Note : karakter GoM disini sudah kelas 3 SMA termasuk Kagami dan sekolah disatu sekolah yang sama, Teiko disini bukan smp melainkan SMA dan chara Akashi tidak termasuk anggota GoM usianya 23 tahun.
Selamat Membaca~
.
.
.
Disclaimer : All Characters belong to Fujimaki Tadatoshi.
Warn : BL, miss typo(s), yaoi, boyxboy, OOC, diksi kurang sempurna, dan don't like don't read.
Genre : Romance, Drama, and Litte bit Humor (gagal)
Rated : T+ sampai dengan M
Pair : AkaKuro
Summary : Kuroko murid teladan itu sangat membenci matematika, sampai kemudian muncul guru baru dengan usia yang masih muda mengajar pelajaran itu. Namun tetap saja Kuroko pusing sendiri memikirkannya, akibatnya dia harus menerima bimbingan belajar sang guru dan membuat Kuroko merasakan perasaan yang aneh. Bagaimana dengan sang guru?/yaoi/#AKAKUROXYGEN/RnR?
Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
Aishiteru, Sensei! © Akihiko Fujiwara
Aishiteru, Sensei!
Chapter 1 : No Reason.
.
.
.
Pagi itu di Teiko suasana sekolah nampak ramai, karena tahun ini tahun ajaran baru banyak murid-murid baru juga yang bersekolah di sekolah swasta yang terkenal karena memenangkan kejuaraan turnamen basket terbesar tahun lalu tiga kali berturut-turut.
Disalah satu sudut perpustakaan terlihat seorang pemuda dengan raut wajah minim ekspresi, berambut biru sebiru langit dan bola mata yang senada dengan rambut nya. Pemuda itu terdiam sambil membaca buku tanpa memperdulikan murid lain disekitarnya atau mungkin karena dia tidak disadari oleh murid lainnya?
Pemuda itu bernama Kuroko Tetsuya, sekarang dia menginjak kelas 3 SMA setelah berjuang bersama dengan tim basketnya di pertandingan tahun lalu dan menuai kesuksesan dengan juara satu tiga kali berturut-turut. Kuroko adalah murid yang rajin, meskipun dia selalu memasang wajah datarnya tetapi dia bisa dikategorikan sebagai murid yang pandai dan murah hati. Kuroko tidak suka melakukan hal yang macam-macam, baginya bersekolah dengan rajin dan mendapat nilai bagus sudah menjadi poin tersendiri baginya. Uhm, jangan lupakan juga bakatnya yang memiliki hawa keberadaan tipis.
Setelah kurang lebih setengah jam dia membaca buku, Kuroko menutup kembali buku itu dan menaruhnya di rak perpustakaan. Pemuda itu segera berlalu dari perpustakaan untuk pergi ke kantin, mengisi perutnya yang lapar efek terlalu lama membaca buku.
Kuroko berjalan santai menatap lurus kedepan, nampaknya pemuda itu sedang memikirkan sesuatu. Saat tengah asik berjalan, pundaknya menabrak sesuatu hingga membuat Kuroko jatuh terduduk dan meringis menahan sakit. Kepalanya menengadah menatap sepasang bola mata merah yang menatapnya balik dengan pandangan intens, Kuroko hanya diam.
"Ah maafkan aku, kau tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan senyum simpul, Kuroko hanya menggeleng pelan. Pria berambut merah itu menyodorkan tangannya untuk berniat membantu berdiri seseorang yang sudah dia tabrak tadi, pemuda baby blue itu menerima uluran tangannya dan segera bangkit berdiri.
"Sumimasen, saya tadi tidak melihat jalan sehingga menabrak anda…" Kuroko sedikit menunduk sopan meminta maaf, dia tahu sekali kalau pria dihadapannya ini pasti guru baru. Terlihat dari pakainnya dengan kemeja putih dan dasi berwarna hitam membalut tubuh proporsionalnya.
"Tak apa aku juga tidak melihat jalan tadi" ucapnya dengan raut wajah tegas, Kuroko hanya bisa diam tanpa berkata apa-apa. Dalam hati dia hanya bisa memohon kalau pria dihadapannya ini tidak mengajar matematika karena sungguh dia lebih memilih untuk puasa meminum vanilla milkshake daripada harus mengerjakan matematika.
"Sekali lagi maafkan saya, kalau begitu saya permisi" Kuroko menunduk lagi dan segera berlalu pergi dari sana, pria berambut merah itu menoleh kebelakang memperhatikan pemuda baby blue yang menghilang tadi. Matanya menerawang nampak memikirkan sesuatu, tak lama dia menggeleng dan segera ikutan berlalu dari sana.
