SEDUCTION
Naruto © Masashi Kishimoto
Seduction © AssX a.k.a Akaneko
Warning : hard yaoi, lemon, mature, OOC, AU, PWP, typo(s). Keep up this warning! Don't like please don't read!
Sequel from "Say My Name, Please"
Inspired from Togainu no Chi doujinshi
l\_/l
(^_^)
HAPPY SASUNARU DAY
l\_/l
(^_^)
Seharusnya malam adalah sebuah suasana hening yang menenangkan setiap manusia ketika mereka beristirahat dari kegiatan sehari-harinya. Mengantarkan mereka ke alam mimpi yang siap membuai dalam indahnya. Menghapus semua penat dan rasa lelah yang melingkupi. Tapi tidak untuk sepasang pemuda yang tengah bercinta di kamar mereka di rumah mewah itu.
"Uaaaahhh… Aaahh… Sasuke… Sasu… Nghh…"
"Hhh… Naruto…"
Sepasang pemuda tengah menikmati indahnnya malam dengan berselimutkan rasa kenikmatan duniawi. Seorang pemuda berambut pirang berada di atas tubuh pemuda berambut raven, mereka adalah Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke. Kedua tangan tan itu dicengkram dengan kedua tangan putih pucat milik Sasuke di kedua sisinya, dengan tubuh Naruto yang membelakanginya. Posisi yang memudahkan Sasuke untuk menikmati setiap mili liang kenikmatan yang 'memeluk' erat kejantanannya. Erangan mereka memenuhi setiap sudut ruangan yang sepi.
"Sa-Sasuke… more… mo-more… aaaahh…"
"Nghh… I'll give you more until you satisfied, Dobe," balas Sasuke.
Lalu tangan putih itu menarik Naruto hingga terjatuh ke sampingnya. Dinaikkannya kedua kaki Naruto ke atas pundaknya yang lebar. Mata hitamnya berkilat memandang tubuh di bawahnya dengan penuh lapar. Tak sabar untuk kembali menghantam tubuh penuh nikmat itu dengan miliknya. Kedua ibu jarinya menarik lubang Naruto ke kedua sisinya, memperlihatkan cairan miliknya yang masih berada di dalam menetes keluar secara perlahan.
"Are you ready, Dobe?" bisiknya menggoda di telinga sang kekasih.
"Aaaaaaaahhhh…"
Teriakannya memenuhi ruangan kamar mereka ketika kejantanan Sasuke menerobos masuk ke dalam dirinya. Rasa nikmat yang mendadak itu berubah menjadi lebih intens dalam gerakannya. Terus menerus membenturkan milik Sasuke jauh ke dalam prostat Naruto seolah ingin menghancurkannya. Memberikan kenikmatan yang selalu mereka rasakan dan tak akan pernah bosan akan semua itu. Rasa nikmat hanya untuk mereka berdua saja.
"Sasu… Sasuke… aaahh… ah… ah… nghh… su-sudah tidak… hmph-"
Erangannya terputus oleh bibir dingin itu.
"Lakukanlah, Naruto… hhh… Keluarkan semuanya…"
"Ti-tidaaak… Tidak… unghh… hiii… Sasukeeeeee~~…"
Tubuh mungil itu mengejang sesaat dan gemetaran. Cairan putih yang berkilauan menyirami tubuhnya yang telah dibanjiri oleh peluh ketika kenikmatan menguasai setiap mili tubuhnya. Membuat tubuhnya berkontraksi dengan kejantanan Sasuke hingga menghimpitnya begitu erat. Dan cairan putih lainnya memenuhi rongga tubuh bawahnya yang juga merupakan tempat pemuas hasrat Sasuke.
"Naruto… tch… nghh…"
"Aaaaahhh… aaahh… ah… uuuuhh… Sasuke… Sasu…"
Tubuh kekar itu tetap dalam posisinya, mencoba menikmati masa klimaksnya dengan tenang di dalam tubuh kekasihnya. Dan perlahan mulai menarik dirinya dari lubang kenikmatan itu. Melihat cairan miliknya yang perlahan keluar dari lubang Naruto membuatnya ingin melanjutkan ronde ketiga. Tapi tidak, terima kasih. Dia masih ingat akan pekerjaannya sebagai seorang Komandan Militer Negara esok hari, dan melihat kondisi kekasihnya, dia tak ingin memaksakan kehendak. Tubuh berkulit tan itu sudah hampir mencapai batasnya untuk malam ini.
