[Prologue]
.
Kim Jongin membangun mimpi dalam garis tangan yang terlukis pada fragmentasi abstrak dalam nalarnya.
Lelaki itu berdiri begitu gagah dengan jubah bangsawan khas Eropa yang terlukis darah dibahu sebelah kiri yang menambah warna pada putihnya jubah. Dalam satu hembusan napas, dia menatap langit dengan awan yang bergulung, perpaduan warna biru dan putihnya awan layaknya hamparan laut menyapa kedua hazelnya.
Lelaki itu memejamkan matanya, menikmati hembusan angin diketinggian gedung Savior Academy. Sekolah yang mengumpulkan para bangsawan pemimpin masa depan dengan berbagai macam ability dari seluruh negeri itu kini kedatangan tamu, murid baru yang kini sedang berjejer rapih disambut oleh para senior dan beberapa Guru dengan jabatan tinggi.
"Murid baru. Lagi." Jongin bergumam pelan bersamaan matanya yang menatap bawah halaman Savior bosan. Hidup sebagai jiwa yang tidak dapat dilihat, atau roh gentayangan maupun hantu adalah fakta yang harus ditelannya.
Dirinya terlempar dalam dimensi asing, Kim Jongin si pangeran negeri Chocola itu sudah hidup dalam lamanya hari yang menelannya dalam sihir teleportasi dalam waktu sekejap. Jiwa beserta tubuhnya terlempar kemasa depan dan lelaki itu sendiri harus berada pada lautan manusia seiring pergantian zaman tanpa bisa dikenal ataupun dilihat sama persis layaknya jiwa yang melayang.
Selama hampir satu abad tanpa mengenal penuaan Jongin menjadi si makhluk tak terlihat, terpasung dalam sihir teleportasinya tanpa bisa kembali menyelamatkan segenap negeri Chocola. Dia sudah mencari beribu petunjuk dengan membaca buku kuno mengenai teleportasi tiba-tiba nya.
.
.
Tapi,
.
.
"LEPASKAN AKU!
Semua berubah dalam hitungan detik, ketika kedua matanya mematri gadis yang dibalut gaun mahal khas bangsawan Eropa, Gaun renda dengan warna black-white merangkap lekuk tubuh gadis itu sempurna, wajah gadis itu sepenuhnya Asia, pipinya berisi dengan kesan menggemaskan, bibirnya penuh dengan warna merah menggiurkan, hidung gadis itu mungil mancung, rambut hitam gelombang sebatas pinggang terurai angkuh dan wajah v-line nya memukau.
Seluruh atensi murid dan segenap acara yang sebelumnya khidmat kini penuh dengan bisikan karena teriakan gadis itu memecah sunyi nya Savior. Semua atensi teralih sempurna saat gadis itu masuk melewati gerbang Savior yang tinggi menjulang.
Jongin diam, mengamati dengan statis. Suara teriakan gadis itu sampai pada tempatnya yang berada di ujung basis atap Sekolah.
"Wu Kyungsoo!"
Jongin menyaksikan satu murid lelaki dengan pahatan rahang tegasnya, Wu Yifan menghampiri gadis itu sebelum dirinya meminta izin terlebih dahulu pada jajaran guru.
Jongin tanpa sadar menyelipkan seringaian, kebosanannya selama sekian ratus kali melihat acara penerimaan murid baru Savior yang monoton kini tercoreng sempurna karena sosok mungil gadis itu. Jongin seolah mendapatkan hiburan dari kelamnya dunia.
"Young lady (Kumma agasshi)."
Jongin bergumam sekaligus mengamati bagaimana Kris, panggilan nama Si Ketua Dewan Kedisiplinan Savior mengambil alih lengan kurus gadis itu dari beberapa prajurit dengan topi fedora. Ada satu kilatan yang terpeta pada mata Kris saat menatap gadis itu yang berdiri disampingnya.
"Maafkan adi—"
Dan satu persekon sebelum Kris melanjutkan ucapannya, Kedua mata ametis murni milik Jongin berikatan sempurna dengan kedua mata seperti black diamond milik gadis itu.
Satu denyutan asing yang berpusat pada pusat tubuhnya seolah menggelegak bagai buih soda yang menyembur dan meletup sempurna disekujur tubuh seiring gadis itu yang terpaku tanpa berkedip mengunci tatapannya.
Gadis itu seolah melihatnya, menatapnya.
Hal termustahil karena Jongin paham benar seperti apa dirinya.
Tapi,
Semuanya memudar bersamaan satu teriakan kuat yang lolos sempurna dari mulut gadis itu dan matanya yang kini membesar terkejut.
"TIDAK! JANGAN BERANI MELAKUKAN HAL BODOH. YATUHAN JANGAN BERANI MELOMPAT!"
.
.
Jongin mengedipkan matanya beberapa kali, jantungnya memacu lebih cepat seperti biasanya saat gadis itu menunjuk dirinya yang berdiri pada ujung atap Savior.
"SEBERAPAPUN SUSAHNYA HIDUPMU, KAU TIDAK BOLEH BUNUH DIRI!"
