Warning : GAJE, OOC, TYPO, AU,dll.
Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Rated : T
Pairing : NaruHina
Main Chara : Hinata dan Naruto.
Another Chara : Sakura, Sasuke, dan Shion Ect.
Genre : Romance, Hurt/comfort & Friendship
CHAPTER 1
"Papa! Kita akan pergi ke mana?" tanya seorang gadis kecil yang terlihat ketakutan karena mobil yang di naikinya ini sedang melaju dengan cepat. Gadis itu memeluk boneka beruang, tubuhnya gemetar menahan tangis.
"Papa, jangan mengemudi terlalu cepat!" Seru sang gadis berusaha menyadarkan laki - laki dewasa yang sedang mengemudi dengan tatapan kosong. "Papa... Jangan~"
"Diam!" Bentak sang pria dengan wajah memerah.
TIN TIN
"KYAAAA!"
BRAK! Prak! BRUAK!
Seorang supir turun mendekati mobil yang kini sudah tak berbentuk lagi, kepingan - kepingan kaca yang pecah bertaburan di sepanjang jalan, asap dari mobil keluar menghalangi pemandangan dari jauh.
"Cepat panggil ambulan?" Perintah sang supir kepada bawahannya. "baik!" Pria itu bergegas mengambil handphonenya di mobil dengan tergesah - gesah ia mengetik nomor panggilan darurat.
"Papa! Papa!" Seorang Gadis kecil terus menyeruak dengan suara serak memanggil manggil pria di depannya yang sudah tak bernyawa lagi. Pandanganya kemudian mengabur menjadi gelap.
~3 Bulan Kemudian~
"Jadi sekarang dia ada di panti asuhan?" Tanya seorang wanita peruh baya yang kini tengah duduk disamping suaminya yang sedang mengemudi.
"Iya, aku kemarin baru mendapat informasi dari Kakashi, kalau dia dikirim ke panti asuhan setelah kecelakaan itu terjadi" Jawab si pria tanpa menoleh kepada sang istri.
"Hahhh.. kenapa mereka harus mengalami kejadian seperti itu? Harusnya waktu itu kita langsung membawanya pulang ke rumah kita" Keluh wanita itu sedih.
"Sudahlah, Khushina! wajah mu jangan sedih seperti itu, kalau kau berwajah seperti itu bagaimana tanggapannya nanti saat bertemu kita!" Kata Sang suami mencoba merubah mood sang istri, ia mengusap pelan jemari tangan istrinya dengan lembut.
"Baik, Minato kun" sahut sang istri tersenyum manis.
"Okasan! Sebenarnya kita akan kemana?" tanya seorang anak kecil yang tengah duduk dibelakang kursi penumpang.
"Naru-chan kita akan bertemu seseorang! jadi bersabar sedikit ya" Jawab Khusina menoleh melihat anaknya yang kini tengah menatap keluar kaca mobil dengan bosan.
"Memang siapa yang akan kita temui, Otousan?" Tanya Naruto melirik ayahnya dari kaca mobil.
"Dia anak dari sahabat karib, otousan! kita ke sana untuk mengajaknya pulang bersama kita." Jawab Minato membalas lirik anaknya.
"Kenapa kita harus membawanya pulang? aku kan tidak kenal siapa dia?" Tanya Naruto lagi dengan nada tidak senang.
"Otousan dan Okasan adalah sahabat ayahnya. Keluarga mereka pernah menolong perusahaan Otousan, Jasa mereka sangat besar untuk kita. Sekarang putrinya hanya sebatang kara, Otousan tidak bisa membirakannya, bukan?" Seru Minato menjawab pertanya anaknya.
"Ya, terserah otousan!" Gumam Naruto, pandangannya beralih kembali ke luar jendela mobil melihat pemandangan yang jarang ia lihat di tempat tinggalnya. Tentu saja karena ia tinggal di perkotaan bukan pedesaan kecil yang masih dikepung pepohonan rindang dengan udara yang segar. Naruto memandang takjub pada bunga yang bertebaran tumbuh seperti ladang pertanian. Bunga yang berkembang berwarna kuning ke emasan seperti rambutnya kini yang bergoyang terkena angin.