Setelah di kantin Kuroko nampak duduk menikmati roti melon nya dengan segelas vanilla milkshake, ya walaupun bukan vanilla milkshake khas Maji Burger tapi ini juga enak kok. Pikirannya kembali melayang ke kejadian tadi, Kuroko masih heran kalaupun dia yakin bahwa pria tadi adalah guru baru tapi kenapa wajahnya terlihat masih sangat muda?
"Hoii Kurokoo…"
Kuroko terlonjak kaget, untung saja dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung kalau iya pasti dirinya sekarang sudah kejang-kejang. Pemuda itu menoleh kesamping dan melihat Kagami menatapnya dengan wajah innocent, langsung saja Kuroko memukul kepala pemuda itu dengan nampan didepannya membuat Kagami meringis menahan sakit sambil memegangi kepalanya.
"Ittai~ apa yang kau lakukan Kuroko? Ini kepala bukan bola yang bisa kau pukul pukul…" seru Kagami kesal.
"Salahmu sendiri Kagami-kun, bagaimana kalau aku tadi mati karena dikagetkan oleh orang sepertimu? Tidak lucu jika murid rajin seperti aku harus mati sia-sia dengan tidak elit seperti tadi" balas Kuroko acuh sambil asik menikmati vanilla milkshake nya, Kagami hanya dongkol masih mengelus-elus kepalanya akibat pukulan tidak terduga tadi.
"Kau berlebihan sekali, kalau begitu maafkan aku. Sebenarnya aku memanggilmu karena ingin membicarakan tentang ekskul bakset kita, karena senior yang lain sudah lulus jadi kita yang harus mengurusnya" jelas Kagami, Kuroko diam sejenak mencerna penjelasan temannya itu. Dia menoleh kesamping dengan wajah datarnya, tentu saja Kagami hanya bisa diam dan memasang ekspresi aneh.
"Aku tidak keberatan, tapi kau sudah membicarakan ini dengan Kise-kun, Midorima-kun, Aomine-kun, dan Murasakibara-kun?"
"Tentu saja mereka sudah kuberitahu dan kita akan berkumpul sepulang sekolah nanti dilapangan basket…tapi susah sekali mengajak si Ahomine itu. Dia keras kepala sekali, cih. Kau saja yang mengajak dia Kuroko" ucap Kagami sambil mengambil sedikit roti melon milik Kuroko, empunya hanya diam saja membiarkan roti melon nya diambil sedikit oleh Kagami.
"Baiklah aku akan mencoba membujuk Aomine-kun untuk datang nanti" jawab Kuroko menepuk tangan Kagami yang akan menyentuh vanilla milkshakenya, pemuda itu hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya. Kuroko menatap Kagami tajam dengan ya seperti biasa flat face.
XXX
Kuroko duduk di bangkunya yang terletak di belakang dan dekat dengan jendela yang mengarah langsung kelapangan outdoor sekolah, mata biru langitnya memandangi murid kelas lain yang tengah berolahraga. Tak lama bel berdering nyaring menandakan bahwa jam pelajaran akan dimulai, dan itu juga membuat Kuroko memasang tampang ogah-ogahan karena pelajaran yang akan dimulai sekarang ini adalah matematika dan dia sangat tidak menyukainya. Sambil menunggu gurunya datang pemuda bersurai biru langit itu hanya menopang dagu malas sambil menatap Kise yang notabene satu kelas dengannya tengah asik mengoceh dengan murid lainnya.
Suasana kelas yang tadi ramai seperti pasar ikan(?) sekarang tiba-tiba hening seketika, Kuroko menyadari perubahan kelas itu dan memandang lurus kedepan papan tulis. Seorang guru muda dengan dibalut jas hitam, kemeja putih dan dasi yang senada dengan warna jasnya. Saat itu juga raut wajah Kuroko seperti Aomine yang kehilangan majalah Horikita Mai-chan nya, semua murid disana berbisik-bisik melihat sang guru muda itu.
"Selamat pagi semuanya, karena Otsubo-sensei tidak mengajar pelajaran matematikan disini lagi jadi saya yang akan menggantikannya. Perkenalkan nama saya adalah Akashi Seijuuro" ucap Akashi sedikit tersenyum.
