Kidnapped
Warning : Bahasa berantakan, typo berkeliaran, alur pasaran, mudah ditebak, tapi ini murni ide dan pemikiran author, jadi jangan coba-coba plagiat! /bawa golok/ .g
Enjoy~
.
.
.
Bosan.
Badmood.
Dua kata itu yang terus memenuhi pikiran seorang pemuda manis –namun dia akan marah jika ada yang menyebutnya demikian- bersurai hitam pekat serta bermata tajam yang kini sedang duduk sendirian di sofa ruang tengah apartemen miliknya, tidak, apartemen milik mereka lebih tepatnya.
Mereka?
Tentu saja, karena pemuda itu tidak tinggal sendirian. Sudah dua tahun belakangan ini dia tinggal bersama dengan kekasih,ehm, tampannya. Tampan? Bukankah seharusnya cantik? Tapi memang benar kekasihnya itu tampan.
Pemuda manis itu –tolong pelan-pelan saja saat kalian menyebutnya manis jika tidak ingin terkena amukannya yang bahkan lebih menyeramkan dari singa buas manapun- bernama Jeon Wonwoo, dia adalah kekasih seorang CEO muda tampan bernama Kim Mingyu.
Pasti kalian langsung menebak mereka adalah pasangan gay. Tapi tak masalah, toh cinta itu buta, dan melihat mereka bersama, dijamin seratus persen kalian akan mengatakan bahwa mereka adalah pasangan serasi yang amat manis dan romantis.
Baiklah, kembali ke pemuda manis bernama Wonwoo tadi. Dia memang benar-benar bosan dan badmood saat ini. Televisi yang menyala dihadapannya sama sekali tidak membantu untuk menghilangkan kebosanan yang melanda Wonwoo, malah yang ada semakin menambah kadar badmood nya karena tidak ada satupun acara yang menarik perhatian pemuda manis namun berwajah datar itu.
Namun yang sebenarnya terjadi adalah, Wonwoo sedang merindukan kekasihnya, siapa lagi kalau bukan Mingyu. Hanya saja dia tidak mau mengakuinya. Wonwoo adalah seorang tsundere kronis kalau kalian mau tahu.
Sudah lima hari ini Mingyu memang tidak pulang ke apartemen mereka karena dia sedang melakukan perjalanan bisnisnya ke Jepang. Biasanya, Wonwoo tidak akan uring-uringan seperti ini. Dia akan tetap tenang menunggu hingga Mingyu pulang. Tapi masalahnya adalah, selama lima hari itu pula Mingyu tidak menghubunginya sekalipun.
Wonwoo sudah mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi yang menjawab adalah sekretaris Mingyu dan mengatakan jika Mingyu benar-benar sibuk disana dan sama sekali tidak bisa diganggu. Wonwoo tentu saja dongkol dan marah.
Sesibuk apa sih kekasih tampannya itu hingga tidak bisa memberi kabar padanya? Apakah satu menit saja tidak bisa diluangkan hanya untuk menanyakan keadaan Wonwoo? Pikiran-pikiran aneh mulai menggelayuti pemuda berkulit seputih susu itu.
Wonwoo takut Mingyu akan macam-macam disana. Apakah Mingyu bertemu dan berkencan dengan pemuda atau bahkan wanita lain disana? Apa Mingyu benar-benar lupa jika dia punya kekasih yang saat ini sedang menunggunya di Korea?
Tuhan, tolong jauhkan pikiran-pikiran negatif ini dari pikiranku, doa Wonwoo tulus.
Ting tong
Suara bel seketika menyadarkan Wonwoo yang sedang tenggelam dalam pikiran-pikiran negatifnya. Dia berdecak malas, dan dengan sedikit menggerutu Wonwoo berjalan menuju ke pintu apartemen, setengah hati untuk membukakan pintu bagi tamu yang menurut Wonwoo sudah mengganggunya.
Dan karena pada dasarnya Wonwoo adalah seorang pemalas tingkat dewa, dia langsung saja membuka pintu tanpa mau repot-repot melihat dulu siapa yang bertamu malam-malam begini melalui intercom. Selain pemalas dia juga ceroboh ternyata.
Begitu pintu dibuka, tubuh Wonwoo langsung diseret paksa keluar dari apartemennya oleh dua orang berbadan kekar dan berpakaian serba hitam. Kedua orang itu segera saja membekap mulut Wonwoo dengan lakban, menutup kedua matanya dengan sebuah kain hitam serta tak lupa memborgol kedua tangan Wonwoo ke belakang tubuhnya sehingga gerakan Wonwoo menjadi amat sangat terbatas saat ini.
