a/n: Astaga…

Impian saia sebagai author pertama yang mempublish fiction bahasa Indonesia di fandom ini benar-benar terwujud! Antara senang dan sedih nih. Bahkan setelah sekian lama, fandom Ranma Nibun No Ichi masih tidak terjamah fiction bahasa Indonesia TT Padahal, Ranma ½ kan seru banget ceritanya.

Saia harap setelah ini muncul author-author yang bersedia meramaikan fandom ini. Makin rame kan makin asyik =D

Ya sudah, langsung aja deh. Semoga fiction bahasa Indonesia pertama ini menghibur reader sekalian ^^


DISCLAIMER

Ranma Nibun No Ichi ciptaan Takahashi Rumiko

Roti, Cinta dan Pesta Dansa
(Bread, Love and Ball)

Chapter 1

Summary: Ranma dan Ryoga bersaing untuk mendapatkan Akane sebagai pasangan di pesta dansa. Ranma berhasil mengajak Akane duluan! Tapi masih ada secercah harapan bagi Ryoga. Apa yang bakal terjadi? Siapa yang bakal mendapatkan Akane?


BRAK!

"Saotome sialan!" raung Ryoga marah. Mukanya merah kaya kawah gunung berapi.

"Hei, hei, jangan sembarangan ngegebrak meja! Aku yang repot kalau properti kelas sampai ada yang cacat," tegur Mushu sang ketua kelas. Yang saat ini berada di ruangan kelas hanya mereka berdua.

Emosi Ryoga mencapai ubun-ubun. Terbayang di benaknya sosok Ranma yang berciuman mesra dengan Akane. Berani-beraninya si Cina kepang itu menyentuh kekasihnya! Uhm… Yah… Bukan kekasihnya sih. Malahan, gadis itu sudah ditunangkan dengan Ranma. Dan itu justru membuat Ryoga bertambah marah.

"Grmbl… Aaargh! Kurang ajar kau Ranma!" Diangkatnya kursi. Mushu jadi panik lagi. Untung sebelum kursi itu hancur membentur tembok akibat dilempar sepenuh hati oleh Ryoga, seseorang masuk ke ruang kelas.

"Ng? Ngapain kamu ngangkat-angkat kursi begitu, Ryoga? Latihan akrobat buat pesta dansa besok, heh?"

"GYAAH! Kubunuh kau, Ranmaaaa!"

Kursi pun melayang. Dan hancur di tangan Ranma. Mulut Mushu berbusa.

"Kenapa kau marah padaku, Ryoga? Siapa cepat, dia dapat," kata Ranma enteng, berjalan ke tempat duduknya. Amarah Ryoga bertransformasi jadi uap panas yang mengepul keluar lewat hidung. Ia masih ingat siang itu. Siang di mana ia akan menyatakan perasaannya pada Akane.

Bukan perasaan yang itu, sih. Orang sebenernya Ryoga cuma kepingin mengajak Akane jadi pasangannya di perta dansa berikut. Sayangnya ia malah berakhir terkunci di ruang kelas, tangan dan kaki diikat di kursi. Belum cukup penderitaannya, mulut Ryoga juga disumpal kaus kakinya sendiri. Padahal, sebagai pemilik, Ryoga kan tahu kaus kaki itu nggak pernah dicuci sejak hari pertama masuk sekolah. Ck ck ck… Kasihan banget.

Ranmalah pelakunya. Kadang-kadang, penganut aliran beladiri tanpa diskriminasi itu memang licik.

"Sudahlah. Daripada mempermasalahkan yang sudah terjadi, lebih baik kau menyiapkan dirimu untuk kemungkinan terburuk. Sudah hampir pasti si Azusa, bule penggila babi itu bakal mengejar-ngejarmu dan memaksa dirimu berdansa dengannya. Dasar gadis aneh. Hanya karena mukamu mirip babi bukan berarti dia punya alasan untuk suka padamu, kan?"

"Jangan ingatkan aku!" bentak Ryoga sambil melayangkan tendangan. Dihindari Ranma dengan mudah. Ryoga mengirim tendangan-tendangan yang lain dengan membabi buta.

'Wah. Bukan cuma mukanya yang mem-babi. Tingkahnya juga," pikir Ranma geli.

