IT WAS A DARK AND STORMY NIGHT

A/N: Hi ! Cerita ini saya buat ketika saya sedang mengikuti tes IELTS di sekolah. Saat itu, Saya harus membuat essay yang isinya harus mencakup kategori tertentu. Saya, memutuskan untuk mengambil kategori 'It Was a Dark and Stormy Night' sebagai cerita Saya. Cerita ini Saya buat dalam 2 versi, yaitu, versi Bahasa Indonesia dan Inggris. Tetapi, untuk versi Bahasa Inggris, akan saya buat berdasarkan banyaknya review dari cerita ini. Selamat menikmati dan jangan lupa REVIEW..!

CHAPTER I

Dia adalah seorang yang ceria, ramah, murah senyum rendah hati, dan menyenangkan. Dia juga dikenal karena dia adalah anak yang pintar dan bersemangat. Banyak orang yang mengira hidupnya sempurna. Ya, dia memang memiliki hidup yang sempurna. Dia berasal dari kelurga mapan. Ayahnya adalah seorang pebisnis sukses dan Ibunya dulu adalah seorang model papan atas. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak laki-lakinya, Sano, adalah pemain basket terkenal dan juga seorang yang cerdas. Sementara adik kembarnya, adalah versi lain darinya. Yang membedakan mereka adalah sifat dan penampilan mereka.

Sakura Haruno, remaja 17 tahun dengan rambut lurus berwarna pink yang panjangnya mencapai leher, bisa dibilang adalah tiruan ibunya. Sama seperti adik kembarnya yang bernama Kayako. Kayako dan Sakura adalah kembar identik. Yang bisa membedakan mereka adalah warna rambut mereka. Warna rambut Sakura, sama persis seperti ibunya, pink. Sementara rambut Kayako berwarna pink yang lebih tua sehinga terkadang terlihat seperti warna merah. Sementara Sano, ia bisa dibilang mirip dengan ayahnya. Ia memiliki tubuh yang tinggi dan rambut berwarna merah seperti darah. Sama seperti sang ayah. Hanya saja, Sano memiliki mata yang sama dengan kedua adik perempuannya.

"Pagi Yah! Pagi Bu!" seru Sakura dengan ceria ketika ia turun memasuki ruang makan bersama dengan adik kembarnya Kayako.

"Pagi Yah. Pagi Bu." Kayako menyapa kedua orang tuanya dengan sedikit malas. Maklum, berbeda dengan kakak kembarnya, Sakura, Kayako bukan orang yang suka bengun di pagi hari. Ia lebih suka bermalas-malasan di kamarnya hingga menjelang siang.

"Lho, dimana kakakmu?" Tanya sang Ibu kepada kedua anaknya sambil menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga. Semenjak kelahiran putra pertamanya, Sano, Ibu telah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang model.

"Emm, Aku tidak tahu Bu. Mungkin dia belum selesai bersiap-siap." Jawab Kayako sambil bersiap-siap menyantap sarapannya. Tetapi sebelum makanan itu masuk ke dalam mulutnya, suara Ayah segera menghentikannya.

"Kayako, jangan makan sebelum semuanya berkumpul di meja makan. Tunggu kakakmu dulu. Bagaimana kalau kamu panggil dulu kakakmu?"

"Ah, tidak perlu Yah. Biar aku saja. Kebetulan, ada bukuku yang tertinggal di kamar." Seru Sakura sebelum berdiri dari tempatnya dan keluar dari ruang makan menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, Ia segera menuju meja belajarnya yang terletak di dekat tempat tidurnya. Ia memandangi barang-barangnya yang tersusun dengan rapi di mejanya, sampai pandangannya terhenti pada sebuah kotak berwarna pink yang didalamnya berisi sebuah buku diary dengan warna yang sama. Ia meraih kotak itu dan membukanya sambil tersenyum. Didalamnya, terdapat sebuah foto yang disekelilingnya terdapat gambar hati. Diatas foto itu, tertulis "09.10.08". Difoto itu, Sakura bersama seorang lelaki yang memakai seragam basket dengan nomor 3 berdiri disebelahnya. Tangan kanan laki-laki itu melingkar di pinggangnya. Mereka berdua tersenyum bahagia layaknya sepasang kekasih. Senyum diwajahnya makin lebar ketika ia sedang mengenang hari itu. Hari dimana Sakura dan kekasihnya—

"Sakura," Seseorang berbisik padanya dari belakang, napas hangat yang keluar dari bibir orang itu menggelitik tengkuk Sakura.

Tiba-tiba ia merasakan sepasang lengan yang kuat melingkar di pinggangnya. Dan bersamaan dengan itu, tubuhnya ditarik hingga punggungya berhimpit dengan dada yang bidang dan terasa hangat. Ia tersenyum dan menyandarkan badannya pada orang yang berdiri di belakangnya itu.

"Sano… ada apa?" Tanya gadis itu dengan halus. Senyumnya semakin lebar ketika laki-laki itu mempererat pelukannya. Mengubur Sakura dalam dekapan yang dalam dan penuh perasaan.

