"Trouble Makers"
by: lavenderviolletta
Naruto by : Masashi Kishimoto
[Hinata H. x Sasuke U. ]
Romance,Hurt,comfor,
.
.
.
WARNING
(OOC, Miss TYPO)
.
.
Happy Reading
.
.
"bagaimana dengan perpanjangan waktu?".
"tch. kau bilang apa Hiashi? Perpanjangan waktu? "
"yah,, beri aku waktu satu bulan".
"kau berurusan dengan orang yang salah, semua asetmu yang ada di belanda akan menjadi milik perusahaan Uchiha, termasuk rumah mewah yang sekarang kau tempati".
"ku mohon Fuga,-"
"sebelum jam 7 pagi, kau harus mengkosongkan rumahmu, dan jika tidak, jangan salahkan ketika orang suruhanku mengusirmu paksa".
"tutt,, tuutt...". sambungan telelpon di putuskan secara sepihak, Hiashi menaruh kembali gagang telepon yang sedari tadi di pegangnya, tangannya memegang kening dan memijat-mijatnya dengan mata yang tertutup, seolah pusing yang ia rasakan saat ini, setelah lama bergelut dengan pikirannya ia kembali menekan angka-angka yang ada di telepon itu, menyambungkannya dengan seseorang.
"moshi-moshi".
"Neji, jemput aku dan Hinata besok pagi di bandara".
.
.
.
.
Hinata merapihkan baju-baju nya ke dalam lemari berpintu dua yang sudah menjadi tempat pakaiannya selama 10 tahun, dan sekarang ia kembali ke jepang karena perusahaan dan seluruh aset Hiashi telah diambil alih perusahaan Uchiha.
Hiashi mengalami kebangkrutan pada perusahaannya yang berada di belanda, 7 tahun ia menjalankan usahanya disana, tetapi hancur ketika ada salah satu orang kepercayaannya yang berkhianat sehingga membuat perusahaanya bangkrut, Hiashi mencoba untuk membangun usahanya kembali dari awal dengan meminjam sejumlah uang yang cukup besar pada perusahaan Uchiha, dengan perjanjian ia akan melunasi dalam waktu satu tahun, namun sampai batas waktu dimana ia harus membayar hutangnya Hiashi tidak mampu karena perusahaannya masih belum mendapatkan keuntungan. Kebangkrutan perusahaannya tidak di ketahui kedua putrinya, dia tidak ingin Hanabi dan Hinata menjadi ikut terbebani akan hal ini, Hiashi hanya menceritakan hal ini pada Neji, dia percaya bahwa kejeniusan yang di miliki Neji bisa mengatasi hal ini bersamanya.
"Neji-nii, apa aku akan meneruskan sekolahku disini?" Hinata menatap Neji dengan pandangan curiga, dia tau ada sesuatu hal yang ganjil sehingga ia harus pindah mendadak dan meninggalkan sekolahnya di belanda begitu saja. "ada apa?" tanya nya kembali.
"Tousaan hanya ingin kita semua berkumpul kembali disini".
"Hanya itu?". Neji menganggukan kepalanya seraya mengelus puncak rambut Hinata lembut.
"heii.. kenapa cemberut begitu?".
"lalu bagaimana dengan sekolahku? Aku bahkan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal pada sahabat-sahabatku disana".
Neji tersenyum melihat Hinata yang masih belum berubah, sikapnya yang sedikit manja membuat Neji gemas, "kau ingat ketika dulu kau meninggalkan jepang? Harusnya kau bahagia karna kau akan kembali berjumpa dengan teman-teman masa kecil mu". Kembali ia mengacak pundak kepala Hinata sambil keluar meninggalkannya.
"Naruto-kun"
"seperti apa dia sekarang".
.
.
.
Riuh pikuk suasana Kohoha High School itu menjadi kebiasaan di setiap paginya, terutama di kelas 2B yang merupakan kelas paling banyak di datangi kaum hawa karena pangeran sekolah mereka berada di dalamnya Uchiha Sasuke.
"heii .. temee kau mau kemana?". Tanya Naruto pada Sahabatnya yang tiba-tiba pindah tempat duduk.
"kau selalu berisik baka".
"tch. Naruto mendecih sebal, tak mau duduk sendirian Naruto menduduki kursi kosong yang ada di sebelah Sai, dengan cepat ia pamerkan senyum mataharinya pada manusia pucat yang kini tengah menatapnya heran "aku duduk disini yah Sai, boleh kan? Hehehe".
.
.
"Ohayooo..." Sapa Kakashi begitu memasuki kelasnya, pandangannya mengabsen semua orang yang berada di dalam kelas, langkahnya mendekati Sasuke yang duduk sendirian di bangku paling pojok belakang.
"sett."
"..."
Sasuke membuka matanya perlahan ketika ia merasakan alunan musik di kedua telinganya di lepas Kakashi. Pandangan malas dari Kakashi di balas dengan tatapan datar oleh kedua onyx Sasuke. Tanpa berbicara banyak Kakashi kembali berdiri di depan kelas.
"Hari ini kita kedatangan murid pindahan baru dari belanda".
