Title : me and my PRINCE charming

Pairing : Lee DongHae & Lee HyukJae [HaeHyuk]

Disclaimer : Donghae dan Hyukjae saling memiliki. Semua cast di sini milik Tuhan, Orang Tua, SM Entertainment. Story by ORIZUKA. Saya cuma mengganti tokoh dan latar tempat. Semuanya selain itu sama. Terimakasih.

Summary : Lee Donghae adalah cowok yang baru saja dinobatkan sebagai The Most Wanted Male di sekolahku. Selain super imut, dia juga kren, jago main basket, populer; pokoknya segalanya yang membuatnya berhak atas titel itu. Lalu, suatu hari, keajaiban terjadi. Aku, Lee Hyukjae, berhasil menjadi pacaran dengannya!

My Prince Charming

"Hari ini mendung banget, ya?"

Sebal. Bisa-bisanya dia bicara soal cuaca di saat penting dan jarang terjadi seperti ini.

Aku menatap kesal ke arah Donghae oppa, pacarku, atau yah, setidaknya dulu kupikir begitu. Saat ini, kami sedang ada di beranda rumahku, hanya berduaan. Tanpa Hangeng oppa, kakakku, yang juga sahabat dekat Donghae oppa, dan juga merupakan tujuan utama Donghae oppa datang ke sini. Bisa dibilang, Donghae oppa hampir tak pernah datang untukku. Yah, oke, dia tidak pernah datang untukku. Sekarang, Hangeng oppa sedang pergi entah ke mana, tapi aku cukup yakin dia sedang asyik membantu tetangga baru di belakang rumah. Kata satpam depan rumahku, keluarga itu punya anak gadis yang superseksi. Tidak heran Hangeng oppa buru-buru melesat keluar rumah ketika sebuah truk berukuran sebesar rumahku lewat.

Jadi di sinilah Donghae oppa, orang yang begitu saja terlupakan oleh Hangeng oppa. Mereka punya janji main PS2 sore ini. Aku –dengan seperatusribu menyesal, sisanya senang bukan main- mengatakan kepadanya kalau Hangeng oppa tidak ada di rumah. Donghae oppa cuma mendesa, lalu duduk di kursi. Duduk di kursi, bukan pulang! Tapi semuanya tiba-tiba terasa asing ketika aku ikut duduk di sebelahnya. Aku sadar aku tidak pernah duduk di sebelahnya sejak dua bulan yang lalu. Karenanya, aku gerogi berat.

Tapi begitu mendengar komentarnya soal cuaca tadi, aku langsung berubah kesal. Aku tidak menjawabnya sebagai tanda kalau aku marah. Tapi Donghae oppa tidak merasakannya. Dia tidak pernah merasakan apa pun kalau soal aku.

"Kayaknya bakalan ujan gede, nih," gumam Donghae oppa, masih menatap langit.

Si-a-pa-yang-pe-du-li-ka-lau-ba-kal-tu-run-hu-jan? Apa kau tidak tahu, aku di sini menunggumu untuk bicara sesuatuyang lebih romantis, seperti 'gimana kabar lo?' atau apalah? Ya Tuhan, sampai pertanyaan bodoh seperti itu saja tidak pernah keluar dari mulut cowokku ini. Dan aku menganggapnya romantis. Apa lagi yang bisa lebih buruk?

"Kamu kenapa sih? Sakit gigi?" Donghae oppa ternyata menangkap ekspresi masam di wajahku.

Walaupun salah mengartikannya dengan sakit gigi, aku tetap senang. Dia tak pernah menanyakan ini sebelumnya. Ini tandanya ada peningkatan dalam hubunganku dengan Donghae oppa. Walaupun hanya seperti itu, tetap ada peningkatan. Ya… begitulah.

Aku memang cewek paling menyedihkan sedunia.

"Nggak. Ng… kamu mau minum?" Aku menawarkannya minum karena sepertinya dia haus berat.

Donghae oppa menghela napas, tampak lega. "Aku kira aku bakal mati dehidrasi di sini."

Aku tersenyum untuk membalas cengirannya yang jail, lalu masuk untuk mengambil minum. Setelah sampai batas aman –Donghae oppa tak bisa melihatku lagi- aku melangkah sambil menari-nari.

Kenapa sih dia selalu kelihatan cute? Kenapa dia selalu bisa membuatku melupakan semua kesalahannya dengan satu senyuman?