Lagi, para murid disana berbisik bisik karena heran dan bertanya-tanya apakah tidak salah guru yang mereka yakini masih muda itu mengajar? Matematika pula, sugoi. Kuroko terlihat masih shock dengan kejadian tadi, pria yang dia tabrak di koridor tadi dan dia yakini guru baru tadi mengajar matematika? Yaampun rasanya dia ingin mati saja.
"Ada yang ingin kalian tanyakan tentang saya?" seru Akashi masih berdiri didepan kelas dengan raut wajah tegas dan sedikit senyum yang terpasang diwajah tampannya.
"Ano sensei, apakah sensei sudah mempunyai kekasih?"
Satu pertanyaan yang dilontarkan oleh murid wanita disana membuat seluruh murid dikelas itu memperhatikan dirinya, yang diperhatikan hanya tertawa innocent membalas tatapan masam terutama dari murid wanita disana dengan pertanyaannya yang sangat menjengkelkan. Kuroko menggelengkan kepala, dia sudah pusing kali ini membayangkan matematika diajar oleh guru baru itu. Padahal Kuroko belum tahu bagaiman Akashi Seijuuro yang sebenarnya.
"Hmm…tentu saja saya belum mempunyai kekasih. Pekerjaan saya yang sekarang lebih penting" jawab Akashi mantap dengan senyuman charming yang membuat murid wanita disana seketika merinding disko dan klepek-klepek.
"Baiklah karena tidak ada yang ingin ditanyakan lagi kita akan mulai kelas matematikanya, sampai dimana Miyamura-sensei menjelaskan?" Akashi mulai duduk dibangku guru dan mengeluarkan buku-buku besar miliknya keluar dari dalam tas, mata nya seketika menangkap objek biru langit yang duduk dibelakang pojok dan tengah memasang wajah datar. Akashi hanya memandangnya sekilas dan kembali pada buku-bukunya.
XXX
Pembelajaran hari ini sudah usai dan seluruh murid berbondong-bondong keluar dari kelas untuk segera pulang termasuk Kuroko yang tengah menyusun buku-bukunya, matanya menoleh kesamping melihat langit yang berubah keemasan menandakan bahwa hari mulai sore. Pikirannya kembali melayang membayangkan pelajaran matematika tadi, mau bagaimanapun guru yang sudah diganti tetap saja dirinya susah untuk menyukai pelajaran hitung menghitung itu. Akibatnya besok dia harus menemui Akashi untuk menjelaskan kenapa dia jeblok di pelajaran matematika.
"Kurokocchi, nande desu ka? Kau melamun sendirian-ssu?" panggil Kise tiba-tiba yang merangkulnya dari samping, Kuroko lagi-lagi masam karena selalu dikagetkan jika teman-temannya akan memanggilnya dan itu cukup membuat dia terkejut.
"Kise-kun kau selalu mengagetkanku, menyebalkan sekali…"
"Hidoi-ssu Kurokocchi aku hanya ingin menyapamu saja, ne ne ayo kita sama-sama pergi ke lapangan basket. Aku yakin mereka sudah menunggu kita" ajak Kise dengan nada suara berlebihan seperti biasa, Kuroko hanya diam menanggapinya. Pemuda biru langit itu berjalan mendahului Kise yang lagi-lagi menangis alay dibelakang karena diacuhkan.
Selama berjalan sekitar 10 menit mereka berdua akhirnya sampai didepan gedung lapangan basket, Kise dan Kuroko hening menatap pemandangan didepan mereka. Angin berhembus menggoyangkan rambut mereka berdua.
"Aku rasa kita yang akan menunggu mereka Kise-kun"
"Mou padahal Kagamicchi yang mengajak-ssu tapi dia belum datang juga, menyusahkan sekali" Kise menepuk jidatnya, sedangkan Kuroko tak bereaksi banyak. Pemuda itu menaruh tasnya di pinggir lapangan dan mengambil bola yang tergeletak disana, memperhatikannya sejenak dan men-shootingnya dari garis free throw. Kise hanya bisa memandangi Kuroko sambil duduk di bench menunggu yang lainnya datang.
"Ne Kise-kun jika kita nanti sudah lulus dan kuliah di tempat yang berbeda apakah kita masih bersama seperti ini?" tanya Kuroko tiba-tiba memunggungi Kise yang tengah duduk itu, pemuda pirang itu tertegun sejenak, tak lama senyuman terukir dibibir merahnya.
"Tentu saja-ssu kalau bagiku kita semua akan bersama-sama dan terus bermain basket meskipun kita tidak satu sekolah lagi-ssu, memangnya kenapa Kurokocchi?"