"masuklah Hyuuga-san". Hinata dengan perlahan memasuki ruangan kelas barunya, puluhan pasang mata dengan warna pupil berbeda bisa ia lihat saat ini, pandangan lavendernya menelusuri setiap orang yang di lihatnya, ia tersenyum ketika mendapati seorang lelaki bermata shappire dan berambut blonde yang juga tersenyum menatapnya. Dan satu lagi tanpa satu orang pun yang menyadari, Sasuke menyeringai ketika Hinata menampakan dirinya di depan kelas, hal ini lah yang telah lama ia tunggu, kepulangan Hinata.
"silahkan perkenalkan dirimu".
"Ohayoo mina-san, Nama saya Hyuuga Hinata, kalian bisa memanggil saya Hinata, mohon bantuannya".
"selamat datang kembali Hinata". Ujar seorang bermata emerlard yang merupakan sahabat lamanya, Haruno Sakura. "kau masih mengenalku kan?"
"kau banyak berubah Hinata, kau lebih percaya diri dan tidak menundukan wajahmu lagi ketika berada di hadapan banyak orang" . kali ini wanita berambut pirang dan bermata Shappire ikut mengeluarkan suaranya yang juga teman kecil Hinata, Yamanaka Ino.
"tentu saja Sakura-chan, Ino-chan, senang bertemu kalian kembali".
"perkenalan bisa di lanjutkan ketika jam istirahat, hmm sekarang kau bisa duduk,-" Kakashi melihat sekelilingnya, pandangannya berhenti pada kursi kosong yang ada di sebelah Sasuke,"kau bisa duduk dengan Sasuke untuk sementara". Hinata mengangguk dan kemudian berjalan menuju tempat dimana Sasuke berada.
.
Hinata mulai risih ketika Sasuke tak mengajaknya berbiacara, dan lagi Sasuke tak mau membagi buku pelajaran yang dimilikinya dengan Hinata. Dengan segenap keberanian Hinata mulai membuka mulutnya, menatap onyx tajam yang berada disampingnya sekarang.
"Hyuuga-Hinata". Hinata mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri. "kita belum berkenalan kan?". Ujarnya kembali di sertai senyum manisnya.
"..."
Sasuke menatap Hinata sekilas, onyx bertemu lavender, lavender yang sangat ia rindukan, tanpa membalas jabat tangan ataupun senyum manis Hinata, ia kembali mengacuhkan Hinata. Senyum Hinata seketika pudar, padahal ia sudah memasang senyum yang paling manis menurutnya, tapi kenapa?ada apa dengan orang ini pikirnya. Tak mau menyerah Hinata kembali membuka mulutnya.
"boleh aku melihat buku nya? Aku pindah secara mendadak dan belum sempat menanyakan buku apa sa,-".
Hinata berhenti meneruskan kata-katanya ketika Sasuke menggeser buku miliknya tepat di depan Hinata, merasa tak enak Hinata menggeser kembali hingga bukunya berada di tengah, diantara keduanya.
"kau saja". Sasuke kembali menggeser bukunya hingga berada di depan Hinata.
"lalu bagaimana dengan,-"
"aku sudah tak membutuhkannya".
.
Hinata dapat bernafas lega ketika bel istirahat berbunyi, ia memang merasa tak nyaman berada di samping Sasuke, "kami-sama, sungguh awal sekolah yang buruk, kenapa aku harus duduk dengan orang seperti ini". Pikirnya dalam hati. Hinata bergegas membereskan buku-bukunya ke dalam tas ransel nya, kotak bento yang ia hendak keluarkan ia masukan kembali karena melihat Sasuke yang juga tak beranjak dari kursinya, Hinata terdiam, dia berfikir begitu bel sekolah berbunyi laki-laki berambut raven ini akan bergegas keluar seperti anak-anak yang lainnya. Namun prediksinya meleset, Sasuke bahkan sangat menikmati posisinya saat ini.
"Hinata-chan, mau ikut kami ke kantin?". Tanya Ino, di ikuti Sakura di belakangnya.
.Hinata mengangguk cepat, dia merasa tertolong saat ini. "tentu saja". Ia keluarkan kotak bento yang di kemas dengan rapi dari dalam tasnya. "Hinata-chan, masih mengingatku?" . Hinata mengangkat kepalanya, wajahnya bersemu merah ketika ia mendapati Naruto yang kini telah berdiri di hadapannya.
"Naruto-kun".
"aku senang kau masih mengingatku, selamat datang kembali Hinata-chan".
Senyum Naruto semakin membuat rona merah di pipi Hinata bertambah, "oh.. kami-sama, kenapa jantungku berdetak begitu cepat". Ujarnya dalam hati.
Braakk... Sasuke menggebrak meja dan meninggalkan orang-orang yang ada di hadapannya begitu saja, "woii temee kau mau kemana?". Lagi Naruto di buat bingung dengan sikap Sasuke hari ini. Dengan cepat Naruto menyusul Sasuke, meninggalkan kelasnya.
.
.
.
"hmm.. jadi begitu". Sambil memasukan satu per satu onigiri ke dalam mulutnya ia mendengarkan cerita kepopuleran Sasuke di sekolah, meski sebenarnya Hinata malas untuk mendengarnya, tetapi ia menghargai kedua sahabatnya yang begitu bersemangat memuja Sasuke.
"bagaimana menurutmu?". Tanya Ino tiba-tiba di ikuti anggukan anggukan dari Sakura.
"eh?".
" kau wanita terberuntung disini karena bisa duduk sebangku dengan pangeran sekolah". Sakura menimpali.