Tunggu, aku bisa menjawabnya. Jawabannya, karena Donghae oppa-ku adalah pemilik senyuman terindah di seluruh jagat raya. Tak ada yang bisa menolak auranya, bahkan si penggila-rok-mini yang kecentilan, Jessica, sekalipun.

Oh ya, soal cewek yang satu ini. Selama dua bulan terakhir, dia habis-habisan mencoba untuk mencederaiku, setelah tahu aku sudah jadian dengan cowok kelas tiga yang menang pada polling 'The SMU 1's most wanted male' di mading sekolah. Aku tak henti-hentinya menatap foto Donghae oppa yang terpampang di otmail tersebut setiap akan memasuki kelas. Dia tampak luar biasa mengagumkan dengan rambut hitam basah yang menutupi sebagian dahinya dan kaus basket kebanggaannya. Aku tak pernah bosan menatap foto itu walaupun hampir setiap siang dan malam bertemu dengannya di rumah. Kurasa aku wajib berterima kasih kepada orang yang telah memotret Donghae oppa dengan angle yang tepat. Difoto candid seperti itu membuat Donghae oppa terlihat nyaris lebih imut dari yang asli.

Dengan dua kaleng Pocari, aku melangkah ringan ke beranda. Sebelum menampakkan diri, aku menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan. Ini selalu kulakukan supaya lebih rileks.

"Ini…" Aku belum menyelesaikan kata-kataku ketika mendapati Hangeng oppa sudah duduk di tempat dudukku. Aku akan membunuhnya! Well, mungkin nanti malam saja. Aku tidak ingin dilihat Donghae oppa berlumuran darah Hangeng oppa. Dia pasti tak mau berurusan dengan pembunuh.

"Wah, kamu pengertian ya!" seru Hangeng oppa begitu aku muncul.

Hangeng oppa jelas tak mengerti arti dari pengertian itu sendiri. Aku pasang tampang termasam yang kupunya, tapi Hangeng oppa tak menyadarinya dan malah menyambar dua kaleng Pocari yang kupegang. Salah satunya dilempar kepada Donghae oppa yang segera menangkapnya dengan sigap. Aku nyaris bertepuk tangan. Satunya lagi dibukanya dengan kejam tepat dihadapanku, lalu isinya diteguk banyak-banyak. Awas saja kau nanti malam.

"Hae, aku gak boong!" seru Hangeng oppa tiba-tiba.

Ternyata sudah ada percakapan selama aku emngambil Pocari –yang seharusnya menjadi milikku dan Donghae oppa.

"Seksi banget! Pake hot pants lagi! Aku sampe ngejatohin lukisan kesayangan nyokapnya!"

Donghae oppa tidak menyanggupi –syukurlah- dan hanya menenggak minumannya.

Saat kupikir dia tidak tertarik dengan obrolan itu, dia berkata, "Terus?"

Aku harap dia melakukannya hanya untuk menghargai Hangeng oppa. Demi Tuhan, aku berharap Donghae oppa tidak akan tertarik pada cewek berdada besar atau berbetis kecil atau berperut rata atau apalah yang jelas bukan ciri-ciriku. Kali ini aku akan mengorbankan segalanya asal yang kuharapkan benar.

"Terus? Terus aku kenalan sama dia! Apa lagi?" sahut Hangeng oppa histeris. Dia selalu histeris kalau melihat cewek cantik. "Oh ya," sambung Hangeng oppa misterius, "Kalian tahu gak apa bagian terbaiknya?"

Aku dan Donghae oppa tak menunjukkan tanda-tanda akan menjawabnya, tapi Hangeng oppa tampak tak peduli. Dia terus saja menyerocos.

"Dia bakal satu sekolah sama kita! Dia sekelas sama kamu, Hyuk!"

Aku-tidak-bisa-biasa-saja. Aku khawati! Dia akan sekelas denganku. Dia! Si tetangga baru yang super seksi! Ini berarti nilai tubuhku yang telah divonis tiga koma lima oleh anak-anak cowok di kelasku akan menurun drastis! Ya, ampun, belum cukup menghinakah angka tiga koma lima untuk seorang perempuan? Aku yakin mulai besok, nilai tubuhku akan jadi dua koma lima. Dua jika yang menilai si cowok sok keren Sehun. Aku tak pernah suka padanya. Dia tak ada sekuku-kukunya di bandingkan Donghae oppa. Yah, mungkin ada sekukunya, atau beberapa kukunya lah. Tapi yang pasti aku tidak akan suka pada cowok yang cuma bagus di luar saja.

