Title: Dream

Series: Naruto

Pairing: Sasuke x Naruto

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rate: T

Warnings: Shounen-Ai, OOC

Genre: Romance, Angst.

Type: Oneshot

" Jika ada kesamaan itu hanyalah ketidaksengajaan"

Summary: "Aku berjanji dengan seluruh nyawaku."

"Dream"

Seorang pemuda tampan menggeliat gelisah di atas tempat tidurnya. Tubuh berbalut kulit berwarna putih hampir pucat itu bergerak tak menentu. Ia mencengkram kepalanya begitu erat dengan kedua tangannya seakan menahan sakit yang amat luar biasa. Mata hitamnya yang gelap tertutup dengan tidak tenang dan perlahan-lahan menguraikan air mata. Ia merasakan sakit yang luar biasa jauh di dalam raganya.

Hati.

Hatinya terasa berdenyut-denyut. Ia merasakan sesak yang begitu membelenggu membuatnya terus membuka mulutnya untuk meraih oksigen sebanyak yang ia bisa. Napasnya tersengal-sengal dan dadanya naik turun. Rambut hitamnya sudah tidak terbentuk rapi seperti biasanya. Dia benar-benar kacau. Kacau hanya karna sebuah mimpi.

Mimpi.

Bukan hanya. Mimpi itu begitu menyakitkan dan mengiris hati seorang Uchiha Sasuke. Mimpi yang terus menghantui setiap malam-malam sepinya selama bertahun-tahun. Ia sudah mencoba berbagai hal untuk menyelesaikan hal ini. Namun naas tetaplah naas. Berderet Psikolog, dokter syaraf, dokter jiwa, bahkan orang pintar pun tidak ada satupun yang berhasil menyelamatkan malam tenangnya.

Kenapa begitu berat menghilangkan mimpi itu? Sebenarnya mimpi apa Sasuke sehingga ia sering kacau saat akan pergi ke kantor, rapat dengan klien-klien penting, pertemuan keluarga, acara besar, bahkan kencan sekalipun?. Ia tidak pernah menjalankan semua hal itu dengan sukses 100%. Tidak pernah.

Ia bahkan sempat berpikir bahwa tidak tidur adalah pemikiran yang baik. Namun sekali naas tetap naas. Esok paginya Ia akan terlihat lebih kacau dari malam-malam yang lain. Sungguh sesuatu yang otak pintar Sasuke tidak terima.

Dan malam ini Ia mengalaminya lagi.

Sasuke mengerang kesakitan dengan keringat yang membalut tubuhnya. Piyamanya sudah compang-camping akibat gerakan brutal bungsu Uchiha itu. Ia meringis saat dadanya terasa tercabik-cabik dengan kasar dari dalam. Ia mencengkram baju piyamanya dengan kasar. Begitu kasar sampai beberapa dari kancing piyama tersebut akan terlepas.

Dan semua karena mimpi itu.

"Sasuke, apa yang kau lakukan disini?".

"..."

"OI, TEME! Kau dengar aku kan?"

"Hn, Aku dengar, Dobe".

"Lalu, sekarang ayo jawab kenapa kau ada disini?"

"Kau tanya 'kenapa'? Tentu saja untuk menemuimu."

"Nani doushite?"

"Naruto, Aku mencintaimu."

"A-Apa?"

"Iya, aku mencintaimu, Naruto. Maukah kau menjadi kekasih ku?"

"E-Eh jangan berlutut seperti itu, Sasuke."

"Aku akan tetap seperti ini sampai kau menjawabku."

"... Tapi.."

"Kenapa kau ragu? Aku berjanji akan melindungimu."

"Tapi orangtuamu, orangtuaku dan orang lain bagaimana?"

"Kita akan baik-baik saja, aku akan melindungimu."

"Benarkah?"

"Iya, aku berjanji dengan segenap jiwaku."

"Aku mencintaimu, Sasuke."

"Aku juga, Naruto."

000

"Sasuke apa kau tahu apa yang kau lakukan?"

"Aku tahu Otousan."

"Kau benar-benar!"

"Hentikan. Tolong jangan sakiti anakku lagi."

"Lihat anakmu ini! Dia sudah benar-benar bodoh dan keterlaluan! Sekarang jangan lagi kau muncul di hadapanku. Aku malu mempunyai anak sepertimu!"

