Sampul
.
.
By: Kasumi Misuto
.
"Woy, jangan men-judge orang hanya dengan cover-nya aja." Ucapnya sambil menjulurkan buku setebal 5 senti ke arahnya. Jujur, Sasuke gondok mendengarnya.
.
.
.
"Oke, sesi tanya jawabnya untuk kali ini sudah selesai. Kalau mau nanya-nanya nanti di jam istirahat saja. masak kalian tega membuatku kehilangan jam pelajaran dan akhirnya tidak jadi mengajar?"
Para siswi segera ber-aw ria ketika mendengarkan penjelasan dari seorang Sensei yang terkenal akan muka misteriusnya itu. Bahkan ada yang bilang kalau sang Sensei sebenarnya terkena pilek menahun makanya selalu memakai masker.
Dengan senyum (mereka cuma nebak soalnya) yang lebar, dia mempersilahkan si murid baru untuk duduk di bangku yang kosong. Si murid baru hanya mengangguk.
'Yah… kok kesitu sih?'
'Iya nih! Padahal aku sudah lambai-lambai ngash kode buat duduk di sebelahku.'
'Yaelah. Kok gitu banget sih! kita kan cewek. Sudah sewajarnya kalo kita enggak boleh duduk ama Sasuke-kun…'
'Tapi lihat dulu dong Sasuke duduknya ama siapa?!'
Bisik-bisik antar siswi segera berakhir ketika para pelaku mulai menoleh ke belakang. Ke arah bangku kosong di pojokan. Di sebelahnya terlihat seorang siswa yang melirik sebentar dan memberikan kode berupa 'kau-mau-duduk-di-sini-?'
Jawaban berupa anggukan akhirnya menjadi penutup sesi dramatis pemilihan tempat duduk oleh sang murid baru. Pelajaran pun dimulai.
Si murid baru mau tak mau melirik ke sebelah kirinya. Kulit pucat, muka datar alias tanpa ekspresi dan 'bicara' seperlunya.
Ketika Sasuke berniat untuk mengambil buku catatannya, sebuah buku paket tebal tiba-tiba saja berada di tengah-tengah mereka. Dia melirik sebentar ke arah si empunya dan yang dilirik hanya menunjuk rumus-rumus di papan dengan dagunya.
O.
Gitu maksudnya.
Irit banget ya bicaranya?
Namun Sasuke justru bersyukur ketika teman sebangkunya adalah seseorang yang irit bicara. Daripada seseorang yang ribut melulu. Cudah cukup fangirling dari cewek-cewek. Dan sekarang Sasuke dapat bernapas dengan lega.
"Oke, kali ini kita akan mempelajari momentum. Ini adalah rumusnya. Untuk pertama kali, akan kuberikan satu soal contoh dan sisanya kalian kerjakan soal-soal di buku paket kalian. Akhir pelajaran bisa dikumpulkan ke ketua kelas. Shika! Siap?"
"Aa… jangan lupa tumpuk ke aku… hoam…"
Sasuke hanya bisa mengangguk. Matanya dengan cermat merekam rumus-rumus yang tercantum di papan tulis. Oke, dia sudah paham dan sekarang tinggal aplikatif.
Srekk…
Srat-srat…
Sasuke mau tidak mau menoleh ke arah teman sebangkunya yang ternyata sedang sibuk melipat kertas buram dengan posisi portrait . lalu dengan kecepatan tangan yang sulit dibayangkan, sosok di sebelahnya sudah selesai mengerjakan 6 dari 10 soal yang katanya akan dikumpulkan di ketua kelas ketika jam pelajaran usai.
Cepat juga…
Matanya yang awalnya begitu fokus pada gerakan tangan yang terkadang menggambar grafik demi kepentingan keterangan jawaban kini beralih ke arah saku kiri si penggambar grafik.
Shimura…
Alah! Ketutupan tangan satunya lagi!
Namun jangan remehkan si Sasuke yang merupakan ranking satu parallel di sekolahnya dahulu…
Shimura… sa…i…
Shimura Sai…
Hmp..
Sai ya?
Tipe diam yang sukses membuat Sasuke merasa nyaman sekaligus penasaran dalam waktu yang bersamaan. Sosok ini tidak banyak tingkah dan sering memakai gesture.
Tanpa sadar bel telah berbunyi. Sasuke ingin ber-facepalm di tempat ketika dirinya baru selesia mengerjakan tiga soal. Sedangkan si empunya buku paket malah sudah selesai dari tadi. Kecepatan pemikirannya patut diacungi jempol juga.
"Yakkk! Shikamaru!"
"Walah,Sensei… kami belum selesai mengerjakan semuanya…" rengek para murid dengan muka dan mata yang berkaca-kaca demi kepentingan minat terselubung yang harus terwujud (?).
Melihat anak didiknya yang mengeluh akibat beban hidup yang terlalu berat, maka sang Sensei pun tidak tega juga ujung-ujungnya.
"Oke, besok pagi harus terkumpul ya. Ingat, harus terkumpul ketika aku memasuki ruangan."
"Yeay! Sensei baik deh! Semoga amalnya diterima sama yang diatas…"
Sasuke hanya menaikkan sudut bibirnya. Namun pemikirannya segera beralih pada buku paket yang berada di depannya.
Namun sebelum kalimat untuk meminjam terucapkan, tiba-tiba saja si empunya menutup buku itu. Awalnya Sasuke mengira kalau buku paketnya bakalan dibawa pulang. Mau tak mau dia harus meminjam pada yang lain. Namun ketika buku itu didorong ke arahnya, Sasuke tahu apa maksudnya.
Sasuke mendongak untuk memperhatikan detil wajah orang yang memberikan pinjaman. Namun sosok itu sudah bangun dari kursi duduknya dan mengeluarkan dua buah buku yang cukup tebal dengan niatan untuk keluar kelas. Ketika tatapan mereka berbenturan, si pucat itu hanya menunjukkan hasil pekerjaannya yang sudah selesai.
Jadi boleh dibawa pulang ya?
"Kupinjam-"
Sasuke berniat untuk menyebutkan nama Sai. Namun segera terhenti. Menyadari akan perlunya pertukaran nama, di pucat itu bergumam lirih namun masih dapat dijangkau oleh telinga Sasuke.
"Shimura. Shimura sai."
.
.
.
To be continued
.
.
Oke, bagi yang ngereview di fanfic 'Kenalan' dan minta dibikinin Sasusai, Kasumi ganti dengan fanfic ini. Soalnya kalo di fanfic 'Kenalan' itu khusus and pure bromance dan brothership. Untuk yang yaoi-nya, makek yang ini aja ya?
Jadi, gimana sama prolog-nya? Kurang panjang? Namanya juga prolog =,= *ditimpuk sandal*
Review ya…