"Wah!" Naruto mengeluarkan kepalanya dari jendela kaca mobil untuk melihat lebih jelas pemandangan itu. Sedangkan Kushina dan Minato hanya tersenyum kecil sembari menggelengkan kepala mereka melihat kelakuan anak satu - satunya yang mereka miliki.
.
.
~oOoOoOo~
.
.
Seorang gadis tengah berjongkok di pinggir jalan yang terlihat sangat sepi, ia sedang memerhatikan hewan kecil yang kini berada dikubangan air yang terlihat keruh. jarinya dengan ragu - ragu menyentuh binatang kecil tersebut. Tanpa ia ketahui dari persimpangan jalan sebuah mobil melitas cepat melewatinya dan..
BYUURR!
Air dikubangan itu menyiprat mengenai tubuh kecilnya, mobil yang melintas dengan cepat tadi pun berhenti dan salah seorang penghuni dari mobil tersebut pun turun dan berjalan menuju arahnya.
"Maaf.. Kamu nggak apa - apa?" Tanya anak laki - laki yang seumuran dengannya. Gadis itu menatap takut pada sosok yang kini menghampirinya, ia mundur beberapa langkah agak menjauh dari laki - laki itu.
"Jangan takut, aku ini orang baik kok!" Ujar Naruto. "Maafkan aku ya? Gara - gara tidak melihat jalan, mobil ayahku malah melintas air kubangan didepanmu, dan sekarang pakaianmu jadi kotor karena kesalahan ayahku.. Maafkan kami ya" Lanjut Naruto membungkukkan badannya merasa sangat bersalah.
"..."
"Pasti kau benar - benar sangat marah ya! sekali lagi aku benar - benar minta maaf...?" Naruto mengambil sesuatu dari saku jaketnya lalu ia sodorkan ke gadis itu, "Ini, maaf hanya ini yang bisa ku berikan" Gadis itu menerimanya tapi tak mengatakan apapun. Mereka berdua terdiam cukup lama sampai suara klakson mobil kembali menyadarkan lamunan Naruto.
"Kalau tidak cepat aku bisa terlambat nih.. Kalau begitu sampai jumpa,ya" Naruto segera berlari menuju mobil yang telah menunggunya sejak tadi, sedangkan sang gadis masih tetap diam melihat kepergiaan Naruto, Sebelum memasuki mobil Naruto sempat berbalik sambil melambaikan tangannya pada gadis itu. Lalu mobil itu pun berjalan menjauh dari ladang bunga itu hingga benar - benar hilang dari pandangan.
~Prov~
Gadis itu menatap dingin kepergian mobil tadi lalu berjalan melintasi taman bunga untuk sampai ke rumah besarnya, "Kenapa dia bilang 'sampai jumpa'? padahal kami tidak akan bertemu lagi. Aku benar - benar benci kata itu, Pembohong huh.." gumamnya.
Aku pindah kesini beberapa bulan yang lalu, sangat sulit untukku mempunyai teman di tempat seperti ini, tapi sekalinya aku mendapatkan teman mereka selalu pergi karena orangtua baru mereka telah datang, dan saat berpisah mereka akan mengucap kata - kata yang selalu sama
"Aku akan kirim surat dan melefon mu, walaupun kita berpisah kita masih tetap teman, ya. Sampai jumpa, Hina chan"
"Iya!" aku berpikir kami benar - benar bersahabat. Tapi aku tidak pernah bertemu lagi dengan anak - anak yang mengucapkan sampai jumpa padaku itu. Kalau akhirnya akan tetap kehilangan, mudah bagi seseorang untuk melupakan orang lain. sesenang apapun, pada akhirnya hari perpisahan tetap datang, pergi kemana pun sama saja.
~End~
.
.
~oOoOoOo~
.
.
