Disclaimer : Touken Ranbu milik Nitro

AN : mencoba menulis anmitsu/yasukiyo...


Seorang pemuda berambut hitam menatap kosong pemandangan di luar bus. Sepasang mata merahnya menatap tulisan Honmaru Gakuen di depan sekolah. Sekolah barunya. Begitu si pemuda turun dari bus, dia menatap bangunan di depannya.

'Ini asramaku?' batinnya.

Si pemuda menyadari bahwa beberapa pemuda yang sedang ngobrol di teras. Mereka tertawa agak kencang dan melihat si pemuda berambut hitam.

"Permisi...ini asrama Satsuma?" tanya si pemuda.

"Oh! Kamu anak pindahan yang bakal datang hari ini?" tanya pemuda berambut ungu.

"Ah..ya. Aku Kashuu Kiyomitsu."

"Oh. Aku Kasen Kanesada. Panggil kak Kasen boleh kok!" Kasen tersenyum ramah.

"Pemuda suram ini Yamanbagiri Kunihiro, floor leader lantai lima! Kalau ada apa-apa cari si pirang suram ini!" kata Kasen.

Si pirang Yamanbagiri mengangguk pelan. Salah satu pemuda menatap Kashuu sejenak.

"Mata merah mu cantik ya!" kata si pemuda yang terlihat ceria.

"Kamu...?" Kashuu terdiam sejenak.

"Mutsunokami Yoshiyuki! Aku dari Tosa jadi logat-ku kental! Panggil Mutsu saja!"

"Salam kenal." Kashuu mengangguk pelan.

"Oh! Biar kubantu! Kopermu pasti berat!" kata Yoshiyuki.

"Aku...akan antar kau...kekamar..." Yamanbagiri tersipu malu.

"Terima kasih." Kashuu tersenyum kecil.

Sambil berjalan ke kamar Kashuu, Kasen memulai interogasi siswa pindahan.

"Jadi, kamu dari negara mana?" tanya Kasen.

"Aku orang jepang. Hanya saja keluarga yang mengangkatku membawaku ke Taiwan. Tapi paspor-ku paspor jepang."

"Whoaaa! Keren! Kamu bisa bahasa taiwan dong?" tanya Mutsunokami.

"Ahh...iya, sedikit. Kami lebih sering memakai mandarin." jawab Kashuu.

"Ini kamarmu." kata Yamanbagiri.

"Satu kamar untuk empat orang. Kuharap kamu ok dengan ketentuan kamar asrama ini?" tanya Yamanbagiri.

"Iya. Tak apa kok." jawab Kashuu.

"...Kok Kashuu dapat kamarku?!" tanya Kasen.

"Dia kan murid pindahan. Kamar yang kosong hanya satu. Mau tak mau dia harus mau sekamar dengan kalian bertiga."

"Mereka bertiga?" tanya Kashuu.

"Eh, Kasen Kanesada, Nagasone Kotetsu dan Izuminokami Kanesada."

"Jangan takut! Mereka baik kok!" hibur Kasen.

"Kenapa kita cuma di lantai lima?" tanya Kashuu.

"Karena asrama kita agak kecil. Tapi kudengar mereka akan merenovasi asrama untuk dua orang per kamar." jawab Mutsunokami.

"Oh...terima kasih, Mutsu-san."

"Panggil Mutsu saja! Kita kan tetangga!" tawa Mutsu.

"Aku juga! Kasen saja! Biar kita berteman akrab!"

"...Manba...boleh..."

"Terima kasih." Kashuu tersenyum kecil.

"Tapi kamu cantik sekali! Kupikir kamu perempuan lho!" Mutsu nyengir.

"Hey! Tak sopan!" dengus Kasen.

"Aku balik kamar dulu..." kata Yamanbagiri.

"! Aku juga harus balik! Aku tak mau ketemu Nagasone!" dengus Mutsu.

Sesudah Yamanbagiri dan Mutsu kembali kekamar mereka, Kashuu menatap pintu di depannya.

"Kenapa Mutsu tak mau ketemu Nagasone?"

"Mereka itu rival sejak pertama ketemu. Biarkan saja." jawab Kasen sambil membuka pintu.

"Uno! Uno! Tadi kan udah unoooo!" seru pemuda berambut panjang dengan muka kesal.