KRIET…

Pintu kelas terbuka, dan kali ini muncullah seorang gadis.

Seketika Ryoga berhenti. Ia bahkan mengacuhkan Ranma yang memanggil-manggilnya dengan sebutan babi-face.

"A-Akane."

Si gadis berambut cepak mengangguk dan tersenyum simpul padanya. Katanya, "hai, Ryoga."

BLUSH…

Ryoga menyadari wajahnya memerah cepat seperti lampu merah bangjo. Tapi ia tak tahu kalau Ranma juga menyadari itu. Ranma tahu. Ryoga benar-benar menyukai Akane.

###

Akane sedang mengerjakan PR waktu Ranma tiba-tiba muncul dari balik jendela.

"Hei, Akane."

Nyaris Akane berlatah ria. Untung dia bisa mengendalikan lidah. Halah.

"Kalau disuruh memilih, kau pilih aku atau Ryoga?"

'Nggak ada hujan, nggak ada petir. Ngapain nih orangutan tanya macam anjir?' begitu karmina dalam otak Akane. Lantaran sebal akan kemunculan Ranma yang nyaris membuat latahan nggak elitnya lepas, tadinya Akane mau jawab dirinya pilih Ryoga. Tapi langsung tidak jadi. Ranma kelihatan serius sekali, sih.

Jiiiit… Hening mendadak.

"Jawab dengan jujur, Akane."

'Main catur di atas papan. Jujur, muke lo mirip siluman,' lagi-lagi Akane berpantun kilat. Meski nggak ada bakat masak, kecakapan berbahasanya lumayan juga. Lumayan ngawur maksudnya.

"Kau pilih Ryoga kan?" Waduh. Akane menangkap nada kecewa dalam suara Ranma.

"Iya kaaan? Jawab, Akane!" Nada marah. Ranma mengguncang-guncang tubuh Akane brutal.

"JANGAN GUNCANG-GUNCANG BADAN ORANG SEENAKNYA, BAKA!"

BUAGH!

Ranma mencelat dan menjadi bintang di langit (?).

"Emangnya aku tampah apa?"

###

"Huh! Akane bodoh! Pipiku jadi lebam dipukulnya. Dasar perempuan nggak lucu!" gerutu Ranma dalam perjuangannya mencari jalan pulang. Pukulan Akane berusan membuatnya terdampar di tengah hutan dekat Tokyo.

"Lho? Itu kan Ryoga," gumam pemuda berbaju merah itu ketika melihat sesosok laki-laki lain di tengah hutan. Benar saja. Ryoga itu, sedang duduk-duduk sendirian di atas sebuah batang pohon yang telah tumbang. Di tangannya ada anakan babi hutan.

"… Yang mau aku katakan adalah… Aku menyukaimu, A-A… A…"

"—nakan babi hutan?"

Ryoga njondhil *WTH* kaget mendengar suara orang lain. Lalu berbalik.

"Sedang berlatih dialog drama buat pesta dansa, Ryoga?"

Ryoga menggeram muntab. "Ranma!"

Ranma –berdiri di belakang Ryoga- melayangkan pandangan melewati bahunya.

"Hoo. Babinya sesak nafas tuh. Kau terlalu erat memegangnya."

Refleks, Ryoga mengendurkan cengkeraman terhadap si babi. Babi kecil yang bebas langsung menggigit tangan Ryoga.

"WADAAW!"

"Hoo. Bahkan sesama babi tidak menyukainya. Orang yang malang."

"Diaaam! Ini semua gara-gara kau, tau!" sentak Ryoga . Ia layangkan tendangan halilintar Tsubasa Ozora (?). Hup. Lagi-lagi Ranma berkelit.

"Kamu kelihatannya marah sekali padaku. Memangnya apa salahku?"

"Masih berani bertanya pula…" desisnya. Kilat kebencian muncul dari mata sang pemuda berikat kepala. "Dengerin baik-baik nih: kau berlaku curang dengan mengancingku di kelas! Berani-beraninya kau menyumpal mulutku dengan kaus kaki bau terasi! Makhluk tak berperasaan!"

SYAT! Satu lagi tendangan diluncurkan. Hupla. Ranma melompat tinggi.

"Kau mengajak Akane ke pesta dansa sebelum aku sempat mengajaknya!"