"biasa saja".
"what?" Sakura dan Ino bersamaan.
"jika Ino-chan dan Sakura-chan mau duduk bersama Sasuke, silahkan saja". Hinata tersenyum hambar karena pandangan kedua sahabatnya yang menatapnya heran.
"hmm.. normal". Ujar Sakura ketika meletakan punggung tangannya di kening Hinata.
Hinata hanya bisa kembali tersenyum palsu ketika melihat tingkah kedua sahabatnya yang menurutnya aneh.
.
*Manshion Hyuuga.
Neji terkikik geli ketika mendengar cerita Hinata di sekolah barunya.
"dan ketika orang itu menapakan kakinya di luar kelas, maka semua wanita yang ada di sana akan beteriak Sasukeee-kuuunnnn...!". aku merasa wanita di sana sedikit mengalami gangguan jiwa". Hinata meneguk habis air susu yang di berikan Neji. "mereka bilang aku beruntung duduk dengan orang semacam dia,, hah ! itu justru bencana menurutku".
"kau pasti lelah, tidurlah karena besok kau akan memulai kembali sekolahmu yang membosankan". Neji kembali terkikik ketika Hinata mengercutkan bibirnya.
"ini tidak akan sepenuhnya membosankan, karena,-" . semburat merah kembali menjalar di pipinya, membuat Neji berfikir bahwa adik sepupunya ini telah beranjak dewasa.
"karena kau menemukan pangeranmu hm?".
.
.
.
.
Cklek..
Sasuke membuka knop pintu kamarnya malas, ia melempar tas nya asal dan menjatuhkan tubuhnya pada kasur kingsize yang ada di hadapannya, ke elastisan akan kasur itu membuat tubuh Sasuke memantul sedikit, matanya terpejam hendak memasuki alam mimpi.
"bagaimana hari ini? Menyenangkan kah?". Sasuke membuka kembali kedua onyxnya ketika ia mendapati Itachi yang kini berdiri diambang pintu kamarnya dengan tangannya yang terus tertuju pada ponsel.
"..."
Merasa diacuhkan, Itachi menghampiri Sasuke, dia tertawa mentah ketika mendapati wajah Sasuke yang di lihatnya kusut.
"dia bahkan tidak mengenaliku". Itachi menghentikan tawanya ketika Sasuke membuka mulutnya.
"dia banyak berubah, ku akui dia semakin cantik".
"tapi satu hal yang tak berubah darinya, dan itu membuatku muak".
Itachi kembali terkekeh, "aku mengerti maksudmu, lalu? Apa yang akan kau lakukan?".
"membuatnya untuk melihat keberadaanku".
.
Hinata melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya, "masih 30 menit lagi sebelum jam pelajarannya di mulai, langkahnya ia perlambat menuju kelasnya dengan memperhatikan keadaan di sekelilingnya, dan lagi sepertinya ia belum mengetahui semua tempat yang ada di sekolahnya, kakinya berhenti ketika mendapati sebuah tempat yang menurutnya nyaman untuk sekedar membaca buku, menunggu bel masuk tiba. Perlahan ia duduki rumput hijau yang sedikit lembab karena embun pagi, Hinata memunguti sehelai demi sehelai daun momogi untuk di jadikan alasnya duduk. Sebuah buku tebal ia keluarkan dari dalam ranselnya dan mulai membuka halamannya satu per satu.
Atap sekolah yang merupakan lantai tertinggi di Konoha High School menjadi tempat Sasuke dan juga teman-temannya berkumpul, menghindari kejaran-kejaran fans gils nya. Tak sembarang orang yang bisa memasuki tempat ini karena untuk berada di sini orang itu harus mempunyai card khusus untuk membuka lift nya hingga sampai pada lantai ini. Dan yang mempunyai card khusus itu adalah orang-orang yang merupakan calon pewaris perusahaan yang mendirikan sekolah ini diantaranya Namikaze Naruto, Sabaku no Gaara, dan juga Uchiha Sasuke tentunya.
.
Sasuke tersenyum tipis ketika kedua onyx nya melihat gadis bersurai Indigo yang kini tengah duduk sendiri di bawah pohon rindang yang berada di belakang sekolah, tempat yang cukup sepi dan jarang di kunjungi banyak siswa, "tidak berubah, kau sama sepertiku, tidak menyukai keramaian". Ujarnya dalam hati.
.
"ooyy.. temee.. apa yang kau lakukan, bel telah berbunyi". Sasuke menoleh, kemudian pandangannya kembali pada Hinata yang kini telah berjalan meninggalkan taman, dan lagi Sasuke kembali tersenyum tipis.
.
Hinata menghela nafas panjang begitu melihat Sasuke yang telah duduk manis di bangkunya, entah kenapa kakinya terasa sangat berat begitu ia memasuki ruang kelasnya.
"Naruto-kun, kenapa dia duduk bersama dengan orang itu, bukankah seharusnya ia,-" Iris lavendernya menemukan Sai yang kini tengah tersenyum manis kepadanya, Hinata membalas senyuman Sai dan mendekati bangku mejanya.
"apakah disini kosong?". Sai mengangguk, masih dengan senyuman yang menghiasi raut wajahnya.
"boleh aku duduk disini?".
"silahkan, dengan senang hati".
.