"Sasu… Sasuke… That was… ama~zing… hah… hah…"
"Hnh… You too, Dobe. Kau sangat hebat malam ini."
Pemuda manis itu hanya tersenyum tersipu mendenarnya. Dibawanya tubuh mungil itu ke dalam pelukannya yang hangat. Lalu Sasuke menyelimuti tubuh mereka dengan selimut hingga sebatas dada. Memanjakan sang kekasih dalam buaian mimpi yang indah di dalam dekapannya berselimutkan langit malam yang cerah. Tubuh berkulit tan itu semakin beringsut di dalam dadanya. Dan Sasuke mengecup puncak kepala kekasihnya.
"Oyasumi, Naruto."
"Oyasumi, Sasuke…"
l\_/l
(^_^)
"Huuuhh… bosaaaaannn…" keluhnya dengan wajah yang cemberut.
Naruto memandang ke luar pemandangan dari jendela kamarnya dengan ekspresi bosan. Jelas saja dia merasa bosan karena tidak bisa kemana-mana dari rumah mewah milik Sasuke ini. Sudah satu minggu lamanya Sasuke pergi keluar dinas untuk mengurusi pekerjaannya sebagai Komandan Militer Negara. Sasuke memang tidak mengizinkan Naruto keluar dari lingkungan rumahnya itu tanpa Sasuke di sisinya. Tidak diizinkan walaupun banyak pengawal yang menjaganya.
"Sasuke menyebalkan," gerutunya kesal.
Bagi Naruto, dia merasa bosan bukan hanya tak bisa keluar dari lingkungan mewah itu, tapi juga dia bosan menanti kepulangan Sasuke yang menurutnya terlalu lama. Naruto merindukan Sasuke untuk berada di sisinya. Menemaninya bersama, memeluknya dengan dekapannya yang hangat, dan juga memanjakannya dengan permainan Sasuke yang sangat hebat hampir setiap malamnya.
"Uwaaaahh… aku maluuuu…" ujarnya sedikit histeris sendiri sambil menutup wajahnya dengan bantal sofa.
Malam sebelum Sasuke pergi dinas, Naruto berusaha sedikit lebih aktif dari biasanya. Dia ingin menunjukkan betapa dia akan sangat merindukan Sasuke jika tak berada bersamanya. Entah apakah Sasuke menyadarinya, tapi saat itu Naruto sungguh-sungguh menunjukkan semua perasaannya pada Sasuke. Dia memeluk bantal sofa itu dengan erat. Mencoba menekan perasaan rindunya pada sang kekasih.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu kamarnya.
"Masuk," sahutnya.
Seorang gadis berambut indigo dengan pakaian pelayan memasuki kamarnya sambil membawa seperangkat gelas teh menggunakan kereta dorong.
"Hinata."
"Naruto-sama, sudah waktunya minum teh siang," ujar si pelayan yang bernama Hinata seraya tersenyum.
Naruto tak menyahutnya. Dia hanya memandangi pelayannya dalam diam.
"Ini, silahkan teh Anda, Naruto-sama."
Mata safir Naruto memandang teh yang tersaji di depannya. Dia tak meresponnya. Sedangkan Hinata merasa heran dengan reaksi majikannya itu. Biasanya dia selalu berisik dan tak pernah diam. Selalu mengeluhkan mengenai pekerjaan Sasuke yang selalu meninggalkan dirinya begitu lama. Tapi entah kenapa kali ini banyak diam.
"Naruto-sama, Anda baik-baik saja?"
Pemuda pirang itu diam sesaat, lalu memandang ke dalam bola mata lavender milik pelayan pribadinya itu.
"Hinata, aku bosan jika terus seperti ini," ujarnya.
"Saya mengerti, Naruto-sama. Lalu, apa yang Anda inginkan?"