Kini mereka sudah berada di depan gerbang panti asuhan. Seorang wanita tua membuka kan gerbang itu dengan cepat lalu menunduk hormat pada Minato, sedangkan Minato mengangguk sebagai balasan.
"Minato san, selamat datang.. silahkan masuk" Sambut Kepala pengurus panti asuha tersebut dengan ramah.
Di dalam ruangan Naruto menatap keluar jendela melihat banyak anak - anak kecil seumuran dengannya yang tengah bermain dengan gembira. setela puas melihat - lihat Naruto memilih duduk di samping ibunya.
"Jadi dimana dia sekarang?" Tanya Minato langsung pada intinya.
"Baiklah, tunggu sebentar. Mori tolong panggilkan dia!" Perintahnya. "Baik" Wanita yang disuruhnya langsung berjalan keluar ruangan untuk membawa dia, selang beberapa menit akhirnya suara ketukan pintu terdengar membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Masuk!"
"Permisi.." Wanita yang bernama Mori itu kini memasuki ruangan dengan sesosok yang kini tengah bersembunyi di balik tubunya. Kushina yang melihatnya langsung tersenyum manis melihat sosok itu, sedangkan Naruto menyeringit kesal karena tidak bisa melihat sosok anak itu.
"Hinata Chan kemarilah!" Panggil Kushina dengan lembut. Minato tersenyum lembut melihat Hinata kecil yang terlihat takut - takut.
"Dia memang seperti itu, jika bertemu orang asing" Kata wanita ketua pengurus.
"Hinata chan! jangan takut kami ini orang baik" Ujar Minato berjalan mendekati Hinata. Dengan lembut ia genggam pergelangan kecil Hinata, walau pergerakan Hinata sedikit kaku. Hinata tetap mengikuti Minato untuk duduk diantara ia dan Kushina, "Wah, imutnya!" Ujar Kushina kegirangan. "Hinata chan..perkenalkan aku uzumaki kushina" Lanjut Kushina.
"Namaku Hyuuga Hinata!" Ia menundukan kepalanya sebagai tanda persalaman.
"Oii... Kita bertemu lagi nih?" Ujar Naruto melambai - lambaikan tangannya dengan girang ke arah Hinata.
"Jadi sifat aslinya seperti ini?" Gumam Hinata dalam hati.
"Salam kenal, namaku Uzumaki Naruto. Panggil saja aku Naruto.." Kata Naruto dengan ramah tak luput juga dengan senyuman khasnya.
"Hinata chan.. mulai saat ini kau akan ikut dengan keluarga baru mu! Jadi jangan menyendiri lagi, karena sekarang kau sudah punya Otousan dan Okasan yang baru" Kata wanita itu sambil mengelus rambut Hinata yang halus. Hinata diam seribu bahasa tidak ikut campur dalam percakapan itu.
Setelah memberi salam perpisahan dengan beberapa orang panti asuhan kini Hinata telah dibawa mobil keluarga Uzumaki. Sebenarnya semenjak kecelakaan itu Hinata merasa takut menaiki mobil, pasti tubuhnya akan gemetar dan berkeringat dingin. Naruto yang sedari tadi tidak dapat melepas pandangnnya pada Hinata memilih untuk mencoba mengajaknya bicara.
"Maaf.. kamu baik - baik saja?" tanya Naruto khawatir melihat banyak keringat membasahi tubuh Hinata. "Apa, kamu mabuk kendaraan?" tanya Naruto lagi tapi tidak ada jawaban apapun yang keluar dari bibir mungil Hinata.
"Okasa~~" Panggilan Naruto tiba - tiba terhenti ketika ia merasakan sebuah genggaman pelan di jemarinya, Hinata menggenggam jari jemari Naruto pelan, tangannya bergemetar dan basah, bibirnya terlihat pucat.
Naruto tak dapat berbuat apa - apa! ia membalas genggaman Hinata dengan lembut, "Tenanglah, ini tidak akan bertahan lama. Rumah kami sebentar lagi akan terlihat" ucap Naruto, sementara Hinata berusaha menahan pusing dikepalanya kini.
