Ketika Flower mendengar orang itu mati, ia menolak untuk menuruti hati.
Hana, katakan bahwa aku sudah bekerja keras. Hana, katakan kau akan melepaskanku tanpa beban. Hana, terimakasih. [2.46]
Gadis jangkung berambut perak dengan sentuhan hitam itu membiarkan kedua kaki membawa tubuhnya yang ia rasa sangat berat namun kosong itu. Flower membiarkan tatapannya mempelajari dunia.
Hari ini hujan, namun ia sengaja tidak membawa payung. Flower terkekeh.
Rambutnya ikut turun sedikit jatuhnya karena rintik hujan. Pakaiannya basah karena ia biarkan diterpa angin lembab. Ia tidak mengusap cairan transparan itu dari wajahnya.
"Rasanya sangat ringan tanpa dirimu," Ia menengadah ke langit abu, "kau dengar? Sangat ringan! Setelah kau mati, semua hal terasa sangat ringan!" serunya pada kekosongan.
Jalanan distrik enam belas adalah jalanan tentang ketidakpedulian. Maka mereka yang mendengar barangkali hanya menoleh kemudian melangkahkan kaki pergi dari tempat Flower berteriak.
Apatis, patetik, antitesis, lunatik. Mereka mendengar, tapi tidak mendengarkan.
"Semua terasa ringan sejak kamu mati," ucapnya ketika ia merunduk, mendapati kucing hitam yang bergelayut manja di samping kaki kirinya, "atau, semua terasa ringan karena kamu mati?"
Flower ingin bertanya kepadanya. Perihal mengapa ia menggantung dirinya di kamar, tentang apa yang membuat ia resah, sumber dari ketidakberdayaannya. Flower ingin bertanya kepadanya. Kepada ia yang pergi dan tidak kembali.
Flower ingin bertanya kepadanya. (Kenapa tidak membawa Flower pergi bersamanya?)
"Kau sudah bekerja keras―" Ia berjalan kembali ke stasiun, sudah waktunya untuk pulang, ia tidak bisa membiarkan dia menunggu lebih lama lagi. Flower tidak suka menunggu, maka ia tak akan pernah membiarkan ada orang yang justru menunggunya kelak.
"―aku melepaskanmu dengan senang hati―" Gadis itu menunggu di pijakan yang disediakan jauh di atas rel kereta yang ada di bawah sana, matanya menjatuhkan pandang ke bayangan paradis yang bisa ia mimpikan dari atas sini. Jembatan surga ada di bawah.
"―terimakasih kembali."
Maka Flower melompat ketika gerbong pertama melewati rel―untuk mencari gerbang menuju keabadian nirwana bersama dia.
Ketika Flower dikabarkan mati, ia menolak untuk merasa sakit.
end.