"Terus kenapa?" sahutku, seolah tak peduli.

"Eh, Hyukjae lemot, kalo dia sekelas sama kamu, berarti oppa ada akses! Kamu bisa jadi penghubung cinta oppa sama dia!"

"Apa oppa bilang? Penghubung apa?" seruku sengit. Yang benar saja!

"Kamu ngerti bahasa Korea, kan? Oppa mau kamu jadi penghubung cinta oppa sama Sooyoung!"

"Nggak mau!" Aku agak emosi saat ini. Apa-apaan sih Hangeng oppa, memangnya aku Aphrodite?

"Ah, kamu emang adik yang payah. Percuma oppa punya adik," kata Hangeng oppa, lalu mendesah kecewa.

"Biarin," balasku. Tanpa pamit kepada Donghae oppa, aku berderap masuk ke rumah. Bisa-bisa, aku meledak kalau terus-terusan membahas sesuatu yang aku dan Hangeng oppa tak pernah bisa sepakati. Dan kalau aku sudah meledak, aku akan terlihat sangat jelek. Aku tak mau terlihat jelek oleh Donghae oppa.

Meskipun aku yakin dia sama sekali tak peduli.

My Prince Charming

Hangeng oppa dan Donghae oppa sudah naik ke kamar Hangeng oppa yang letaknya bersebrangan dengan kamarku. Mereka bisa menghabiskan waktu sekitar lima jam nonstop kalau sudah berhadapan dengan kotak hitam berisi ratusan kabel yang kuanggap sebagai alat pembodohan itu. Hangeng oppa menyebutnya kotak ajaib. Yah, si Play Station 2 itu. Aku bahkan tak mengerti apa bedanya dengan yang pertama, selain bentuknya yang menipis dan warnanya yang menggelap. Mungkin lebih canggih atau apalah. Aku lebih senang menjelajahi dunia maya daripada berteriak-teriak kepada Tvseperti yang sering kali Hangeng oppa dan Donghae oppa lakukan. Seperti orang bodoh saja.

Aku memutuskan untuk online. Sudah lama aku tidak mengecek kotak masuk e-mail-ku.

Ada. Dari Heechul, sahabat dekatku. Aku tak mengerti, apa lagi yang ingin dia otmail di e-mail mengingat kami sudah bertemu di sekolah setiap hari. Tapi selalu saja ada pembicaraan setiap kami bertemu, entah penting ataupun tidak.

From: deadsexxy

Subject: damn good news

Hoi, Hyuk! Gue denger ada kabar terbaru nih! Soal si cewek centil Jessica! Denger-denger dia bakaln pindah sekolah ke Amerika! Akhirnya! Hidup kita tenang juga!

Oya, gimana Donghae oppa? Masih cuek? Gue saranin sih. Lo harus lebih agresif sama dia. Supaya dia tahu kalo lo butuh perhatian. Kalo gue sih, nggak akan gue sia-siain cowok cute kayak dia.

Jangan lupa, sampein salam gue buat Hangeng oppa. Salam muaannnieess gitu. Bubbye!

Ha! Jelas besok Heechul akan kecewa begitu tahu kalau Sooyoung masuk kelas kami. Dan entah bagaimana reaksi selanjutnya kalau tahu Hangeng oppa naksir cewek itu.

Tapi tunggu dulu. Ada kabar lebih menyenangkan! Jessica pindah ke Amerika! Kenapa tidak ke Kutub Utara saja sih? Atau ke Mars?

Ah, sudahlah. Ke Amerika saja sudah cukup membuatku lega. Intinya aku tidak perlu lagi bertemu dengannya di gerbang setiap aku akan masuk dan pulang sekolah.

Aku pun membalas e-mail Heechul.

To: deadsexxy

Subject: Yeah!

Chul, dengan berat hati gue kasih tahu sama lo, kalo Hangeng oppa udah punya gebetan. Namanya Sooyoung, tetangga baru gue. Superseksi dan calon temen sekelas kita. Selamat sedih

Oh ya, gue seneng banget akhirnya kita bebas dari rezim Jessica! Gue gak bakal dicegat lagi! Yippiiiii!:)

Chul, jangan lupa PR kimia. Gue nggak mau makan sendirian lagi gara-gara lo kena setrap. Bye.