Selang beberapa menit, mobil itupun sudah terparkir di halaman rumah yang sangat besar. Dua pelayan pria membuka kan pintu untuk mereka, minato dan kushina berjalan masuk duluan sedangkan hinata masih terdiam di tempat, Naruto yang sadar Hinata masih belum bergerak dari tempatnya memilih untuk mengajaknya masuk
"Kenapa masih berdiri di luar, ayo masuk.." Seru Naruto menarik pergelangan tangan Hinata untuk memasuki rumahnya.
"Hinata chan sekarang sudah menjadi tanggung jawab kami sekaligus bagian dari keluarga kami. Kalau begitu, Hinata chan jangan sungkan lagi kalau minta apa - apa ya!" Seru Kushina.
"Baik, mohon bantuannya!"
Hinata menatap ke sekeliling ruang tamu, ia berjalan - jalan menjelajahi ruangan tersebut, banyak sekali foto keluarga disana, foto disaat Minakushi menikah, Saat Naruto masih bayi, saat mereka berliburan bersama, merayakan hari ulang tahun dan lainnya. Mereka terlihat seperti keluarga yang bahagia, sungguh beruntung.
Hinata menatap sendu foto yang kini tengah ia pandang, terlihat di gambar itu Naruto dan keluarga besarnya tersenyum bahagia. Seandainya dia bisa berada di posisi Naruto mungkin, dia juga akan merasakan kebahagian yang selama ini selalu ia cari. Tapi itu hanya sebuah mimpi, bukan?
"Hinata chan!" Panggil seseorang mengagetkan Hinata dari lamunanya, "Ayo, kita main!" Ajak anak itu yang tak lain adalah Naruto.
"Main apa?" tanya Hinata bingung.
"Kita main Oni-Gokko, kita tentukan siapa yang jadi setannya dengan suit bagaimana?" seru Naruto bersemangat, dan setelah melakukan suit Hinata lah yang menang.
"Aku jadi setannya, kalau begitu setelah aku 1 sampai 10 hinata chan sudah harus bersembunyi, mengerti. Sekarang kita mulai... 1..2.." setelah mendengar instruksi dari Naruto, Hinata pergi berlari untuk mencari tempat persembunyiannya.
"5...6..." Entah sekarang Hinata tengah berlari ke arah mana, karena rumah ini terlalu besar untuk di jadikan tempat persembunyian, apalagi banyak pintu yang terkunci di lorong - lorong.
"9...10... sudah siap? aku akan menemukanmu" seru Naruto bergegas mencari Hinata.
Sedangkan kini Hinata tengah berusaha menemukan tempat persembunyian yang tepat dan..
"Itu dia!" Pikir Hinata senang, menemukan sebuah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka, tanpa berlama - lama ia berlari memasuki kamar itu lalu menutu pintunya.
Hinata terdiam sebentar untuk mengatur nafasnya, tapi suara langkah kaki Naruto yang sedang berlari terdengar samar di kamar itu. Sepertinya Naruto tengah berlari ke arah sini.
"Bagaimana ini, jantungku jadi tak berdetak karuan.. padahal cuman permainan. Tapi kenapa aku jadi ikut terbawa suasana?" Ucap Hinata pada dirinya sendiri. Hinata melihat sekeliling ruangan untuk mencari tempat yang aman. Sepertinya bersembunyi di bawah tempat tidur tidak buruk juga? pikir Hinata.
Dug.. Dug.. Suara langkah kaki Naruto sudah terdengar semakin jelas. Sudah tidak ada lagi waktu untuk berfikir Hinata harus bersembunyi.
KRIETT!
Pintu kamar sudah terbuka dan menampakkan kaki kecil Naruto yang memasuki kamar tersebut. Hinata yang kini tengah berada di bawah kasur menahan nafasnya agar tak ketahuan. Hinata masih diam mengamati gerakan kaki Naruto yang berjalan kesana - kemari mencari dirinya. Naruto berjalan ke arah pintu, mungkin ia sudah menyerah mencari Hinata disini, tapi kenapa dia menutup pintunya dan tidak keluar kamar.