"Aku datang untuk melihatmu." Balasnya dengan lembut. Ia menyandarkan kepalanya di rambut Sakura sambil menikmati aroma harum yang menguar dari rambut adiknya itu. Strawberry. Aroma yang paling ia sukai.

Sakura tertawa pelan. Itulah hal yang sangat disukainya dari Sano. Kakak laki-lakinya, sekaligus pacarnya.

Kenapa?

Ya. Mereka tahu hal ini salah. Hal ini seharusnya tidak terjadi. Tidak boleh terjadi. Mereka adalah saudara. Saudara kandung. Akan tetapi apa boleh buat. Mereka tidak sanggup membohongi perasaan mereka sendiri.

Sano sangat menyayangi kedua adik perempuannya. Sangat. Ia bahkan rela melakukan apapun demi kedua adiknya itu. Ia begitu gembira ketika melihat kedua adiknya tersenyum dan tertawa bahagia. Dan ia juga akan merasa sedih jika mereka sedang bersedih. Tidak heran, ia bahkan pernah berkelahi dengan seorang laki-laki karena sudah mengganggu Sakura dan membuat Kayako, yang tadinya ingin menolong Sakura, jadi terluka. Ia rela melakukan apapun demi kedua adiknya itu. Apapun.

Disisi lain, Sakura juga merasakan hal yang sama. Ia sangat peduli dengan kedua saudaranya itu. Ia pun rela berkorban demi mereka. Walaupun dia tidak berani melawan seorang laki-laki seperti Sano dan Kayako dan hanya bisa melihat punggung mereka, ia tetap berusaha membahagiakan mereka dengan caranya sendiri. Ia adalah pilihan terbaik jika mereka butuh orang yang bisa meringankan beban mereka ketika mereka sedang ada masalah. Ia akan selalu membantu mereka dengan segala yang ia miliki.

Namun, selain rasa sayang, peduli, dan perhatian yang sangat besar antar saudara, ada perasaan lain yang tumbuh diantara Sano dan Sakura seiring dengan berjalannya waktu. Pada awalnya, mereka sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengubur dalam-dalam perasaan itu. Tapi itu semua sia-sia. Sekeras apapun usaha mereka, sekuat apapun mereka mencoba melupakan perasaan itu, hasilnya sama saja. Malah, terjadi sebaliknya. Semakin kuat mereka mencobanya, perasaan itu tumbuh makin dalam.

Dan akhirnya mereka menyerah.

Disisi lain, Kayako mengetahui hal ini. Ia pun merasa bingung sekaligus bersalah dengan apa yang terjadi diantara kedua kakaknya itu. Ia merasa bersalah karena ia juga tahu dengan sangat baik bahwa apa yang terjadi itu salah. Tapi, ia bingung. Apa yang harus ia lakukan dalam keadaan seperti ini?

Berulang kali Kayako melihat Sakura mengurung diri di kamarnya dan menangis tersedu-sedu karena patah hati. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan untuk meringankan hati kakak kembarnya itu.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx FLASH BACK xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Kayako sedang berjalan menuju kamarnya. Ketika ia melewati kamar Sakura, ia segera berhenti. Ia melangkah mendekati pintu kamar Sakura, dan menempelkan telinganya untuk bisa mendengar lebih jelas.

'Menangis. Sakura sedang menangis lagi. Dan itu semua adalah akibat dari perbuatan laki-laki kurang ajar itu. Si brengsek Sasuke.'

Tenggang waktu diantara proses perkenalan Sakura dan Sasuke sampai mereka resmi berpacaran adalah 1 minggu. Awalnya, Kayako dan Sano kurang menetujui hal itu. Mengingat mereka belum terlalu mengenal satu sama lain, dan takut jika pada akhirnya Sakura menyesal. Tapi Sakura bersikeras dan meyakinkan mereka bahwa Sasuke adalah orang yang tepat baginya. Melihat Sakura dan keyakinannya terhadap perasaannya akhirnya membuat Sano dan Kayako mau tidak mau menyetujui hubungan mereka.

Pada awalnya, hubungan mereka berjalan dengan baik. Sasuke juga dapat membuktikan pada Sano dan Kayako bahwa penilaian mereka tentang dirinya pada awalnya adalah salah. Sano dan Kayako pun merasa bersalah dan meminta maaf pada Sasuke.

Sampai suatu ketika, Kayako mendengar dari Sakura bahwa ia tidak mendapat kabar apapun dari Sasuke selama hampir satu bulan terakhir. Dengan mengetahui fakta bahwa Sasuke bergabung dalam sebuah band, Kayako meyakinkan Sakura bahwa, mungkin dia sibuk dengan bandnya. Walau begitu, ia merasa kesal pada Sasuke.

Beberapa hari setelah pembicaraan mereka, Sakura kembali terlihat ceria dan mendatangi Kayako.

"Kayako, ternyata kamu benar."

"Maksudmu?" jawabnya singkat.