"Baik, Otousan. Okaasan, aku mencintaimu.. maaf karena aku sudah menyusahkanmu."

"Sasuke, jangan pergi nak. Sasuke!"

000

"Kau terlihat lesu, ada apa?"

"Aku tidak apa-apa, Naruto."

"Kau yakin?"

"Seyakin cintaku padamu."

"Berhenti menggodaku! Huft.."

"Wajahmu manis sekali."

"Teme hentikan!"

000

"Kau bodoh, Sasuke."

"Kau kemari hanya untuk mengatakan itu?"

"Tentu saja, tidak. Ayah marah besar padamu. Kau tahu artinya itu, kan?"

"Aku tahu. Aku akan menjaganya dengan seluruh jiwaku."

"Itu tidak menjamin apapun."

000

"Kau kenapa, Naruto? Kakimu?"

"Tadi pagi aku hampir tertabrak mobil.. eh tunggu jangan marah dulu. Ini salahku yang tidak lihat jalan."

"Kau yakin?"

"Iya, maaf aku membuatmu khawatir."

"Tidak, aku yang salah karena tidak menemanimu."

000

"SASUKE!"

"Jangan berteriak Kiba, kita masih di kampus."

"Naruto! Dia kecelakaan!."

"APA?"

000

"Ia koma."

"Dokter, apa yang bisa saya bantu? Tolong selamatkan dia."

"Sekarang yang bisa kita lakukan hanya menunggunya sadar."

000

"Naruto!"

"Sa-Sasuke. Apa kabar?"

"Jangan bicara dulu, kau masih lemah."

"Sasuke, maafkan aku."

"Kenapa kau meminta maaf?"

"Aku tahu hubunganmu dengan keluargamu sudah hancur karenaku, tapi aku tetap mempertahankanmu."

"Seharusnya aku yang meminta maaf. Ini semua ulah ayahku, aku sudah berjanji untuk melindungimu, tapi.."

"Cukup, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu cemas."

000

"Apa yang kau sembunyikan, Sasuke?"

"Sesuatu.."

"Apa? Kau-Apa?"

"Mau kah kau menikah denganku?"

"Tapi.."

"Ternyata kau sudah tidak mencintaiku lagi."

"Bukan begitu, aku sangat mencintaimu-"

"Jadi?"

"Baiklah, aku akan menikah denganmu."

"Aku mencintaimu, berjanjilah untuk tetap bersamaku selamanya, Naruto."

"Aku berjanji dengan seluruh nyawaku."

000

"Setelah mengatakan itu kau justru pergi. Dobe sialan. Kau benar-benar menyebalkan."

"Menangislah.. kau perlu itu."

"Diam kau Aniki! Aku tidak mau menangisinya. Aku tidak mau!"

"Tapi air matamu sudah jatuh, kau harus sadar kau mencintainya dan kini kau kehilangannya."

"Dia meninggalkanku, dia mencampakanku. Untuk apa aku menangisinya?"

"Karena ia begitu mencintaimu makanya ia meninggalkanmu. Buka matamu lebar-lebar."

"Tidak. Kalau ia mencintaiku kenapa meninggalkanku?"

"... Sebaiknya kita pergi. Sebentar lagi akan ada badai di sekitar sini."

"..."

"Kalau kau memang membencinya, kenapa tetap berdiri di depan nisannya?"

"Aku.."

'ZRASH'

"Aku kembali duluan. Aku tidak mau basah kuyup."

"..."

"TIDAK!" Sasuke dengan cepat duduk dengan tatapan tegang. Napasnya memburu seiring keringat yang mengucur deras di tubuhnya. Matanya memandang kesekeliling dengan tajam. Ia merasakan ketakutan yang amat sangat menyiksa sampai ia merasa tubuhnya bergetar hebat.

"ARGH!" Sasuke mengacak-acak rambutnya. Ia frustasi, begitu frustasi sampai psikolog macam apapun tidak akan sanggup menyembuhkannya. Ia terus mengingat hal yang selama ini selalu ingin di lupakannya.

Akhirnya malam ini, ia kembali menangis meratapi kesalahannya yang sudah lalu. Kesalahan karena tidak dapat menyelamatkan kekasihnya yang selalu dicintainya.

FIN

Ah, zuka bikin fic angst geje lagi.. singkat pula.. maaf kalau mengecewakan..

Mind to RnR?