Cklek!
Tiba - tiba lampu kamar dimatikan, ruangan terlihat gelap tanpa penerangan. Hinata bingung kenapa Naruto mematikan lampunya? dan kenapa suasananya jadi menyeramkan seperti ini. Hinata merangkak pelan untuk melihat apa yang sedang dilakukan Naruto, tapi sia - sia saja karena ia tidak bisa melihat apa-apa? suasannya sangat sunyi dan senyap seperti tidak ada orang saja. Hinata masih berusaha untuk melihat sampai..
"Aku menemukanmu!" Ujar seseorang dengan nada menakutkan tepat di hadapan Hinata.
Duk!
"Ouch.." Hinata mengusap pelan keningnya akibat terbentur kayu penyangga kasur.
Cklek!
Lampu kamar kembali menyala, Hinata merangkak keluar dari tempat persembunyiannya dan mendapati Naruto yang kini tengah menahan tawanya.
"Kenapa kau cepat sekali menemukan ku? menyebalkan" dengus Hinata kesal.
"Haha Hmph.. Habis kau mudah sekali untuk ditemukan!" sahut Naruto yang masih berusaha menahan tawanya. Hinata berjalan ke arah pintu dengan wajah kesal.
"Aku ingin tidur, sudah malam besok pagi saja kita lanjutkan.." seru Hinata membuka kenop pintu, tapi tangannya ditahan oleh Naruto.
"Kau mau kemana? Kamar mu disini tau" Ujar Naruto mengejek.
"Eh.. bukannya ini kamarmu?" tanya Hinata bingung.
"Iya, ini kamar aku dan kamu" Jawab Naruto enteng. Hinata masih diam mencerna kata - kata Naruto."Ayo kita tidur bersama" lanjut Naruto menarik Hinata.
"APA!" teriak Hinata setelah sadar, "Kenapa kita harus tidur bersama?" tanya Hinata terkejut dan akhirnya Naruto berhenti menarik baju Hinata.
"Hehehe... tidak apa - apakan, aku ingin tidur bersamamu, Maukan!" Ucap Naruto membuat wajah Hinata merona hebat.
"Tidak boleh.." Hinata menggelengkan kepalanya menolak. Apa yang dia pikirkan? Bodoh, Bodoh.
"Ayolah, kalau ada yang menemaniku tidur aku akan tidur dengan nyenyak. Lagi pula sekarang kita bersaudara.. mau ya?" Ucap Naruto memohon dengan mata berbinar - binar, Hinata mengalihkan pandangannya menolak tapi Naruto tetap tak mau menyerah dan akhirnya Hinata sepertinya harus mengalah kali ini.
"Baiklah.."
"YEI!" Teriak Naruto ke senangan.
.
.
~oOoOoOo~
.
.
Pagi hari Hinata sudah terbangun oleh hawa dingin, karena semalam jendela kamar tak tertutup, ia melihat jam masih pukul 5 pagi. Hinata meregangkan tubuhnya ia masih memikirkan apa ini mimpi atau bukan 'ku kira ini mimpi hahh sebaiknya aku bergegas mandi. ia menoleh kesamping dan mendapati wajah Naruto sangat dekat dengan wajahnya, bahkan deru nafas Naruto terasa nyata saat mengenai wajahnya. Seketika muka Hinata memerah, Tanpa berlama - lama ia beranjak dari tempat tidur.
Tak berapa lama, Hinata yang telah menyelesaikan ritual mandi paginya, dan bergabung bersama keluarga barunya untuk sarapan bersama. Tanpa sengaja matanya bertatapan dengan mata Naruto, hal itu membuat wajahnya merah dan segera saling memalingkan muka.
"Ohayou, Hinata chan ? Bergabunglah bersama kami? Apa kamu baik – baik saja?"tanya Minato yang heran melihat wajah Hinata yang memerah.
"Ohayou, itu bukan apa-apa Minato-san, saya baik – baik saja!" Jawab Hinata yang kini sudah duduk di samping Naruto.