"Hahaha! Iya, iya! Kamu yang menang." tawa salah satu pemuda yang kelihatan lebih tua.

Bergabung dengan teman sekamar, ngobrol dengan santai dan sesudah merapikan barang-barangnya, Kashuu melirik Nagasone yang mendekatinya.

"Hey, kalau aku buka baju tak apa ya? Aku gampang kepanasan." kata Nagasone.

"Oh...iya. Tapi...asal kalian semua tahu, aku lebih suka laki-laki." kata Kashuu.

Izumi, Kasen dan Nagasone terdiam.

"Tapi kalian semua bukan tipeku kok." tambah Kashuu.


Mutsu menatap kamar 502 dengan tatapan bingung.

"Hey, kenapa kalian suram begini?" tanya Mutsu ke Kasen.

"Karena seseorang yang sedang mandi tiba-tiba bilang kalau dia itu gay." jawab Kasen.

"...Izumi-san kan juga gay! Pedo pula!" seru Mutsu.

"Aku tidak gay apalagi pedo! Jaga mulutmu, bocah Tosa!" bentak Izumi.

"Kalian ngapain?" tanya Kashuu yang keluar dengan telanjang dada.

Untungnya dia memakai brief. Setidaknya.

"Kita pestaaa! Welcoming party! Barbecue!" seru Mutsu.

"Ada beer kan?" tanya Nagasone.

"Ada dong!" jawab Mutsu.

"Kerja bagus, Mutsu!" puji Izumi.

"Eh, di saat begini baru mereka bertiga bisa setuju ya." komentar Kasen.

Pesta barbecue di lantai lima di mulai. Para tetangga keluar dari kamar dan Kashuu langsung tahu kalau ada juga orang yang benci tipe orang seperti dirinya. Doudanuki Masakuni menatap Kashuu sejenak dan langsung memicingkan matanya.

"Aku engga suka orang kayak kamu!" kalimat itu langsung meluncur begitu saja.

"Jangan begitu! Tetangga harus saling tolong menolong!" Kashuu menatap bingung akan boneka rubah di tangan pemuda berambut putih.

"Kamu…?"

"Aku Nakigitsune!" jawab si pemuda berambut putih.

"Ventriloquist." bisik Izumi.

"Ini bukan ventriloquist." kata si pemuda dengan boneka rubah ditangannya.

"Oh ya, kenapa kamu kembali ke jepang?" tanya Mutsu.

"Aku...tinggal di sini dulu. Aku pindah saat ayahku meninggal."

"Oh...maaf..." Mutsu terlihat menyesal bertanya.

"Tak apa."

Kashuu ingat suara rem yang di injak, teriakan ayahnya dan...

Dan apa?


Api? Asap dan api dimana-mana.

Darah.

Darah siapa?

"Kiyomitsu!"

Siapa yang memanggil?

"Maaf...maaf..."

Jangan meminta maaf, kau tak salah sama sekali.

"Maaf...aku tak bisa melindungimu..."

Suara sungai, teriakan kesakitan, genderang perang berbunyi kencang.

Mayat.

Mayat di mana-mana, bau amis mayat, darah, keringat dan air mata.

Seorang bocah bermata merah berdiri di tengah-tengah kumpulan mayat. Bocah itu, membawa pedang bersarung merah berlatar langit senja. Bibir anak itu bergerak pelan, berbisik dengan suara yang terbenam oleh suara tangkisan pedang.


Kashuu terkesiap.

Kashuu terbangun dan melirik smartphone-nya. Aneh, kenapa mimpi itu selalu muncul akhir-akhir ini? Jarum jam menunjukkan pukul 12.04.

'Toilet,' batin Kashuu.

Kashuu mencuci tangannya. Matanya sedikit sakit akibat cahaya lampu.

'Silau...'

Menatap cermin, Kashuu terkesiap. itu bukan bayangannya.

Pemuda itu memiliki rambut biru gelap dan mata biru semerlang langit.

Siapa?

Kashuu berkedip dan bayangan itu hilang. Cermin memantulkan bayangannya.

'tenang, tenang...itu mungkin...akibat mimpi buruk.'

'ya, itu semua cuma mimpi...kan?'