Kuroko ikutan tersenyum tipis bahkan hampir tidak terlihat, dia memutar badannya kearah Kise dan menatap pemuda itu datar.
"Tidak ada aku selalu berfikir kalau tim ini hanya bersama saat ini saja, tapi semoga saja tidak…" Kise mengangguk menyetujuinya.
"Kuroko…Kise…maafkan aku. Aku terlambat gara-gara mengurusi si Ahomine ini"
Keduanya menoleh kearah sumber suara dan mendapati Kagami tengah menyeret Aomine dengan wajah setengah babak belur, dan dibelakang mereka berdua Midorima membenarkan kacamatanya dan Murasakibara yang ya kau tahu sendiri dia memakan sang maiubo tercinta. Kise hanya bisa sweatdrop menyaksikan kelakuan teman-temannya itu termasuk Kagami dan Aomine yang merupakan pasangan hobi berperang, sedangkan Kuroko hanya diam tak bersuara.
"Aomine kau ini kapten tim seharusnya kau harus lebih disiplin lagi nanodayo bukan malah kabur saat mau latihan…" Midorima angkat suara menceramahi pemuda tan itu yang hanya dibalas dengan korekan telinga alias malas mendengar, Kagami yang berdiri disampingnya menendang keras kaki Aomine membuat empunya memberikan deathglare mematikan.
"Benar sekali Mine-chin kau tidak seharusnya membolos latihan" Murasakibara ikut-ikutan membeo.
"Kalian semua lebih baik segera ke intinya saja, tidak bagus jika terlalu berlama-lama…" Kuroko yang tak suka bertele-tele segera menyampaikan keinginannya, Aomine menghela napas.
"Baiklah karena kalian semua sudah disini aku akan memberitahukan beberapa hal…" ucap Aomine mulai serius, kelima pemuda lainnya mendengarkan dengan seksama kalimat yang akan dilontarkan oleh kapten mereka.
"Pertama ini tentang informasi kompetisi Interhigh yang bulan depan akan digelar dan tim kita harus mempersiapkannya"
"Apa? Mendadak sekali-ssu pemberitahuannya, kenapa baru bilang Aominecchi?"
"Aku juga berpikir seperti itu, tapi pemberitahuan ini memang dari pihak panitianya Satsuki tadi yang mengatakannya. Jadi mau bagaimana lagi" jelas Aomine, Kise hanya bisa menggaruk tengkuknya.
"Dan yang kedua, tim kita membutuhkan pemain lagi selain kita. Jadi aku dan Satsuki akan mencari anggota baru lagi dari kelas satu, untuk kalian aku tidak menginginkan lebih tapi kita akan berlatih lebih keras lagi untuk bulan depan" jelas Aomine dibalas sorakan semangat oleh semuanya kecuali Kuroko dan Midorima yang hanya diam, ya meskipun begitu hati mereka juga ikutan bersemangat meskipun tidak dinampakkan diwajah mereka.
"Baik kami mengerti kapten…" ucap semuanya mengerti.
"Kalau begitu kita pulang sekarang saja, besok kita sudah mulai berlatih. Dan untukmu Bakagami kau jangan pulang dulu, temani aku ke gym sebentar" Aomine menyeringai setan kearah Kagami membuat empunya menrinding disko melihat kelakuan konyol kapten mereka, kenapa orang macam Daiki ini dijadikan kapten kalau boleh memilih dia lebih memilih Midorima. Namun mau bagaimana lagi ini sudah jadi keputusan pelatih.
"Baiklah Ahomine terserah kau"
XXX
Kuroko berjalan sendirian melewati trotoar pinggir jalan menuju stasiun terdekat untuk segera pulang, badannya sudah sangat lelah hari ini ditambah juga pikirannya memikirkan matematika yang tak henti-hentinya membuat diri seorang Kuroko Tetsuya menjadi gila.
Pemuda itu pulang sendirian karena Kise dan Midorima yang sering pulang bersamanya terpaksa tertahan disekolah karena tugas dari OSIS yang notabene mereka adalah bagian dari organisasi itu, sedangkan Murasakibara entahlah makluk titan itu pergi kemana.
Setelah berjalan sendirian selama 15 menit Kuroko sampai di stasiun, dan segera memasuki entrance gate lalu masuk kedalam kereta tujuannya. Kuroko duduk di bangku terdekat dan menghela napas lega, rasanya benar-benar lelah sekali kehidupan sekolahnya ini benar-benar menyusahkan.