"Ohayou, Hinata chan.!" sapa Naruto dengan semangatnya.
"Ohayou, Naruto" Balas Hinata.
"Heeh.. Naruto cepat habiskan sarpanmu nanti kamu terlambat lagi?" Seru Kushina mengingatkan. "Oh, iya Hinata chan.. mulai hari ini akan sekolah bersama Naru Chan. Okasan sudah mengurus surat kepindahanmu, jadi mulai sekarang Hinata chan sudah bisa sekolah lagi.." Lanjut Kushina memberi kabar gembira.
"Bagaimana Hinata chan, Apa kamu senang?"ujar Kushina sambil tersenyum manis.
"Hmm" Hinata mengangguk senang.
"Wa...Wa Kaa-san! Berarti nanti Hinata chan satu sekolah dong dengan Naru!"kata Naruto girang. "Yeiii... Hina-chan kita satu sekolah.. satu sekolah" teriak Naruto kegirangan sambil memukul piringnya seperti drum
"Hei.. Naruto jangan buat kegaduahan pagi-pagi" seru Minato melihat Naruto yang masih tidak berhenti.
.
.
~oOoOoOo~
.
.
"Selamat pagi!" sapa Iruka.
"Selamat pagi Sensei.." semua secara bersamaan dan menjawab panggilan Senseinya dengan lemas.
"Nah hari ini, Kalian akan memilki satu lagi teman baru di kelas!" Ucapan Senseinya itu segera membuat kelas sedikit ribut,
"Silakan perkenalkan dirimu." Ujar Iruka-sensei dan mempersilahkan agar murid itu memperkenalkan dirinya.
"Baik." Gadis itu segera maju ke depan kelas dan berdiri disana.
"Salam kenal semuanya, perkenalkan namaku Hinata. Mulai hari ini aku akan sekelas dengan kalian semua. Mohon bantuannya!" Ujar Hinata, dan tentu saja diiringi dengan sorak-sorak semua murid.
"Baiklah, Kalau begitu Hinata. Kau sudah boleh duduk di samping..." Iruka-sensei mencari-cari tempat duduk yang kosong, sampai pandangan matanya tertuju pada..
"Ah! Sakura. Kau duduk disamping gadis itu." Ujar Iruka seraya menunjuk ke arah gadis dengan rambut yang terlihat mencolok.
"Baik!" Hinata kini duduk bersampingan dengan Sakura.
"Hai, namaku Haruno Sakura, senang berkenalan denganmu!" salam Sakura ramah.
"Hinata… Hyuuga Hinata" balas Hinata.
.
.
~SKIP TIME~
.
.
Hari sudah semakin siang. Bel sekolah sudah berbunyi tanda pelajaran sekolah selesai. Para siswa dan siswi pun segera keluar dari ruang kelas dan halaman sekolah untuk pulang ke rumah masing-masing.
Seorang siswi berambut ungu sepinggang sedang berjalan pelan. Si mata lavender itu menyusuri lantai koridor sendirian, tanpa teman atau pasangan seperti kebanyakan teman-temannya.
Namun…
Drap drap drap
"Hinataaa!" teriak seseorang sambil berlari di koridor.
"?" Siswi—yang telah diketahui—bernama Hinata itu pun menoleh ke belakang, melihat siapa yang memanggilnya. "Naruto! ?" Gumam Hinata terkejut.
Sreeet…
Siswa yang memanggil Hinata itu pun menghentikan larinya dan membuat suara seretan sepatu di lantai.
"Hah… Hah…" Nafas 'Naruto' masih belum bisa diaturnya dengan baik. "Kenapa kau meninggalkan ku?" Tanyanya. "Dari tadi aku menunggumu didepan kelas, tapi kau malah sudah keluar duluan.. Harusnya kau menunggu ku dikelas tadi" tuntut Naruto.
Deg!
"Hm! Baiklah!"
"Ayo, kita pulang bersama!" ajak Naruto tak sabaran.
