Houkago

Disclaimer : Yayoiso
Story : Ryo Amai
Canon, Ooc, Typo

.
.

Yoake Ryo berjalan seorang diri menuju stasiun. Terdengar dari belakangnya langkah cepat seseorang dibarengi dengan panggilan yang menyebut namanya.

"Senpai... kenapa kau diam saja saat kupanggil?" An terlihat terengah-engah karena berlari.

"Hmm, aku kira itu bukan dirimu. Maaf yah," ujar Ryo diakhiri dengan senyum.

"Jangan tersenyum disaat seperti ini. Dasar senpai sadis." An nampak mengerucutkan bibirnya. Ryo tertawa menanggapinya.

Hening beberapa saat hingga An kembali mengeluarkan suara. "Ohya, senpai akan pergi ke mana setelah ini?"

Ryo menoleh kepada kohai yang berjalan di sisi kanannya itu. "Tentu saja pulang ke apartemenku."

"Seharusnya senpai memanfaatkan wajah mudamu itu. Bagaimana kalau kita mampir ke toko coklat di dekat stasiun?"

Ryo menghela napas. "Aku harus menulis laporan-"

"Hanya sebentar," An memutus kalimat senpainya. Matanya berbinar berharap Ryo menyetujui ajakannya. Ryo menatap lamat-lamat wajah menyebalkan An-menurutnya. Ia menghela napas kembali. "Baiklah, hanya sebentar."

"Yeah." An tertawa kegirangan karena telah berhasil membujuk senpainya itu.

TT

Ryo dan An duduk berhadapan dengan bolu coklat dan es coklat di meja mereka.

"Senpai, sekali-kali kau harus pergi ke tempat-tempat seperti ini." An memulai percakapan. "Aku tahu kau pasti kelelahan karena harus pergi sekolah dan bekerja."

"Bukankah kau juga seperti itu?" Imbuh Ryo.

"Makanya aku mengajakmu ke sini." An tertawa diakhir kalimatnya.

"Bilang saja kau hanya ingin ditemani ke tempat ini."

Gadis berkepang dua itu memakan bolunya sebelum kembali berucap, "Bukan seperti itu, aku hanya ingin mengajakmu." Ryo menaikkan sebelah alisnya, ia sama sekali tak mengerti arah pembicaraan kohainya itu. Ia lalu meminun es coklatnya seraya memandang wajah An lamat-lamat.

"Apa lihat-lihat." An memelototi lelaki berambut pirang itu.

"Ah-tak ada apa-apa." Entah mengapa lelaki bermarga Yoake itu menjadi salah tingkah. Ia mengalihkan atensinya ke kanan, mencari subjek yang dapat mengalihkan pandangannya dari wajah An.

"Senpai, kau mau coba." An memecah keheningan yang sempat terjadi di antara mereka. Ia menyodorkan piring bolunya ke hadapan Ryo.

"Terima kasih, atas perhatianmu."

An menaikkan sebelah alisnya, "Aku menawarkan bolu, bukan perhatian." Ryo tertawa, lama dan nampak sangat bahagia.

"Yoake-senpai. Kau ini kenapa?"

TT

Ryo dan An menghentikan langkah mereka di pertigaan jalan.

"Apartemenku di sana," ujar An lalu melangkah menjauhi Ryo.

"Onoya."

An menoleh dan menghentikan langkahnya. Ryo melangkah mendekati An dan berhenti di hadapannya.

"Terima kasih untuk hari ini." Tanpa terduga Ryo meletakkan tangan kananya di atas kepala An dan mengusapnya. "Semester dua nanti kau akan menjadi support, berjuanglah." Lelaki itu menghiasi wajahnya dengan senyuman.

"I-iya. Aku akan berjuang." Sadar atau tidak, di kedua pipi gadis itu sudah tercetak semburat merah.

"Sampai jumpa besok." Ryo memutar tubuhnya, lalu berjalan menjauhi An.

"Sampai jumpa," sahut An yang pada ujung kalimatnya nada suaranya mengecil. Ia membalikkan tubuhnya lalu memegang kedua pipinya sambil berteriak. Ryo yang berjalan belum jauh dari An tertawa mendengar jeritan histeris dari An.

"Kenapa? Yoake-senpai itu. Tidak mungkin..."

Fin

.
.

A/N : Mohon maaf karena ini aneh sekali. Dan tulisanku sungguh kaku karena sudah lama aku gak nulis dan baca karya fiksi, jadi mohon koreksinya di kotak review. Review yang membangun yah... Terima kasih sudah membaca.
[30 April 2017. 00:26 WIB]