Wonwoo bukannya tidak memberontak, namun kekuatannya kalah oleh kedua orang yang Wonwoo yakini adalah penculik itu.
Kedua orang itu kemudian menyeret paksa Wonwoo menuju ke basement yang merupakan tempat parkir apartemen. Wonwoo langsung didudukkan di kursi belakang mobil mereka, diikuti oleh salah seorang dari penculik itu yang duduk disampingnya, sedangkan penculik yang satunya mendudukkan diri di kursi pengemudi dan bergegas mengemudikan mobilnya meninggalkan basement parkiran apartemen.
Di dalam mobil, Wonwoo terus-terusan menggerak-gerakkan tubuhnya, berusaha melepaskan diri meski dia tahu itu percuma dan hanya akan membuat dirinya kehabisan tenaga. Dalam hati Wonwoo mengumpati kedua penculik itu dan semua yang ikut andil dalam peristiwa penculikan yang tengah dialaminya saat ini.
Merasa upaya pembebasan dirinya percuma, akhirnya Wonwoo memilih untuk duduk tenang di kursi mobil dan sekarang dia malah pasrah akan dibawa kemana oleh penculik-penculik itu. Astaga Jeon Wonwoo, kenapa mudah sekali menyerah eoh?
Wonwoo merasakan mobil yang ditumpanginya akhirnya berhenti. Kemudian dia kembali diseret oleh para penculik itu –'kenapa orang-orang ini suka sekali menyeretku sih' ini suara hati Wonwoo- untuk keluar mobil.
Wonwoo sudah mengira dia akan disekap di gudang tua yang kotor, tidak terurus penuh dengan benda-benda tidak berguna dan berdebu, lalu kemudian dia akan didudukkan di sebuah kursi kayu yang ada di gudang itu dengan keadaan terikat. Sepertinya dia terlalu banyak menonton film.
Namun sepertinya perkiraan Wonwoo salah. Sejauh yang ia dengar, tempatnya berada sekarang ini cukup ramai terbukti dengan hingar bingar orang bercakap-cakap serta suara deru mesin yang entah apa itu, Wonwoo tidak bisa memastikan.
Dan sebelum dia melanjutkan untuk menerka-nerka dimana dia saat ini, kedua telinganya terlebih dahulu disumpal oleh benda yang diyakini Wonwoo adalah earphone yang langsung saja memekakkan kedua telinganya akibat musik yang diputar dengan volume yang tidak kira-kira.
'Orang-orang sialan!' umpat Wonwoo entah untuk yang keberapa kalinya, dalam hati tentu saja.
Wonwoo terus saja berjalan dengan kedua penculik yang ada di samping kanan dan kirinya. Dia heran, jika saja perkiraannya benar kalau tempatnya berada saat ini merupakan tempat yang ramai, kenapa tidak ada satupun orang yang menolongnya?
Hingga akhirnya Wonwoo merasa dia seperti berjalan menaiki tangga, lalu setelahnya Wonwoo didudukkan di sebuah kursi yang sangat nyaman, tunggu, kenapa seorang sandera seperti dia bisa didudukkan di kursi senyaman ini?
Wonwoo masih sibuk dengan perkiraannya hingga tiba-tiba saja dia dibuat terkejut akibat merasakan perutnya sedikit melilit karena pergerakan tempatnya berada saat ini. Astaga, sebenarnya aku dimana? Batin Wonwoo nelangsa.
Wonwoo seketika jadi teringat Mingyu. Bisakah kekasih tampannya itu membebaskannya dari tempatnya saat ini? Sedangkan sudah lima hari ini dia bahkan tidak bisa menghubungi Mingyu. Dan otomatis Mingyu tidak akan tahu jika Wonwoo sedang diculik sekarang.
Wonwoo hanya bisa berharap Mingyu bisa menemukan dan menyelamatkannya.
TBC
.
.
.
Maaf ya pendek, baru awal-awal sengaja dipendekin /alesan padahal males mau ngerangkai kata-kata wkwk /plak
Hallo, saya author baru di FFN, panggil saja Kimbap, jangan thor atau nim atau sejenisnya, biar kita lebih akrab kkk /reader:ogah/
Baru berani publish ff bikinan saya setelah berhari-hari memantapkan hati /halah
Ini FF twoshoot btw, kalo responnya bagus, besok atau lusa bakalan di update lanjutannya xD
Sekian deh cuap cuapnya, give ur review ne~ ^^