Sasuke menampakan kedua onyxnya ketika Anko membuka handsfree yang menutupi telinganya, jika Kakashi ia hanya menatap Sasuke malas, karena bosan menegurnya, berbeda dengan Anko yang merupakan sensei tergalak di sekolahnya, seperti biasa Sasuke hanya menatap Sensei berwajah ganas di hadapannya dengan datar.
"Uchiha Sasuke, jangan kau pikir karena kau adalah anak pemilik sekolah ini kau bisa berlagak semaumu Hah !".
"..."
"Keluaaarrrr !".
Sasuke mengambil tasnya seraya pergi meninggalkan kelas, namun sesaat sebelum ia membuka pintu pandangannya tertuju pada isi kelas dimana semua mata kini memandangnya, Hinata sadar akan Sasuke yang kini menatapnya tajam, dengan cepat ia tundukan kepalanya , menghindari tatapan Sasuke.
.
Kali ini Hinata tidak mengikuti Ino dan Sakura pergi ke kantin bersama, ia menghabiskan waktu istirahatnya di taman belakang sekolah yang baru di temukannya tadi pagi, perlahan ia membuka bento nya dan memasukan satu per satu isinya ke dalam mulutnya.
" kenapa kau duduk bersama Sai?".
"eh?". Hinata mendongakan kepalanya, mendapati Sasuke yang kini berada di atas pohon tepat di kepalanya.
"Uhuk-Uhukk". Hinata Kaget mendapati Sasuke yang tiba-tiba berada di atas kepalanya, tangannya mengambil botol minuman yang ada di hadapannya dan menaguknya cepat.
"Tch". Sasuke lompat dan tepat berada di hadapan Hinata.
"Uchiha-san".
"bisa kah kau menanggilku sama halnya kau memanggil Naruto".
"Sa- Sasuke-kun".
"Hn".
"..."
"kau masih belum menjawab pertanyaanku".
"eh? Hmm.. itu hanya..."
(teng.. teng.. teng...)
"kembali ke bangku asalmu".
"eh tapi? Heiii..."
Sasuke meninggalkan Hinata begitu saja tanpa ingin mendengar jawaban Hinata lebih lanjut, Hinata memandang Sasuke sebal, "orang itu kenapa sih?". Pikirnya dalam hati.
.
.
"Sai-kun, dimana tas ku?".
"disana". Sai menunjuk ke arah bangku dimana Sasuke di kerubuni wanita-wanita yang tak lain adalah fans girls nya. Hinata mendecih kesal, "ini keterlaluan, seenaknya mengambil barang orang dan memindahkannya begitu saja.
"permisi-permisi". Ujarnya pada orang-orang yang kini tengah menghalangi jalannya, Hinata dapat melihat Sasuke sekarang, tatapannya datar dengan wajah tanpa ekspresi, Hinata memandang Sasuke sekilas, tak mau membuang waktu ia ambil tas nya yang berada di atas bangku Sasuke, dan langkahnya terhenti ketika tangan kekar Sasuke memegang tangannya kuat.
"..."
"lepaskan Sasuke".
"duduk".
"ini sakit". Hinata merintih.
"..."
"Sasuke –".
"DIAM.. !".
Suara bentakan Sasuke membuat se isi kelas hening seketika, nyali Hinata menciut mendengar bentakan Sasuke terhadapnya, terlanjur kesal Hinata mengubur rasa takutnya memberanikan dirinya menghadapi onyx yang menatapnya tajam.
"kau tak bisa mengaturku".
"apa?"
"ku bilang kau tak bisa MENGATURKU !". "apa hak mu sehingga kau dengan mudahnya menyuruh orang lain untuk selalu mengikuti perkataanmu, semena-mena dan tidak berperasaan". Hinata melepaskan tangan Sasuke kasar, namun Sasuke kembali menariknya dan menghempaskannya tubuhnya hingga beradu dengan dinding yang berada tak jauh di belakangnya, Satu tangan Sasuke ia tempatkan di samping kepala Hinata dan Satu lagi ia gunakan untuk memegang dagu Hinata.
"kau tau kau sedang berhadapan dengan siapa? ".
"..."
"jangan pernah berpikir untuk melawanku jika kau ingin selamat".
Hinata mendecih, "jika selama ini tidak ada yang berani melawanmu, maka aku akan menjadi orang pertama yang menentangmu".
Sasuke melepaskan tangannya pada dagu Hinata, ia mengambil tas Hinata yang tergeletak diatas mejanya dan melemparnya kasar.
"mulai sekarang orang ini akan mendapat masalah karena berani menantangku". Hinata mengambil tasnya dan kembali menduduki bangkunya di sebelah Sai, merasa tak ingin terlibat, Sai menjauhi Hinata dengan duduk di bangku Gaara, dan Naruto yang kembali duduk di samping Sasuke. Sai memandang Hinata iba, pandangannya mengatakan seolah dia meminta maaf, Hinata mengerti akan tatapan Sai dan membalasnya dengan senyuman, kembali ia melirik Naruto dan juga mendapti pandangan Naruto yang meliriknya iba, namun Naruto tersenyum seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja, hanya dengan melihat senyum mataharinya Hinata dapat merasakan ketenangan dalam dirinya.
.
.
.
.
.
.
Tbc..
silahkan meninggalkan Jejak, arigatou Mina-san..