"Aku ingin Sasuke," rajuk Naruto.
Hinata diam sesaat tak merespon perkataan majikannya. Ekspresi wajahnya tampak ragu. Menyadari keheningan yang terjadi pada pelayan pribadinya, Naruto langsung menoleh pada Hinata.
"Ada apa? Kenapa kau diam?" tanya Naruto.
"Eh? A-anu… itu…" sahut Hinata gugup dan sedikit kaget.
'Bagaimana ini? Naruto-sama benar-benar ingin bertemu dengan Sasuke-sama. Tapi saat ini Beliau sedang sibuk. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus memberitahunya?' batin Hinata yang berkecamuk.
"Hinata?" panggil Naruto lagi.
"A-anu… Naruto-sama…" gugupnya.
"Ya?"
"Se-sebenarnya… Sasuke-sama sudah tiba sejak dua jam yang lalu… tapi…"
"Sungguh? Dimana? Dimana dia, Hinata? Aku ingin bertemu dengannya," ucap Naruto penuh semangat dengan mata yang berbinar sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Eh… itu… anu… Beliau berada di ruang kerjanya. Ta-tapi…"
"Kenapa kau tidak memberitahukannya padaku sejak tadi, Hinata? Kalau begitu aku akan ke sana."
"Tu-tunggu, Naruto-sama…" cegah Hinata. "Sasuke-sama melarang Naruto-sama untuk bertemu dengan Beliau saat ini karena katanya Beliau masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya."
"Kenapa? Aku hanya ingin bertemu dengannya sebentar saja, kok."
"Ti-tidak bisa, Naruto-sama. Beliau sudah memperingati saya seperti itu. Jika pekerjaannya terganggu, Beliau bisa menghukum saya. Karena itu, bersabarlah sedikit lagi hingga pekerjaan Sasuke-sama selesai, Naruto-sama," pinta Hinata masih berusaha mencegah Naruto.
"Tenang saja, Hinata. Itu bukan salahmu, karena aku sendiri yang ingin bertemu dengan Sasuke. Dia tak akan menghukummu," ucap Naruto sambil memperlihatkan cengiran khasnya.
Lalu dia langsung pergi meninggalkan kamarnya tanpa memperdulikan Hinata lagi. Melihat majikannya yang sudah tak bisa lagi dihentikan, Hinata hanya bisa berdoa dalam hatinya agar nyawanya selamat setelah ini. Dia mulai mengikuti majikannya yang mulai menyusul Tuan Besar-nya.
Saat di koridor menuju ruang kerja Sasuke, telah berdiri tangan kanan kepercayaannya, Letnan Hyuuga Neji.
"Ah, Letnan Hyuuga, apa Sasuke ada di dalam?" tanya Naruto begitu berdiri di hadapannya.
"Naruto-sama," Letnan berambut panjang itu menunduk hormat pada Naruto. "Ya, itu memang benar. Tapi saat ini Komandan sedang ada pertemuan dengan wakil dari Mayor Jendral. Beliau memerintahkan saya untuk tidak mengizinkan siapapun menemui Beliau saat ini."
Ekspresi Naruto langsung berubah cemberut mendengarnya. Pipinya yang kecoklatan dengan tiga garis tipis di setiap sisinya menggembung menandakan dia kesal.
"Kenapa sejak tadi kalian selalu melarangku untuk bertemu dengan Sasuke? Tidak kau ataupun Hinata," sungut Naruto.
"Na-Naruto-sama, bukannya saya melarang Anda untuk bertemu Sasuke-sama. Tapi saya hanya diperintahkan oleh Sasuke-sama berdasarkan apa yang dikatakan Neji-Nii tadi," ujar Hinata berusaha membujuk.
"Benar, Naruto-sama. Kami hanya menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Beliau," ucap Neji menambahkan. Berusaha sesopan mungkin pada kekasih sang Komandan.
"Terserah kalian. Pokoknya aku ingin bertemu dengan Sasuke sekarang juga!" seru Naruto kesal.