"Tentang Sasuke. Ternyata dia memang disibukkan dengan bandnya. Dia juga sudah minta maaf padaku tadi."

"Baguslah kalau begitu" balasnya dengan tersenyum. 'Dan jangan pernah menangis lagi.' Tambahnya dalam hati.

Walaupun terkesan cuek dan jahil pada Sakura, Kayako sangat menyayanginya. Hal itu terbukti saat ia melihat Sakura sedang diganggu oleh seorang lelaki, ia segera datang dan menolong Sakura walaupun akhirnya ia sedikit terluka dan akhirnya ditolong oleh Sano. Kayako berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melindungi Sakura. Dan hal yang paling dibenci Kayako adalah melihat Sakura menangis.

Dan sekarang ia berdiri di depan pintu kamar Sakura untuk mendengar kakak kembarnya itu menangis. Lagi. Dengan perlahan, Kayako membuka pintu kamar Sakura untuk melihatnya.

Sakura duduk di atas tempat tidur dengan memeluk bantalnya. Ia menangis tersedu-sedu dalam kegelapan kamar itu. Kayako berjalan menghampiri Sakura dan duduk disebelah kakak kembatnya itu.

"Sakura, apa yang terjadi?"

"Sasuke tidak memberi kabar apapun padaku. Selama hampir 4 bulan. Dan tadi, teman baikku menelepon dan ia memberitahuku bahwa dia berbicara dengan seorang wanita yang mengaku sebagai pacarnya." Jawab Sakura sambil menangis.

Melihat dan mendengar Sakura, membuat Kayako menjadi marah.

"Maksudmu, dia punya pacar lain?"

"Aku tidak tahu. Itu belum tentu benar."

"Sakura, lupakan dia. Dia tidak pantas untukmu."

"Tidak. Aku tidak bisa."

"Sakura, kau harus! Kali ini, dia sudah keterlaluan!"

Sakura tidak menjawab. Dia tahu kalau Kayako benar. Kali ini dia sudah keterlaluan. Tapi dia tetap tidak bisa. Dia tidak bisa melupakan Sasuke begitu saja. Dia sudah terlanjur sangat mencintainya.

"Dengar, jangan salahkan aku atau Sano, jika suatu hari kau melihat atau mendengarnya terluka." Dengan itu lalu Kayako keluar kamar Sakura menuju ke kamarnya sendiri.

Kayako baru menyelesaikan latihan basketnya dan sedang duduk di pinggir lapangan. Sakura yang sudah melihat latihan Kayako drai tadi memutuskan mendatangi adiknya itu untuk membicarakan Sasuke.

"Kayako."

"Hmm?"

"Kita perlu bicara. Ini tentang Sasuke. Kumohon jangan beritahu Sano dan jangan lakukan apapun padanya. Aku ingin memberinya kesempatan terakhir."

"Sakura, tidak ada kesempatan lagi untuk orang seperti dia. Lihat, ini sudah hampir 8 bulan ! Apa lagi yang masih kau harapkan dari orang seperti dia?! Hah?!!"

Sakura diam. Dia tahu Kayako memang benar. TApi dia masih ingin memberinya kesempatan. Satu kesempatan lagi.

"Kumohon Kayako. 4 bulan lagi dan semuanya berakhir. Kumohon jangan sakiti dia. Aku tidak suka hal itu."

"Baiklah. 4 bulan. Kau beruntung karena aku dan Sano tidak mengetahui tempat tinggalnya hingga sampai sekarang dia masih hidup dengan tenang. Ayo, sekarang kita pulang."

"Baiklah. Terima kasih…"

Setelah itu mereka berjalan dalam diam kerumah. Dan selama 4 bulan, masih juga tidak ada kabar dari Sasuke Uchiha. Laki-laki rendah yang paling dibenci oleh Haruno bersaudara.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx END OF FLASHBACK Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Sekarang, Sakura bahagia. Sakura kembali menemukan kebahagiaannya bersama dengan Sano. Kakak kandung mereka. Tapi Kayako tidak bisa berbuat apa-apa. Dia senang dengan kebahagiaan keduannya, juga bersalah dengan kebersamaan keduanya.

"Nah, itu dia. Sano, Sakura, ayo duduk. Kita sarapan dulu sebelum berangkat." Kata ayah ketika melihat kedua anaknya memasuki ruang makan.

"Iya Ayah." Kata keduanya bersamaan. Mereka pun segera memulai sarapan mereka. Setelah kira-kira setengah jam kemudian, mereka selesai sarapan dan berangkat untuk menjalani aktifitas masing-masing dengan senyum diwajah mereka.

A/N: Naah, sekian dulu untuk chapter 1. Oh iya, thx buat Ruth yang udah bantuin saya edit cerita ini. Chapter duanya bakalan dipost secepat mungkin. Oh iya, untuk Sano, waktu mikirin karakter ini, saya ngebuat penampilan dia ga jauh-jauh dari imagenya Gaara. Jangan lupa, REVIEW, thx !