"Troublemaker"
by: lavenderviolletta
Naruto by : Masashi Kishimoto
[Hinata H. x Sasuke U. ]
Romance,Hurt,comfor,
.
.
.
WARNING
(OOC, Miss TYPO)
.
.
Happy Reading
.
.
"bagaimana dengan perpanjangan waktu?".
"tch. kau bilang apa Hiashi? Perpanjangan waktu? "
"yah,, beri aku waktu satu bulan".
"kau berurusan dengan orang yang salah, semua asetmu yang ada di belanda akan menjadi milik perusahaan Uchiha, termasuk rumah mewah yang sekarang kau tempati".
"ku mohon Fuga,-"
"sebelum jam 7 pagi, kau harus mengkosongkan rumahmu, dan jika tidak, jangan salahkan ketika orang suruhanku mengusirmu paksa".
"tutt,, tuutt...". sambungan telelpon di putuskan secara sepihak, Hiashi menaruh kembali gagang telepon yang sedari tadi di pegangnya, tangannya memegang kening dan memijat-mijatnya dengan mata yang tertutup, seolah pusing yang ia rasakan saat ini, setelah lama bergelut dengan pikirannya ia kembali menekan angka-angka yang ada di telepon itu, menyambungkannya dengan seseorang.
"moshi-moshi".
"Neji, jemput aku dan Hinata besok pagi di bandara".
.
.
.
.
Hinata merapihkan baju-baju nya ke dalam lemari berpintu dua yang sudah menjadi tempat pakaiannya selama 10 tahun, dan sekarang ia kembali ke jepang karena perusahaan dan seluruh aset Hiashi telah diambil alih perusahaan Uchiha.
Hiashi mengalami kebangkrutan pada perusahaannya yang berada di belanda, 7 tahun ia menjalankan usahanya disana, tetapi hancur ketika ada salah satu orang kepercayaannya yang berkhianat sehingga membuat perusahaanya bangkrut, Hiashi mencoba untuk membangun usahanya kembali dari awal dengan meminjam sejumlah uang yang cukup besar pada perusahaan Uchiha, dengan perjanjian ia akan melunasi dalam waktu satu tahun, namun sampai batas waktu dimana ia harus membayar hutangnya Hiashi tidak mampu karena perusahaannya masih belum mendapatkan keuntungan. Kebangkrutan perusahaannya tidak di ketahui kedua putrinya, dia tidak ingin Hanabi dan Hinata menjadi ikut terbebani akan hal ini, Hiashi hanya menceritakan hal ini pada Neji, dia percaya bahwa kejeniusan yang di miliki Neji bisa mengatasi hal ini bersamanya.
"Neji-nii, apa aku akan meneruskan sekolahku disini?" Hinata menatap Neji dengan pandangan curiga, dia tau ada sesuatu hal yang ganjil sehingga ia harus pindah mendadak dan meninggalkan sekolahnya di belanda begitu saja. "ada apa?" tanya nya kembali.
"Tousaan hanya ingin kita semua berkumpul kembali disini".
"Hanya itu?". Neji menganggukan kepalanya seraya mengelus puncak rambut Hinata lembut.
"heii.. kenapa cemberut begitu?".
"lalu bagaimana dengan sekolahku? Aku bahkan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal pada sahabat-sahabatku disana".
Neji tersenyum melihat Hinata yang masih belum berubah, sikapnya yang sedikit manja membuat Neji gemas, "kau ingat ketika dulu kau meninggalkan jepang? Harusnya kau bahagia karna kau akan kembali berjumpa dengan teman-teman masa kecil mu". Kembali ia mengacak pundak kepala Hinata sambil keluar meninggalkannya.
"Naruto-kun"
"seperti apa dia sekarang".
.
.
.
Riuh pikuk suasana Kohoha High School itu menjadi kebiasaan di setiap paginya, terutama di kelas 2B yang merupakan kelas paling banyak di datangi kaum hawa karena pangeran sekolah mereka berada di dalamnya Uchiha Sasuke.
"heii .. temee kau mau kemana?". Tanya Naruto pada Sahabatnya yang tiba-tiba pindah tempat duduk.
"kau selalu berisik baka".
"tch. Naruto mendecih sebal, tak mau duduk sendirian Naruto menduduki kursi kosong yang ada di sebelah Sai, dengan cepat ia pamerkan senyum mataharinya pada manusia pucat yang kini tengah menatapnya heran "aku duduk disini yah Sai, boleh kan? Hehehe".
.
.
"Ohayooo..." Sapa Kakashi begitu memasuki kelasnya, pandangannya mengabsen semua orang yang berada di dalam kelas, langkahnya mendekati Sasuke yang duduk sendirian di bangku paling pojok belakang.
"sett."
"..."
Sasuke membuka matanya perlahan ketika ia merasakan alunan musik di kedua telinganya di lepas Kakashi. Pandangan malas dari Kakashi di balas dengan tatapan datar oleh kedua onyx Sasuke. Tanpa berbicara banyak Kakashi kembali berdiri di depan kelas.
"Hari ini kita kedatangan murid pindahan baru dari belanda".