Aku mengirimnya. Sebenarnya, aku mau membuat kejutan soal si Sooyoung ini. Tapi aku ingin menguatkan mental Heechul terlebih dahulu. Bisa repot kalau besok dia tiba-tiba pingsan melihat Hangeng oppa mengejar-ngejar Sooyoung.

Baru beberapa detik aku menekan tombol enter, Heechul sudah membalas e-mail-ku. Ya ampun, dia masih online. Tahu begini kenapa tidak chatting saja sih?

From: deadsexxy

Subject: How dare you!

BISA-BISANYA LO NYURUH GUE NGERJAIN PR KIMIA SETELAH LO NGASIH TAHU GUE KALAU KAKAK LO NGEGEBET CEWEK BERNAMA SOOYOUNG TETANGGA BARU LO YANG SUPERSEKSI BUKA GUE YANG ULTRA SEKSI!

BESOK GUE GAK MASUK!

Aku bengong menatap e-mail Heechul, tapi kemudian sedapat mungkin bersimpati. Yah, mungkin aku agak keterlaluan tapi aku tak peduli. Sekarang mataku sudah tertancap pada sebuah email lain yang masuk ke kotak suratku.

From: secretadmire

Subject: a poem for a princess

Looking at you

Make me feel warm and safe…

Staring at you,

Feels like it's the first time

I knew how to breath…

-AC

Siapa ini? Aku punya pengagum rahasia? Tapi siapa?

Namanya secret. Tapi siapa yang menamai dirinya sendiri secret?

Aku membaca tulisan itu sebelas kali lagi. Romantis banget…. Andai saja Donghae oppa yang mengirimnya untukku.

Tunggu dulu. Mungkinkah? Mungkinkah itu Donghae oppa?

Aku tahu Donghae oppa tak mungkin bisa mengatakan hal-hal seperti ini padaku. Tapi belum tentu dia tidak bisa menulis. Ya Tuhan, aku akan memberikan apa pun bila benar Donghae oppa adalah pengagum rahasia-ku.

My Prince Charming

Sudah pukul tujuh. Aku segera turun untuk makan malam. Perutku pun sudah lapar sekali. Ternyata semua sudah berkumpul di ruang makan, termasuk pacarku.

"Hyuk, ayo makan," kata Appa sambil menyendokkan nasi ke piringku. Aku segera duduk di sampingnya dan mulai makan.

Appa adalah ayah yang paling manis di seluruh dunia. Dia pernah memberiku sebuah Alexandre Christie di ulang tahunku yang ke-14. Anak perempuan mana yang sudah mendapat Alexandre Christie di usianya yang baru menginjak empat belas tahun?

"Kamu juga, Hae. Makan yang banyak. Oya, tadi belajar apa?" Tanya Appa polos.

Nasi yang baru saja kukunyah hampir saja menyembur keluar. Hangeng oppa sengaja menyenggol gelas sehingga airnya membasahi seluruh meja makan. Appa segera menasehatinya.

Aku yakin Hangeng oppa sengaja melakukan itu untuk menghindari pertanyaan Appa selanjutnya. Apanya yang belajar? Belajar memasukkan bola ke gawang digital?

Keributan itu terjadi sekitar sepuluh detik, kemudian Appa lupa sama sekali dengan pertanyaannya. Dia sekarang sudah mengobrol dengan Eomma-ibu tiriku, karena Mommy sudah meninggal dua tahun yang lalu. Oh ya, Hangeng oppa adalah saudara tiriku. Tapi aku tak pernah menganggap bagian 'tiri'-nya. Well, mungkin pernah beberapa kali saat dia mengacau di kamarku.

Aku makan sambil menatap Donghae oppa. Hal itu telah menjadi kebiasaanku setiap malam. Donghae oppa memang makan malam di sini hampir setiap malam karena kebiasaannya main PS2 yang rutin dengan Hangeng oppa, yang disangka Appa sebagai kegiatan belajar bersama. Kurasa aku wajib berterima kasih kepada Hangeng oppa. Karena dia dan PS2-nya, aku bisa melihat Donghae oppa setiap hari. Jadi, aku tak pernah berniat mengadukan ini.