.
.
Dan seluruh pasang mata murid yang berbaris rapih kini teralih pada arah telunjuk gadis itu.
"Kris, tolong dirinya! pria berjubah putih dengan noda darah itu ingin bunuh diri."
Kris mengikuti telunjuk adik kecilnya, Wu Kyungsoo. Princess of Vanilla itu kini sedang dihinggapi rasa cemas yang tiba-tiba bersamaan tangannya yang menarik seragam nya kacau.
"KRIS APA YANG KAU LAKUKAN?! KITA HARUS MENYELAMATKAN—"
"Sebegitu tertekannya kah dirimu masuk ke Savior hingga menimbulkan ilusi seperti ini, Hmm Gadis kecilku?"
"Huh?"
"Apa yang kau bicarakan, dasar jiwa apatis! Aku serius lelaki it—"
Kyungsoo menahan napasnya bersamaan dengan matanya yang terkunci begitu absolut saat melihat lelaki itu meloncat terjun bebas dari ketinggian duapuluh meter, ujung jubah putihnya berkibar membelah gravitasi melawan arah hembusan angin, Kyungsoo nyaris berteriak ketika lelaki itu memijak tanah sempurna tanpa cedera dikedua kaki.
.
.
Jongin menantikan reaksi gadis itu.
Dirinya berdiri angkuh dalam jarak tiga meter dari tempat gadis itu berdiri.
Jongin mematri tubuh mungilnya saat matanya memproyeksi lebih jelas bagaimana bentuk wajah yang sedang menatap lurusnya. Mulai dari ujung kaki hingga helaian yang membingkai wajahnya, hal itu mampu membuat retinanya memproyeksi begitu dalam. Setiap sel pada tubuhnya seakan meletup mendapati rupa yang membius eksistensinya seketika.
Mata itu seolah terikat begitu kuat menembus kedua hazel kembarnya.
"Kau melihatku?" satu pertanyaan diucapkan Jongin, suaranya berat dengan getir yang menyiksa seakan-akan lidahnya merindu untuk berkomunikasi dengan makhluk sosial hidup.
Gadis itu mengangguk dengan wajah pucat karena menyaksikan tubuh pria itu yang baik-baik saja setelah terjun bebas dari ketinggian gedung.
"T-tentu saja."
.
Satu kata itu meraup segenap detak jantungnya.
.
She notice him.
.
.
Jongin pernah membayangkan bagaimana tubuhnya dan seluruh eksistensinya bisa dilihat sempurna oleh kedua belah mata seorang manusia sejak dirinya menjadi seperti casper si hantu membumi yang melayang bebas di semesta. Dan nyatanya ada hari dimana keinginannya itu terkabul, gadis didepannya ini melihatnya.
Dengan berhiaskan cahaya mentari pagi ini, Jongin menemukan keajaiban yang memeluk segenap jiwanya. Dia mematri gadis itu tanpa kedipan yang menyela dengan kesan dominasi yang begitu kuat dan aura intimidasi yang tajam. Sosok yang ada didepanya ini seolah sedang menyiramnya dalam bias rasa dengan warna tujuh pelangi yang memukau.
Aroma lilac yang menguap bersama udara tercium kuat masuk begitu dalam pada relung hatinya, Suaranya bagai untaian nada yang membawa Jongin pada degup jantung yang menggila, tiba-tiba saja entah dari mana Jongin begitu takut jika dia pecah menghilang bersama hembusan angin yang mendendangkan sunyi.
In the reverberation that permeates deeply
She's come quietly.
.
.
"Tuan, Kau tidak apa-apa?"
.
.
Her name is Kyungsoo, Wu Kyungsoo
.
.
.
Poros bumi seakan berhenti berotasi.
Dalam detik yang terasa lama, dua manusia dipersatukan dalam ikatan takdir yang mempermainkan mereka, tak ada sentuhan dan suara ringan apapun hanya ada sepasang mata yang saling menatap terikat begitu kuat satu sama lain.
.
.
.
"Tuan, kau berdarah."
.
.
Jongin selama ini membusuk dalam ketiadaan. Dirinya, hidup diantara garis nyata dan semu.
Gadis itu hadir dalam lingkaran takdir yang memoles hari-harinya dengan spektrum warna, dia menciptakan warna kedelapan yang tak bisa didefinisikan dengan kata.
Gadis itu seolah membawa sejuknya angin pada setiap lembar harinya, dia seolah-olah menjadi kosmos yang keberadaannya sulit diabaikan.
Karena gadis ini, seolah-olah menarik Jongin kembali pada tanah yang dihujani radiasi, menyiramnya sempurna dengan semua tingkah lakunya.
Takdir seolah mempermainkan hidupnya bagai dua belah dadu yang jatuh sempurna digaris lurusnya.
.
.
She's My Savior.
I can't get out of it—
.
.
.
.
But, Holly hell She's My Enemy.
.
.
.
.
"SAVIOR - Prologue"
By : Lovelrin
.
.
Coming Soon
.