"Kuroko-kun?!"
Pemuda baby blue itu terenyak mendengar suara baritone disebelahnya, sepertinya dia pernah mendengar suara ini tapi dimana. Kuroko menoleh dan benar saja dia pernah mendengar suara familiar ini.
"Akashi…sensei?" ucap Kuroko tertahan.
"Ahh tak kusangka akan bertemu dengan mu disini, kau baru pulang? Kenapa malam sekali?" tanya pria yang memanggil Kuroko tadi dan rupanya dia adalah Akashi Seijuuro, guru matematikanya yang baru. Pria merah itu duduk tepat disamping Kuroko dan bodohnya pemuda itu dia sama sekali baru sadar kalau pria disebelahnya itu adalah gurunya sendiri.
"Aku baru saja dari sekolah, urusan ekskul basket sensei" jawab Kuroko menoleh menatap Akashi dengan wajah datarnya, pria itu hanya mengangguk paham dan tersenyum simpul.
"Oh begitu, lain kali jangan pulang terlalu malam apalagi sendirian. Berbahaya untuk anak muda sepertimu, karena banyak rampok disekitar sini" peringat Akashi dengan nada yang terkesan posesif dan Kuroko hanya tersenyum menanggapi kalimat perhatian sang guru tampan itu.
"Terima kasih atas peringatannya sensei, lalu kenapa anda juga baru pulang jam segini? Bukankah jam pulang sekolah sudah 1 jam yang lalu?" Kuroko bertanya balik membuat Akashi terdiam sejenak.
"Aku tadi belum pulang saat sekolah usai, ada beberapa hal yang harus aku urus disekolah jadi aku pulang lambat" jelas Akashi.
Kuroko hanya mengangguk paham, suasana antara guru dan murid itu seketika hening hanya terdengar suara dari beberapa penumpang disana dan bunyi kereta api yang tengah melaju kencang itu. Keduanya sibuk dalam pikiran masing-masing, Kuroko berpikir sepertinya guru barunya itu tidak terlalu buruk-buruk amat tapi kenapa dirinya masih susah dalam pelajaran matematika? Pemuda baby blue itu sedikit mencuri pandang kearah Akashi disampingnya, pria itu nampak mengucek matanya seperti menahan kantuk yang tengah menyerang gurunya itu, Akashi balik menatap Kuroko dan pemuda itu segera buang muka kesamping.
"Kuroko-kun, kau turun dimana?" tanya Akashi.
"Ah aku berhenti di Ikebukuro, karena rumahku tidak jauh dari situ sensei…"
"Souka, kalau begitu kita satu arah. Bagaimana kalau bareng saja?" tawar Akashi dengan senyum diwajahnya, Kuroko diam sejenak. Dia baru tahu kalau guru baru nya ini tinggal di daerah Ikebukuro juga.
"Hm, tidak masalah kalau begitu" Kuroko mengangguk dengan senyuman tipis, Akashi menatap pemuda itu dan ikutan tersenyum.
Setelah beberapa menit didalam kereta mereka berdua turun di Stasiun Ikebukuro, Kuroko nampak menenteng tas nya dan berjalan duluan didepan gurunya dan Akashi mengikuti langkah muridnya itu. Walaupun hari sudah terhitung malam namun stasiun ini tidak pernah sepi, wajah saja Ikebukuro adalah stasiun tersibuk kedua di Jepang jadi wajar bila setiap hari nya selalu ramai.
Kuroko menggenggam tali tasnya sambil berjalan menunduk, Akashi yang berjalan dibelakangnya memperhatikan tingkah murid nya itu. Sepertinya Kuroko kelelahan atau mungkin tidak nyaman karena berjalan bersama gurunya? Wajah saja anak muda jaman sekarang memang banyak sungkannya kepada guru.
Tiba-tiba saja Kuroko berhenti membuat Akashi yang dibelakangnya mau tidak mau ikutan berhenti memasang wajah bingung.
"Ada masalah apa Kurok—"
"Ano sensei, kalau tidak keberatan kita pisah disini saja ya…" ucap Kuroko memunggungi gurunya itu masih dengan menunduk menatap jalan dibawahnya, Akashi hanya bisa memasang wajah tidak mengerti.
"Kenapa memangnya Kuroko-kun? Bukankah ini masih berada di daerah stasiun?"
