelah memakainya. Itu artinya cocok untukmu..." Sebelah tangan Miyuki membelai surai hitam kebiruan itu. "dan aroma ini..."

Miyuki memberi tanda pada Furuya untuk sedikit menunduk. "... aroma ini sangat menggairahkan," bisiknya dengan selekuk seringai tergurat di wajah.