"masuklah Hyuuga-san". Hinata dengan perlahan memasuki ruangan kelas barunya, puluhan pasang mata dengan warna pupil berbeda bisa ia lihat saat ini, pandangan lavendernya menelusuri setiap orang yang di lihatnya, ia tersenyum ketika mendapati seorang lelaki bermata shappire dan berambut blonde yang juga tersenyum menatapnya. Dan satu lagi tanpa satu orang pun yang menyadari, Sasuke menyeringai ketika Hinata menampakan dirinya di depan kelas, hal ini lah yang telah lama ia tunggu, kepulangan Hinata.
"silahkan perkenalkan dirimu".
"Ohayoo mina-san, Nama saya Hyuuga Hinata, kalian bisa memanggil saya Hinata, mohon bantuannya".
"selamat datang kembali Hinata". Ujar seorang bermata emerlard yang merupakan sahabat lamanya, Haruno Sakura. "kau masih mengenalku kan?"
"kau banyak berubah Hinata, kau lebih percaya diri dan tidak menundukan wajahmu lagi ketika berada di hadapan banyak orang" . kali ini wanita berambut pirang dan bermata Shappire ikut mengeluarkan suaranya yang juga teman kecil Hinata, Yamanaka Ino.
"tentu saja Sakura-chan, Ino-chan, senang bertemu kalian kembali".
"perkenalan bisa di lanjutkan ketika jam istirahat, hmm sekarang kau bisa duduk,-" Kakashi melihat sekelilingnya, pandangannya berhenti pada kursi kosong yang ada di sebelah Sasuke,"kau bisa duduk dengan Sasuke untuk sementara". Hinata mengangguk dan kemudian berjalan menuju tempat dimana Sasuke berada.
.
Hinata mulai risih ketika Sasuke tak mengajaknya berbiacara, dan lagi Sasuke tak mau membagi buku pelajaran yang dimilikinya dengan Hinata. Dengan segenap keberanian Hinata mulai membuka mulutnya, menatap onyx tajam yang berada disampingnya sekarang.
"Hyuuga-Hinata". Hinata mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri. "kita belum berkenalan kan?". Ujarnya kembali di sertai senyum manisnya.
"..."
Sasuke menatap Hinata sekilas, onyx bertemu lavender, lavender yang sangat ia rindukan, tanpa membalas jabat tangan ataupun senyum manis Hinata, ia kembali mengacuhkan Hinata. Senyum Hinata seketika pudar, padahal ia sudah memasang senyum yang paling manis menurutnya, tapi kenapa?ada apa dengan orang ini pikirnya. Tak mau menyerah Hinata kembali membuka mulutnya.
"boleh aku melihat buku nya? Aku pindah secara mendadak dan belum sempat menanyakan buku apa sa,-".
Hinata berhenti meneruskan kata-katanya ketika Sasuke menggeser buku miliknya tepat di depan Hinata, merasa tak enak Hinata menggeser kembali hingga bukunya berada di tengah, diantara keduanya.
"kau saja". Sasuke kembali menggeser bukunya hingga berada di depan Hinata.
"lalu bagaimana dengan,-"
"aku sudah tak membutuhkannya".
.
Hinata dapat bernafas lega ketika bel istirahat berbunyi, ia memang merasa tak nyaman berada di samping Sasuke, "kami-sama, sungguh awal sekolah yang buruk, kenapa aku harus duduk dengan orang seperti ini". Pikirnya dalam hati. Hinata bergegas membereskan buku-bukunya ke dalam tas ransel nya, kotak bento yang ia hendak keluarkan ia masukan kembali karena melihat Sasuke yang juga tak beranjak dari kursinya, Hinata terdiam, dia berfikir begitu bel sekolah berbunyi laki-laki berambut raven ini akan bergegas keluar seperti anak-anak yang lainnya. Namun prediksinya meleset, Sasuke bahkan sangat menikmati posisinya saat ini.
"Hinata-chan, mau ikut kami ke kantin?". Tanya Ino, di ikuti Sakura di belakangnya.
.Hinata mengangguk cepat, dia merasa tertolong saat ini. "tentu saja". Ia keluarkan kotak bento yang di kemas dengan rapi dari dalam tasnya. "Hinata-chan, masih mengingatku?" . Hinata mengangkat kepalanya, wajahnya bersemu merah ketika ia mendapati Naruto yang kini telah berdiri di hadapannya.
"Naruto-kun".
"aku senang kau masih mengingatku, selamat datang kembali Hinata-chan".
Senyum Naruto semakin membuat rona merah di pipi Hinata bertambah, "oh.. kami-sama, kenapa jantungku berdetak begitu cepat". Ujarnya dalam hati.
Braakk... Sasuke menggebrak meja dan meninggalkan orang-orang yang ada di hadapannya begitu saja, "woii temee kau mau kemana?". Lagi Naruto di buat bingung dengan sikap Sasuke hari ini. Dengan cepat Naruto menyusul Sasuke, meninggalkan kelasnya.
.
.
.
"hmm.. jadi begitu". Sambil memasukan satu per satu onigiri ke dalam mulutnya ia mendengarkan cerita kepopuleran Sasuke di sekolah, meski sebenarnya Hinata malas untuk mendengarnya, tetapi ia menghargai kedua sahabatnya yang begitu bersemangat memuja Sasuke.
"bagaimana menurutmu?". Tanya Ino tiba-tiba di ikuti anggukan anggukan dari Sakura.
"eh?".
" kau wanita terberuntung disini karena bisa duduk sebangku dengan pangeran sekolah". Sakura menimpali.