Kuroko berbalik menatap Akashi yang wajahnya nampak sudah nampak kelelahan meskipun dia berusaha untuk tetap menjaga matanya agar tidak setengah tertutup
"Aku tidak bisa memberitahu sensei, terima kasih sudah menawarkan pulang bersama. Sampai jumpa lagi besok…" pemuda itu membungkuk 90 derajat memberi tanda hormat untuk segera pergi dari sana.
Akashi segera menahan lengan muridnya itu, Kuroko tercengang sejenak merasakan lengannya sedikit ditahan oleh Akashi. Namun pemuda itu tidak menoleh dia masih menatap lurus kedepan.
"Kuroko -kun aku memang tidak berhak tahu apapun kehidupanmu tapi kau adalah muridku, sewajarnya kalau pelajar sepertimu tidak diizinkan untuk berkeliaran menggunakan seragam malam-malam seperti ini" terka Akashi masih dengan tangannya yang menahan lengan Kuroko.
Kuroko diam sejenak, dia menghela napas. Tangannya dengan perlahan melepaskan tangan Akashi yang menggenggam lengannya, pemuda itu berbalik menatap gurunya.
Akashi menatap muridnya itu dengan raut wajah bingung, apakah mungkin Kuroko Tetsuya seorang murid yang tidak terlalu mencolok dan terlihat baik itu tidak sama dengan yang dia pikirkan? Dia benar-benar tak mengerti.
"Sensei terima kasih sudah mengkhawatirkan ku, tapi aku harus pergi sekarang juga. Arigatou" seru Kuroko.
Pemuda langsung pergi dari sana meninggalkan Akashi yang menatapnya setengah tak mengerti, dia memijit keningnya. Sungguh dia sama sekali tidak bisa menebak isi pikiran murid nya yang terkesan misterius itu, ya dia memang hanya seorang guru tapi dia juga tak mengerti kenapa dia begitu penasaran siapa sebenarnya Kuroko Tetsuya itu. Akashi menghela napas, lebih baik dia segera pulang saja.
Akashi nampak berjalan sendirian dengan mengapit tasnya dilengan sambil mengeratkan syal dilehernya karena cuaca semakin lama semakin dingin, apalagi dia belum membeli bahan untuk makan malam apa sebaiknya ke minimarket saja? Pria itu segera mempercepat langkahnya menuju minimarket terdekat untuk membeli bahan makan malam nya nanti.
Ditempat berbeda terlihat Kuroko tengah berjalan sambil menunduk diantara keramaian orang-orang disana, kepalanya sontak mendongak menatap langit malam yang begitu cerah. Dia menghela napas, pemuda itu memutuskan untuk meninggalkan gurunya karena dia sengaja untuk segera menuju tempatnya bekerja untuk kerja part time. Dia tidak ingin guru nya ataupun orang lain tahu tentang hal ini, bukan karena dia malu dianggap bekerja tapi karena dia tak mau seorang pun mengkasihani dirinya. Dan yang tahu tentang pekerjannya ini hanyalah teman-teman tim basketnya
Kuroko terpaksa bekerja part time untuk membantu ayahnya sekaligus membantu membiayai pengobatan ibunya yang kini tengah berada dirumah sakit karena serangan jantung, tidak ada cara lain selain dirinya bekerja. Setelah sekian lama berjalan sendiri pemuda itu sampai didepan sebuah warung makanan yang terlihat ramai pengunjung, dia segera masuk melalui pintu belakang dan disambut dengan seorang pria berambut hitam mantan senior nya di tim basket dulu. Izuki Shun.
"Ah Kuroko kau sudah datang rupanya, masuklah kalau begitu" sapa Izuki dengan ramah sambil memakai celemek gambar beruang dibadannya.
"Permisi, maafkan aku terlambat senpai. Ada beberapa urusan di sekolah tadi" jelas Kuroko masuk kedalam melalui pintu belakang dan meletakkan tasnya kedalam loker.
"Ah tidak apa-apa yang penting kau sudah datang" seru Izuki setengah tertawa, Kuroko hanya tersenyum tipis. Pemuda itu melepas syal nya dan memasukkan nya kedalam loker, segera bersiap-siap memakai seragam.
"Kuroko kalau sudah selesai segera bantu Nebuya didepan ya…" seru Izuki dan langsung ditinggal oleh senpai nya itu.
Kuroko buru-buru memakai celemek dan segera ketempat Nebuya yang tengah melayani pelanggan, warung makan tempat Kuroko bekerja adalah warung makan sushi sederhana yang baru buka 3 bulan yang lalu. Tidak lain yang membuka tempat ini adalah senpai nya dulu yaitu Izuki Shun atas saran Koganei karena selain Mitobe Izuki juga lumayan dalam hal memasak, dan Kuroko adalah orang pertama yang Izuki ajak untuk bergabung bersamanya membangun restoran sushi itu yang kini sekarang mulai terkenal.
