THE ABSOLUTE ORDER
―perintah . mutlak―
[ karena semua yang ia katakan adalah kewajiban ]
.:: Yes, My Lord. ::.
.
( Mencekam/Kamar tidur )
―forFFC (Infantrum): Double-Fiction [ 2/10]―
―tribute to Ciel Phantomhive [ 14/12 ]―
Disclaimer: Kuroshitsuji from Yana Toboso/Square Enix. There's no money making here.
Warning: Typo, Canon―right after Kuroshitsuji II season finale. BEWARE of PSYCHOPATHIC CONTENTS!. SebastianXCiel. Type of dark-fiction.
Don't Like Don't Read!
The Absolute Order: 2011: M. Gabriella
Jleb! Jleb! Jleb!
Pisau itu tertancap lagi.
Ciel terlihat sangat senang melihatnya; putaran-putaran yang dihasilkan oleh kilau besi terlihat semakin mempesona baginya. Bocah iblis―yang kini memiliki mata merah darah nan kelam―begitu menikmatinya.
Ia abaikan erangan tertahan dari butler-nya. Berkali-kali, mata rubi milik Sebastian menyala terang―amarah yang berusaha diredam.
"Ssstt …," bisikan diperdengarkan; bersama dengan jari telunjuk yang tertempel di bibir butler iblis itu, "diam dan tahanlah, Sebastian."
"An … d―aargh …," Sebastian menggeram lalu menyeringai, "menikmatinya … eh?"
Bocah kelabu itu hanya tersenyum tipis. Ia tahan keinginannya untuk tertawa terbahak-bahak―saking meluapnya euforia yang meledak dalam dirinya.
Beda dengan Sebastian yang sedari tadi menahan rasa sakit menusuk, beda pula dengan Ciel.
Melakukan hal yang sama setiap hari―setiap malam―entah mengapa … merupakan kesenangan tersendiri bagi Ciel. Ya; menusukkan pisau ke dada Sebastian jauh lebih menyenangkan daripada memakan jiwa manusia yang dibawa butler-nya di siang hari. Meski demikian …
… Sebastian tetap menuruti permainan Ciel; permainan yang semakin gila dari hari ke hari.
(Ini semua berawal dari satu malam. Seorang Ciel Phantomhive yang pikirannya tergerogoti oleh kebosanan, mendapatkan satu ide yang bisa dibilang "sangat tak bermoral". Tapi, siapa peduli? Cukup memerintahkan butler-nya, dan pelayan satu-satunya itu pasti menurutinya. Sekalipun itu permainan paling mengerikan yang pernah ada ….)
Ya memang, pada setiap malam hanya akan ada suasana sunyi senyap yang dijaga Sebastian, untuk Sang Tuan, Ciel Phantomhive. Tapi pada dasarnya, mansion Ciel di Pulau Iblis sudah hening senantiasa―mengingat empat mantan pelayan Ciel sudah tidak mengikuti tuannya itu. Otomatis, hanya Sebastian yang harus melayani Ciel; meskipun sakit adalah taruhannya.
Layaknya malam ini, erangan serta geraman tertahan Sebastian, diikuti tawa yang ditahan oleh Ciel; sisanya hanya suasana sesak akan keheningan.
Tidak tahukah Ciel, bahwa seragam butler milik Sebastian sudah begitu basah dan ternodai oleh darah―meskipun ia tidak akan mati―lebih dari malam-malam lain?
Kemudian, Sebastian mengingat hari ini tanggal berapa; 14 Desember―hari peringatan kelahiran seorang Ciel Phantomhive. Walau percuma, pikirannya terus saja dongkol dan meminta Sang Tuan berhenti.
'Kenapa hari ini Dia lama sekali?'
Helaan napas, Sebastian tetap bertahan selama apapun torehan dari Sang Tuan.
Sebastian Michaelis akan terus mengulang kejadian ini di kamar tidur Ciel Phantohive, untuk malam-malam selanjutnya.
~fin~
―silahkan baca dari bawah ke atas―
A/N: Well, tepat waktu sepertinya :P (tepat deadline maksudnya, nyehehe). Ini kayaknya dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah tidak sinkron, ya. Terlalu maksa, sih; #orz. Ya sudahlah, apa mau dikata.
Otanjubi Omedettō untuk Ciel Phantomhive! :D
Akhir kata, REVIEW!