"biasa saja".
"what?" Sakura dan Ino bersamaan.
"jika Ino-chan dan Sakura-chan mau duduk bersama Sasuke, silahkan saja". Hinata tersenyum hambar karena pandangan kedua sahabatnya yang menatapnya heran.
"hmm.. normal". Ujar Sakura ketika meletakan punggung tangannya di kening Hinata.
Hinata hanya bisa kembali tersenyum palsu ketika melihat tingkah kedua sahabatnya yang menurutnya aneh.
.
*Manshion Hyuuga.
Neji terkikik geli ketika mendengar cerita Hinata di sekolah barunya.
"dan ketika orang itu menapakan kakinya di luar kelas, maka semua wanita yang ada di sana akan beteriak Sasukeee-kuuunnnn...!". aku merasa wanita di sana sedikit mengalami gangguan jiwa". Hinata meneguk habis air susu yang di berikan Neji. "mereka bilang aku beruntung duduk dengan orang semacam dia,, hah ! itu justru bencana menurutku".
"kau pasti lelah, tidurlah karena besok kau akan memulai kembali sekolahmu yang membosankan". Neji kembali terkikik ketika Hinata mengercutkan bibirnya.
"ini tidak akan sepenuhnya membosankan, karena,-" . semburat merah kembali menjalar di pipinya, membuat Neji berfikir bahwa adik sepupunya ini telah beranjak dewasa.
"karena kau menemukan pangeranmu hm?".
.
.
.
.
Cklek..
Sasuke membuka knop pintu kamarnya malas, ia melempar tas nya asal dan menjatuhkan tubuhnya pada kasur kingsize yang ada di hadapannya, ke elastisan akan kasur itu membuat tubuh Sasuke memantul sedikit, matanya terpejam hendak memasuki alam mimpi.
"bagaimana hari ini? Menyenangkan kah?". Sasuke membuka kembali kedua onyxnya ketika ia mendapati Itachi yang kini berdiri diambang pintu kamarnya dengan tangannya yang terus tertuju pada ponsel.
"..."
Merasa diacuhkan, Itachi menghampiri Sasuke, dia tertawa mentah ketika mendapati wajah Sasuke yang di lihatnya kusut.
"dia bahkan tidak mengenaliku". Itachi menghentikan tawanya ketika Sasuke membuka mulutnya.
"dia banyak berubah, ku akui dia semakin cantik".
"tapi satu hal yang tak berubah darinya, dan itu membuatku muak".
Itachi kembali terkekeh, "aku mengerti maksudmu, lalu? Apa yang akan kau lakukan?".
"membuatnya untuk melihat keberadaanku".
.
Hinata melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya, "masih 30 menit lagi sebelum jam pelajarannya di mulai, langkahnya ia perlambat menuju kelasnya dengan memperhatikan keadaan di sekelilingnya, dan lagi sepertinya ia belum mengetahui semua tempat yang ada di sekolahnya, kakinya berhenti ketika mendapati sebuah tempat yang menurutnya nyaman untuk sekedar membaca buku, menunggu bel masuk tiba. Perlahan ia duduki rumput hijau yang sedikit lembab karena embun pagi, Hinata memunguti sehelai demi sehelai daun momogi untuk di jadikan alasnya duduk. Sebuah buku tebal ia keluarkan dari dalam ranselnya dan mulai membuka halamannya satu per satu.
Atap sekolah yang merupakan lantai tertinggi di Konoha High School menjadi tempat Sasuke dan juga teman-temannya berkumpul, menghindari kejaran-kejaran fans gils nya. Tak sembarang orang yang bisa memasuki tempat ini karena untuk berada di sini orang itu harus mempunyai card khusus untuk membuka lift nya hingga sampai pada lantai ini. Dan yang mempunyai card khusus itu adalah orang-orang yang merupakan calon pewaris perusahaan yang mendirikan sekolah ini diantaranya Namikaze Naruto, Sabaku no Gaara, dan juga Uchiha Sasuke tentunya.
.
Sasuke tersenyum tipis ketika kedua onyx nya melihat gadis bersurai Indigo yang kini tengah duduk sendiri di bawah pohon rindang yang berada di belakang sekolah, tempat yang cukup sepi dan jarang di kunjungi banyak siswa, "tidak berubah, kau sama sepertiku, tidak menyukai keramaian". Ujarnya dalam hati.
.
"ooyy.. temee.. apa yang kau lakukan, bel telah berbunyi". Sasuke menoleh, kemudian pandangannya kembali pada Hinata yang kini telah berjalan meninggalkan taman, dan lagi Sasuke kembali tersenyum tipis.
.
Hinata menghela nafas panjang begitu melihat Sasuke yang telah duduk manis di bangkunya, entah kenapa kakinya terasa sangat berat begitu ia memasuki ruang kelasnya.
"Naruto-kun, kenapa dia duduk bersama dengan orang itu, bukankah seharusnya ia,-" Iris lavendernya menemukan Sai yang kini tengah tersenyum manis kepadanya, Hinata membalas senyuman Sai dan mendekati bangku mejanya.
"apakah disini kosong?". Sai mengangguk, masih dengan senyuman yang menghiasi raut wajahnya.
"boleh aku duduk disini?".
"silahkan, dengan senang hati".
.