"Domo Nebuya-senpai" seru Kuroko yang tiba-tiba sudah berdiri disamping pria berbadan besar itu membuat Nebuya terlonjak kaget.
"Ah Kuroko, kau mengagetkanku saja"
"Gomen ini memang kebiasaanku senpai" terka Kuroko menyusun piring-piring disana, Nebuya menghela napas. Dia mengelap tangannya menggunakan lap bersih disana.
"Karena kau sudah disini bantu aku membersihkan ikan salmon nya, aku menaruhnya di wastafel belakang. Tolong ya Kuroko…" Nebuya tersenyum dengan menampakkan deretan giginya dan acungan jempol pada Kuroko.
"Ha'i senpai"
Kuroko segera menyelesaikan tugasnya membersihkan ikan, pemuda itu dengan tampang datarnya mengambil ikan didalam wadah kemudian mencucinya di air yang mengalir. Dengan cekatan Kuroko membersihkan ikan salmon itu dengan membuang sisik sisiknya dan mengeluarkan isi perutnya, semejak kecil pemuda baby blue itu selalu diajarkan untuk melakukan semuanya sendiri. Bahkan sejak umur enam tahun dia sudah memegang pisau didapur membantu ibunya memasak, memang bukan impiannya untuk menjadi seorang koki tapi keadaan yang sudah membuat pemuda itu terampil.
XXX
Pagi menjelang, matahari terbit dengan terang menerangi setiap sudut kota metropolitan Tokyo. Di pagi hari yang cerah itu Kuroko dengan santai berjalan sambil membaca buku literature dikedua tangannya, sesekali pemuda itu melirik kejalanan agar tidak menabrak.
"Ohayou Tetsu-kun"
Dari arah belakang Satsuki dengan gemas memeluk Kuroko membuat pemuda itu tertarik kebelakang karena tingkah manajer tim basketnya itu, Kuroko hanya menyikapinya dengan ogah-ogahan sudah terbiasa karena sikap Satsuki Momoi padanya.
"Momoi-san kau memelukku terlalu kencang, sesak sekali" protes Kuroko datar namun hanya direspon dengan pelukan yang semakin kencang saja, wajar saja pemuda baby blue itu masuk dalam kategori cowok imut jadi siapa saja ingin memeluknya.
"Tetsu-kun kau semakin hari semakin imut saja, oh iya bagaimana dengan ujian matematika kemarin?" tanya Momoi yang membuat Kuroko memasang wajah masam, pagi yang cerah dan bersemangat ini dia malah diingatkan kembali dengan matematika yang bikin pusing.
"Momoi-san aku tersinggung"
"Hehehe maafkan aku Tetsu-kun, aku tidak bermaksud kok. Kalau kau mau aku bisa mengajarimu pelajaran itu" tawa Momoi dengan tampang ceria, Kuroko yang berjalan disampingnya hanya diam membaca buku literature nya tanpa merespon gadis itu.
"Tidak usah Momoi-san aku tidak ingin merepotkanmu, lagipula aku pasti bisa berjuang sendiri" Kuroko tersenyum manis kearah gadis itu membuat Momoi sontak memerah dan berbunga-bunga, perasaannya sama seperti ketika Kuroko memberikannya stik es krim dulu.
Tak lama berjalan bersama, mereka berdua sampai disekolah. Sampai di koridor lantai dua Kuroko harus naik dan Momoi tetap berjalan menuju kelasnya, lima menit kemudian dia sampai dikelasnya. Kuroko duduk meletakkan tas nya diatas meja dan menatap keluar jendela, matanya menerawang keatas melihat langit yang mulai mendung. Sepertinya hari bakalan hujan.
Setelah pelajaran pertama Sastra Jepang selesai sekarang Kuroko tengah berdiri di depan ruang staf guru untuk menemui Akashi seperti yang sudah dipesankan oleh gurunya kemarin, pemuda itu menarik napas panjang menetralkan dirinya.
Kuroko mengetuk pintu ruangan Akashi tiga kali dan masuk kedalam, pemuda itu bisa melihat sang guru tengah duduk didepan laptop miliknya dengan mimik muka serius. Kuroko memperhatikannya sejenak, tak lama dia berdehem membuat Akashi sontak menoleh menatapnya dengan wajah sedikit bingung.