Langsung saja, Naruto dan Hinata pun berjalan bersama menyusuri koridor menuju halaman sekolah untuk pulang ke rumah bersama-sama.
.
.
~oOoOoOo~
.
.
Saat perjalanan pulang, Naruto tampak asik berbicara dengan Hinata, walau sebenarnya Hinata sama sekali tidak memperhatikannya yang sedari tadi mengoceh membicarakan pasal dirinya sendiri. Hinata tidak begitu peduli, ia merasa ada beberapa perihal yang tidak boleh ia lakukan atau nanti dia akan menyesal
"Besok lusa, Hinata chan juga ikut ya!" teriak Naruto girang mengejutkan Hinata dari lamunanya.
"Eh, Apa?" Ujar Hinata bingung.
"Festival Hanabi?" seru Naruto.
"Aku nggak ikut!" Jawab Hinata pendek.
"Pokoknya kamu harus ikut!" Ujar Paksa Naruto sambil merangkul pundak Hinata erat.
"Aku nggak tertarik!" balas Hinata.
"Kalau dicoba mungkin kamu akan tertarik.. Mau ya… ya.." tuntut Naruto mendesak Hinata.
"Iya.." Gumam Hinata yang akhirnya menyerah.
~Prov Hina~
Mungkin saja! Karena itulah aku tidak suka. Sebenarnya bukan tidak tertarik.. aku tidak mau jadi tertarik. Aku nggak suka bergantung dengan orang lain karena aku tidak ingin lagi mempercayai dan membuat ikatan dengan orang lain.
Tapi kenapa dia bersusah payah untuk berhubungan dengan orang lain, padahal kalau berhubungan semakin dalam dengan orang lain, luka yang diderita akan jauh lebih besar. Naruto, dia pasti tidak takut pada hal seperti itu.
"Hinata chan, jangan mengacuhkan ku?"
"Jangan pedulikan aku."
"Aku ada disini, jadi jangan berpikir kalau aku nggak melihatmu.. lagipula kita ini kan teman?"
Teman…
Kenapa dia percaya diri sekali?
Saat kami bertemu pertama kali dia bukan orang yang seceria ini. Tapi kenapa sekarang dia terlihat sangat gembira. Tapi Naruto bilang 'Sampai Jumpa' benar – benar muncul kembali di hadapanku. "AKU DISINI LOH.."
Tapi aku tak pernah memperhatikan sosok lelaki sebelumnya. Tak pernah ada kata 'Teman' didalam kamusku. Yang aku lakukan selama ini hanyalah mencoba untuk menutup diri. Tak pernah berpikir soal teman.
Namun kini berbeda. Baru pertama kali seumur hidupku, aku melihat seorang lelaki sampai detail seperti ini. Saat mataku bertemu pandang dengan lelaki pemilik iris Sapphire Blue itu, ada sesuatu yang membuat jantung ku berdegup lebih cepat dari biasanya. Peraasan yang menggelitiki hatiku begitu saja. Sesuatu hal yang membuat aku harus menjauhinya.
Tempat dimana seseorang seharusnya berada adalah diantara orang lain, hari – hari dimana aku berjalan seorang diri tanpa siapa pun seperti angkasa tak berbintang, dilangit mendung seperti ini ada sebuah cahaya bersinar cemerlang tapi aku tidak boleh, aku tidak boleh menyadari keberadaan cahaya itu.
Jangan masuk ke dalam hidupku lebih jauh lagi. kalau pada akhirnya cahaya itu akan menghilang lagi. lebih baik aku pura – pura tidak menyadarinya keberadaannya.
Aku tidak boleh jatuh hati padanya.
.
.
TBC
.
.
Author: Konichiwa… mina-san. Ini Fic pertamaku, jadi kalo banyak kekurangan tolong dimaklumin ya. Cerita ini terinspirasi dari beberapa film yang pernah aku tonton. aku sangat senang kepada para pembaca yang meluangkan waktunya untuk membaca fic abal ini hehehe.. .. sampai jumpa di chapter selanjutnya..
Tolong tinggalkan juga REVIEWnya.