Sasuke menampakan kedua onyxnya ketika Anko membuka handsfree yang menutupi telinganya, jika Kakashi ia hanya menatap Sasuke malas, karena bosan menegurnya, berbeda dengan Anko yang merupakan sensei tergalak di sekolahnya, seperti biasa Sasuke hanya menatap Sensei berwajah ganas di hadapannya dengan datar.
"Uchiha Sasuke, jangan kau pikir karena kau adalah anak pemilik sekolah ini kau bisa berlagak semaumu Hah !".
"..."
"Keluaaarrrr !".
Sasuke mengambil tasnya seraya pergi meninggalkan kelas, namun sesaat sebelum ia membuka pintu pandangannya tertuju pada isi kelas dimana semua mata kini memandangnya, Hinata sadar akan Sasuke yang kini menatapnya tajam, dengan cepat ia tundukan kepalanya , menghindari tatapan Sasuke.
.
Kali ini Hinata tidak mengikuti Ino dan Sakura pergi ke kantin bersama, ia menghabiskan waktu istirahatnya di taman belakang sekolah yang baru di temukannya tadi pagi, perlahan ia membuka bento nya dan memasukan satu per satu isinya ke dalam mulutnya.
" kenapa kau duduk bersama Sai?".
"eh?". Hinata mendongakan kepalanya, mendapati Sasuke yang kini berada di atas pohon tepat di kepalanya.
"Uhuk-Uhukk". Hinata Kaget mendapati Sasuke yang tiba-tiba berada di atas kepalanya, tangannya mengambil botol minuman yang ada di hadapannya dan menaguknya cepat.
"Tch". Sasuke lompat dan tepat berada di hadapan Hinata.
"Uchiha-san".
"bisa kah kau menanggilku sama halnya kau memanggil Naruto".
"Sa- Sasuke-kun".
"Hn".
"..."
"kau masih belum menjawab pertanyaanku".
"eh? Hmm.. itu hanya..."
(teng.. teng.. teng...)
"kembali ke bangku asalmu".
"eh tapi? Heiii..."
Sasuke meninggalkan Hinata begitu saja tanpa ingin mendengar jawaban Hinata lebih lanjut, Hinata memandang Sasuke sebal, "orang itu kenapa sih?". Pikirnya dalam hati.
.
.
"Sai-kun, dimana tas ku?".
"disana". Sai menunjuk ke arah bangku dimana Sasuke di kerubuni wanita-wanita yang tak lain adalah fans girls nya. Hinata mendecih kesal, "ini keterlaluan, seenaknya mengambil barang orang dan memindahkannya begitu saja.
"permisi-permisi". Ujarnya pada orang-orang yang kini tengah menghalangi jalannya, Hinata dapat melihat Sasuke sekarang, tatapannya datar dengan wajah tanpa ekspresi, Hinata memandang Sasuke sekilas, tak mau membuang waktu ia ambil tas nya yang berada di atas bangku Sasuke, dan langkahnya terhenti ketika tangan kekar Sasuke memegang tangannya kuat.
"..."
"lepaskan Sasuke".
"duduk".
"ini sakit". Hinata merintih.
"..."
"Sasuke –".
"DIAM.. !".
Suara bentakan Sasuke membuat se isi kelas hening seketika, nyali Hinata menciut mendengar bentakan Sasuke terhadapnya, terlanjur kesal Hinata mengubur rasa takutnya memberanikan dirinya menghadapi onyx yang menatapnya tajam.
"kau tak bisa mengaturku".
"apa?"
"ku bilang kau tak bisa MENGATURKU !". "apa hak mu sehingga kau dengan mudahnya menyuruh orang lain untuk selalu mengikuti perkataanmu, semena-mena dan tidak berperasaan". Hinata melepaskan tangan Sasuke kasar, namun Sasuke kembali menariknya dan menghempaskannya tubuhnya hingga beradu dengan dinding yang berada tak jauh di belakangnya, Satu tangan Sasuke ia tempatkan di samping kepala Hinata dan Satu lagi ia gunakan untuk memegang dagu Hinata.
"kau tau kau sedang berhadapan dengan siapa? ".
"..."
"jangan pernah berpikir untuk melawanku jika kau ingin selamat".
Hinata mendecih, "jika selama ini tidak ada yang berani melawanmu, maka aku akan menjadi orang pertama yang menentangmu".
Sasuke melepaskan tangannya pada dagu Hinata, ia mengambil tas Hinata yang tergeletak diatas mejanya dan melemparnya kasar.
"mulai sekarang orang ini akan mendapat masalah karena berani menantangku". Hinata mengambil tasnya dan kembali menduduki bangkunya di sebelah Sai, merasa tak ingin terlibat, Sai menjauhi Hinata dengan duduk di bangku Gaara, dan Naruto yang kembali duduk di samping Sasuke. Sai memandang Hinata iba, pandangannya mengatakan seolah dia meminta maaf, Hinata mengerti akan tatapan Sai dan membalasnya dengan senyuman, kembali ia melirik Naruto dan juga mendapti pandangan Naruto yang meliriknya iba, namun Naruto tersenyum seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja, hanya dengan melihat senyum mataharinya Hinata dapat merasakan ketenangan dalam dirinya.
.
.
.
.
.
.
Tbc..
silahkan meninggalkan Jejak, arigatou Mina-san..