Donghae oppa terlihat imut jika sedang makan. Oke, dia imut saat melakukan apa pun. Poninya yang panjang dan ikal menutupi matanya saat dia menunduk. Aku jadi ingin bersyukur kepada Tuhan karena telah menciptakan sesuatu yang sesempurna dia.

Tiba-tiba, Donghae oppa menggerakkan kepala untuk menyibak rambut yang menutupi matanya. Oh Tuhan, kurasa aku akan pingsan. Donghae oppa sadar kalau aku sedang mengawasinya dengan wajah pucat. Dia tersenyum miring seperti yang selalu dia lakukan setiap kali aku kedapatan menatapnya. Aku tak membalas karena tubuhku tak punya tenaga lagi, bahkan untuk sekadar menggerakkan otot bibirku. Aku-sangat-lemas.

Setiap hari aku merasakan ini, setiap aku melihatnya makan tepat di hadapanku. Aku akan memerhatikannya dan dia akan melayangkan senyuman yang dahsyat, yang dapat melumpuhkan ribuan syarafku dalam waktu kurang dari sedetik.'

Aku coba menyelesaikan makan malamku tanpa suara, sambil memikirkan tentang pengagum rahasiaku. Apa benar itu Donghae oppa? Tapi, tampaknya Donghae oppa bersikap biasa saja. Yang kumaksud biasa di sini adalah, tidak bicara kecuali ditanya. Yah, dia bicara sih. Tapi tak pernah menyangkut hubunganku dengannya. Paling-paling hanya tentang cuaca atau sekadar bertanya sekarang pukul berapa. Tapi mungkin saja dia pengagum rahasiaku. Mungkin, karena dia tidak berani bicara langsung, dia mengirim e-mail itu.

Aku tersenyum sendiri, lalu menyap nasi banyak-banyak ke dalam mulutku. Nafsu makanku kembali secara mendadak.

"Kamu udah gila, ya? Cengar-cengir sendiri," celetuk Hangeng oppa heran.

Appa dan Eomma segera menghentikan obrolannya, lalu segera menatapku.

Aku segera menutup mulutku. Pasti aku tampak bodoh dengan nasi di dalam mulutku dan bibir yang tertarik ke atas, walaupun aku juga tidak peduli kalau yang meenganggap bodoh itu keluargaku.

Tapi…. Donghae oppa di depanku. Donghae! Seharusnya aku tidak bertindak bodoh di depan pacarku.

Ya ampun, aku ini. Memangnya dia peduli?

TBC

Seperti yang sudah tercantum di disclaimer. Cerita ini punya kak ORIZUKA dengan judul yang sama dan sub judul yang sama pula. Saya hanya mengganti tokoh dan latar tempat. Selebihnya sama dengan novel yang telah di cetak.

Awalnya sangat ragu buat post cerita ini karena ini bukan cerita aku. Aku bukan mau plagiat atau apa pun itu. Aku sangat suka dengan cerita ini, bahkan sudah aku baca berkali-kali.

Cerita ini bakal aku lanjut jika ada yang menginginkan. Tapi juga bakal aku hapus jika ada memintanya atau berfikiran aku plagiat atau apa. Jika kalian tidak suka, tolong bicara baik-baik dengan bahasa yang sopan jika kalian merasa tersinggung, atau apa pun itu maka akan saya hapus cerita ini.

Ini cerita yang udah di editnya, kemarin ada kata 'omail' '2otmail' dsb, itu kayaknya pengaruh dari kata-kata yang ada di scene Hyukjae bales-balesan e-mail sama Heechul. Maaf gak aku koreksi lagi. Terus ada yang ngasih masukan tentang 'lo-gue', emang sih awalnya gak enak juga pake 'lo-gue' tapi di cerita aslinya udah begitu, dan nanti bakal ada scene (khususnya di part-part akhir) Hyukjae bahas tentang 'lo-gue' sama 'aku-kamu'. Aku sempet bingung di situ, tapi mungkin akan aku ganti momentnya.

Dan sudah saya tetapkan kalau penggunaan kata 'lo-gue' akan digunakan khusus untuk Heechul saat dia marah-marah, hihi. Makasih yang udah mau baca di cerita sebelumnya.

Cerita ini aku tulis di sini karena aku pengen kalian juga ikut baca. Jika kalian mau kalian bisa membeli novelnya di toko buku kesayangan kalian.

Sekian.