"Kuroko-kun? Kau sudah didalam ya? Maaf aku tidak sadar, aku sedikit sibuk. Duduklah kalau begitu" Akashi mempersilahkan muridnya untuk duduk dikursi didepan meja nya.
"Gomen sensei merepotkan"
"Ah tidak kau tidak merepotkan, bukankah aku yang menyuruhmu kesini" Akashi tersenyum simpul melepas kacamatanya dan menatap Kuroko serius, pemuda itu hanya memasang wajah poker face tak mengerti hal apa yang akan disampaikan sang guru itu.
"Begini Kuroko-kun, setelah aku melihat beberapa laporan nilai dari pembukuan yang dilakukan Otsubo-sensei semester kemarin aku perhatikan nilai mu selalu bermasalah benar begitu?" tanya Akashi dengan tangan dilipat dimeja menatap Kuroko mulai serius, pemuda itu hanya menggaruk pipinya.
"Benar sensei, dari pertama kali Otsubo-sensei mengajar saya selalu jatuh di pelajaran matematika"
"Hmm aku mengerti, lalu masalahnya kenapa Kuroko-kun? Apakah pelajarannya susah?"
"Tidak sensei, sebenarnya matematika bukan pelajaran yang susah tapi saya memang tidak menyukainya" jawab Kuroko jujur dari hatinya, Akashi menggaruk belakang kepalanya.
"Tapi Kuroko-kun kau tahu tidak selamanya kau akan membenci pelajaran ini kan? Kalau kau membenci nya aku yakin bahwa kau akan susah setiap kali bertemu pelajaran ini…" jelas Akashi, dan pemuda baby blue itu hanya bisa menunduk saja.
"Begini saja aku akan membuka bimbingan belajar untukmu setiap sepulang sekolah, tidak usah bayar Kuroko-kun anggap saja ini sebagai bantuan dariku karena sebentar lagi aak kelas 3 akan menghadapi ujian masuk universitas…kau tidak bisa terus-terusan seperti ini" tawar Akashi tak ragu, Kuroko yang tadi menunduk sontak mendongak menatap Akashi tak percaya. Guru nya menawarkan bimbingan belajar padanya dan tidak bayar? Kesambet apa gurunya itu?
"Tapi sensei saya tidak ingin merepotkan siapapun apalagi anda, tidak apa saya akan belajar lagi dengan sungguh-sungguh kali ini"
"Aku mengerti niat mu Kuroko-kun tapi kau butuh dorongan, aku dengan senang hati bisa membantumu. Tidak apa aku tidak merasa repot, ini sudah tugasku untuk membantu muridku sendiri" ujar Akashi tersenyum manis membuat pemuda biru langit itu terpana dan langsung menunduk membuang mukanya yang setengah memerah.
"Terima kasih banyak sensei," balas Kuroko tersenyum simpul.
"Sama-sama Kuroko-kun, belajar lagi yang rajin ya"
Kuroko sontak terdiam dengan mata membulat karena tingkah gurunya yang mengacak rambut birunya dengan senyuman yang begitu tulus, Akashi benar-benar mempesona pantas jika semua murid menyukainya. Sudah tampan baik pula, bagaimana tidak terpana termasuk pemuda baby blue itu. Kuroko perlahan menunduk kebawah, merasakan ada sesuatu yang salah didalam dirinya setiap kali dia melihat senyuman yang terpancar diwajah Akashi Seijuuro, dia menepuk pipinya sendiri. Apa yang dia pikirkan? Dia kan laki-laki tidak mungkin dia juga menyukai laki-laki, berpikir apa dia?
Kuroko segera berpamitan dan keluar dari sana, didepan pintu staf guru pemuda itu masih tercengang dengan hal yang dilakukan Akashi padanya tadi. Dia tahu kalau itu kasih saying seorang guru, tapi kenapa ada yang salah didalam dirinya?
Ya dia bahkan belum menyadari kalau Kuroko Tetsuya pasti akan jatuh cinta pada pesona seorang Akashi Seijuuro
.
.
TBC~
A/N : Halo minna, yoroshiku onegaishimasu ^^
Author balik dan hadir di fandom Akakuro, sebelumnya mau mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan ya. Semoga puasanya lancar, amin :D
Author balik dan muncul di fandom baru AkaKuro, sudah lama direncanakan untuk publish dif fn karena entah kenapa author sangat mencintai pairing ini.
Sekian, kalau ingin review kritik dan saran Author akan tampung. Arigatou :D
