Her Morning Elegance
Author: Ritardando Stanza Quint
Disclaimer: Masashi Kishimoto. Saya nggak ngambil keuntungan materil dari ini.
Rated: T
Genre: *mikir keras* Romance, mungkin.
Pairing: ShikaTema
Canon. Eh—semicanon. Whatever.
Shikamaru menggeliat. Matanya yang setengah terbuka mendapati sebelah ranjangnya kosong. Alisnya naik sedikit, heran. Harusnya Temari ada di sana, terlelap hingga dering weker berbunyi.
'Kemana dia?'
Shikamaru bangkit dan meregangkan tubuhnya. Ia menyikat gigi dan membasuh muka di toilet, sebelum keluar tanpa suara mencari istrinya.
Dulu sebelum menikah, pagi-pagi begini ibunya berada di dapur, menyiapkan sarapan. Mungkin Temari juga melakukan hal yang sama. Namun setibanya di dapur, tak sesosok pun terlihat di matanya.
Shikamaru mengangkat bahu. Mungkin sedang keluar belanja. Ia dengar pasar sudah buka walau hari masih sepagi ini.
Ia melangkah menuju ruang tamu. Di sanalah ia mendapati Temari duduk di sofa. Sepertinya wanita itu terlalu sibuk dengan kipas raksasanya, hingga tak menyadari keberadaan Shikamaru. Shikamaru pun tak berniat mengusik aktivitas Temari. Ia diam saja di ujung ruangan, mengamati bagaimana istrinya dengan telaten membersihkan senjatanya.
Temari duduk tegak, dengan kaki disilangkan, menyingkap sedikit paha. Dengan lihai ia menyeka kipasnya, membalurnya dengan semacam minyak—mungkin agar tetap berkilau. Wajahnya tenang dan kalem, namun mata dan tangannya bergerak ke sana-ke mari bekerja.
Tegas dan serius, itulah kesan yang didapat Shikamaru saat itu. Tapi entah bagaimana, ketegasan itu berbalut keeleganan, bagaimana cara Temari merawat dan menjaga kipasnya. Anggun, tapi dengan aura bahwa ia bukan wanita biasa. Siapapun musuh yang mendekat bisa berhujung maut dibuatnya.
Temari mengangkat wajahnya. Gurat serius itu segera berubah menjadi tatapan hangat.
"Kau sudah bangun?" Ia meletakkan kipasnya dan tersenyum lebar. "Mau sarapan apa?"
Shikamaru tercenung. Sesaat ia tak mampu mengalihkan pandangan dari kipas raksasa Temari.
"Nanti saja," katanya kemudian. "Lanjutkan saja kegiatanmu tadi. Kipasmu masih belum selesai, 'kan?"
"Ah, itu bisa nanti."
"Aku belum lapar," Shikamaru menyela. Ia melangkah dan duduk di salah satu sofa. "Kau terlihat berbeda saat merawat kipasmu."
"Heh," Temari mendengus. "Kau berniat merayu?"
"Mungkin," Shikamaru tersenyum tipis. "Kau tidak akan pernah tahu betapa mengagumkannya kau kalau sudah dalam mode kunoichi. Kau keren, tangguh, dan elegan di saat bersamaan. Sulit dijelaskan."
Temari menyeringai kecil, berusaha menyamarkan wajahnya yang menghangat. "Rayuanmu hari ini boleh juga. Jadi, kau mau apa, teh atau kopi?"
Shikamaru mendecak sedikit. Maksudnya mengatakan itu agar Temari kembali membersihkan kipasnya. Ia suka melihat Temari begitu, terlihat seperti seorang putri yang berbahaya. Putri cantik dari negeri seberang yang mampu membuat orang lain menyingkir, antara segan karena wibawanya atau takut karena kelihaiannya.
Nyatanya, Temari memang begitu. Dan ia cukup bangga dapat menaklukkan sang putri, tanpa harus terintimidasi wibawa dewasa atau kekhawatiran dibunuh dalam sekali sentak.
"Kenapa kau senyum-senyum begitu?"
Lelaki itu tersadar. Pandangannya kembali mengarah ke Temari. "Bukan apa-apa. Teh saja. Biar kubantu."
Temari mengangkat bahu dan berjalan menuju dapur. Shikamaru bangkit, dan sebelum mengikuti langkah Temari, Shikamaru menatap kipas besar di atas sofa.
"Ternyata kau berguna juga untukku, heh."
.
.
.
.::FIN::.
Words only: 447
A/N: Pengen bikin ini jadi drabble. Tapi yah berhubung aku orangnya malesan (HAHAHAHA) jadi ShikaTema aja. Judul diambil dari judul lagunya Oren Lavie ;)
Review? :"3