SYUU! Kali ini serangan menggunakan lutut. Hupla. Lompat lebih tinggi lagi.

"Kau berciuman dengan Akaneee!"

Yang terakhir, sundulan maut. Woi, stop wooi! Kalian kan nggak sedang main sepak takrow!

Refleks yang agak terlambat meluncur dari mulut Ranma. "Heeh? Kapan aku berciuman dengan Akane?"

"Eh… Kapan ya? jangan-jangan itu hanya bayanganku?" Ryoga malah balik tanya.

GUBRAK!

Sepandai-pandainya kera melompat, pasti jatuh jua. Sepandai-pandainya Ranma Saotome jumpalitan menghindari semua serangan Ryoga, akhirnya jatuh ke tanah juga.

"Makanya jangan suka membayangkan yang aneh-aneh, bodoh! Aku juga jadi was-was, nih!" sembur Ranma. Ryoga berpaling lagi padanya.

"Pokoknya," ia keluarkan triple stick di bawah bajunya (hiii… jijay. Triple stick-nya pasti jadi bau ketek), "aku takkan memaafkanmu… Karena sudah merebut Akane dariku! Heeaaaaa!"

BET BET BET BET—

PLETAKK!

"WUADAAAW!"

###

"Hei Ranma, kenapa kedua pipimu itu?" tanya Genma yang tidak sedang dalam wujud panda. Ayah Ranma satu ini memang aneh. Dia sering memakai kostum panda, berguling-guling di lantai seperti panda, dan makan bambu muda layaknya panda. Kalau sudah begitu, Genma tidak mau bicara dengan alasan ingin menghayati sepenuhnya perannya sebagai maskot Negeri Tirai Bambu itu. Akhirnya sebagai pengganti dialog, Genma akan menulis di papan-papan untuk mengungkapkan unek-uneknya. Repot. Ayah yang kelainan.

Ranma menunjuk pipi kanannya. "Yang ini, kena amukan babi." Lalu menunjuk pipi kiri. "Yang ini," Ranma mengangguk pada Akane yang kebetulan baru keluar dari kamarnya, "tanya saja dia."

"Wah wah wah, kalian bertengkar lagi ya?" Kasumi, kakak tertua Akane ikut nimbrung.

Nabiki si anak tengah pun tak mau ketinggalan. "Belum menikah saja sudah heboh berantemnya. Gimana kehidupan kalian nanti kalau sudah berumah tangga?"

"Nabiki!"

"Eh, iya. Dengar-dengar Akane akan berpasangan dengan Ranma di pesta dansa besok malam, ya?"

Pertanyaan Nabiki sontak membuat Genma dan Kasumi melongo. Akane dan Ranma ikutan melongo. Habis itu blushing.

"Wah, jadi nggak sabar. Koran sekolah pasti mau bayar mahal demi mendapatkan foto-foto hot kalian berdua. Aku akan siapkan kamera."

"Jangan sembarang bicara, Nabiki! Hot apanya? Akane kan nggak bisa menari. Paling-paling foto yang akan kaudapatkan nanti isinya pose-pose memalukan cewek barbar ini. Berpasangan dengan Akane cuma bikin malu."

Akane marah. "Kalau tidak mau ya tidak usah mengajakku jadi pasangan dansamu!"

"Siapa juga yang sudi berdansa dengan cewek nggak seksi?"

"Apa kau bilang?"

"Yah, kurasa rumah tangga mereka akan sehancur kapal pecah. Itu kalau mereka benar-benar menikah suatu hari nanti," ujar Nabiki sambil berlalu pergi, diikuti anggukan setuju Kasumi dan Genma.

Apa yang akan terjadi? Nantikan kelanjutan kisahnya di chapter dua *wink*~


Waaah, publishnya telat sehari! Padahal kalo publish kemarin, tanggal publishnya cantik, 13-12-11. Saia kurang cepat bertindak.

Mungkin cerita ini jadinya 3 chapter. Saia nggak berani manjangin chapter yang ini soalnya nanti malah nggak menarik. Akhirnya chapter ini cuma 1000 kata.

Walaupun pendek, saia harap reader tetep berkenan mereview, ya ^^ Review anda akan dibalas dengan review (bagi anda yang author dan log in) dan ucapan terima kasih di chapter depan.

Sampai ketemu di chapter dua. Ja =D