Lalu dia mulai berjalan memaksa meninggalkan Neji dan Hinata di belakangnya. Beberapa pengawal yang ada di sana memandangi Naruto yang melewati mereka. Sedangkan Neji dan Hinata hanya bisa menghela nafas berat dengan pasrah. Setelah ini, hukuman apa yang harus mereka hadapi hanya karena ulah kekasih Komandan Uchiha itu?
Naruto terus berjalan menyusuri koridor menuju ruang kerja Sasuke di ujung sana. Saat telah sampai di depan pintu kayu yang kokoh itu, tiba-tiba dia mendengar suara di dalamnya.
"Ayolah, Sasuke. Hentikanlah pekerjaanmu itu sebentar saja. Bagaimana kalau kita bersenang-senang sebentar?"
'Ini suara wanita,' batin Naruto heran.
"Berhenti menggodaku, Karin. Aku tidak tertarik melakukannya denganmu."
Suara dingin dan datar itu sudah jelas milik Sasuke. Tapi apa yang tengah dilakukan Sasuke dan seorang wanita di dalam ruang kerja itu? Pikiran Naruto mulai berpikiran macam-macam. Bagaimana tidak? Karena dia yakin bahwa di dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua saja. Dengan segera Naruto langsung membuka pintu ruang kerja Sasuke dengan keras.
BRAK!
Dan apa yang dilihatnya? Seorang wanita cantik berambut merah dan berkacamata sedang memeluk Sasuke yang sedang duduk di kursi kerjanya dari belakang. Wanita itu memakai seragam Militer dengan rok yang sangat pendek dan beberapa kancing kemejanya yang terbuka. Sudah jelas terlihat bahwa wanita itu sedang menggoda kekasihnya. Membuat wajah Naruto memerah dengan sempurna, entah karena marah atau malu.
"Che, ada pengganggu. Siapa anak itu, Sasuke?" ucap wanita itu kesal sambil melepas pelukannya pada Sasuke.
"Naruto."
Nada yang diucapkan oleh Sasuke begitu datar dan tetap dengan wajah stoic-nya memandang ke arah Naruto. Sedangkan Naruto masih tetap berdiam diri di tempatnya.
"Karin, segera bawa dokumen pemeriksaan daerah utara yang ada pada Mayor Jendral dan serahkan padaku secepatnya," ucap Sasuke seolah tak memperhatikan kehadiran Naruto yang masih berdiri di depan pintu ruang kerjanya.
"Baiklah, aku akan datang lagi nanti malam. Sampai bertemu lagi, Sasuke," ucap Karin dengan nada menggoda sambil membelai pipi Sasuke dengan genit.
Wanita itu membetulkan pakaiannya yang sedikit berantakan. Lalu dia berjalan menuju pintu dan berhenti sesaat di samping Naruto.
"Adik kecil, tidak sopan jika kau langsung memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aku tidak tahu siapa kau hingga bisa memasuki ruang kerja pribadi Sasuke ini, tapi lebih baik kau belajar etika lebih banyak lagi mulai sekarang," bisik Karin.
Naruto tetap diam tak merespon di tempatnya. Dan wanita itu berjalan meninggalkan dirinya yang masih terpaku.
"Dobe, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah aku sudah memerintahkan Hyuuga bersaudara itu untuk melarangmu masuk ke ruang kerjaku?" tanya Sasuke.
Naruto hanya menganggukan kepalanya dalam diam sambil tertunduk.
"Jangan salahkan mereka. Aku yang memaksa untuk bertemu denganmu," ucap Naruto lirih.
"Lalu, kenapa kau…"
"Kau tak mengabari aku bahwa kau sudah pulang sejak tadi. Mereka bilang kalau kau sedang ada pertemuan dengan orang penting. Tapi kenapa kau malah bermesraan dengan wanita itu? Teme, kau menyebalkan!" seru Naruto sambil berlalu meninggalkan ruang kerja Sasuke.
Selama beberapa saat Sasuke hanya terbengong melihat reaksi kekasihnya itu. Baru kali ini dia melihat Naruto berteriak sehisteris itu di depannya, kecuali di atas ranjang tentunya. Tak pernah dia melihat Naruto berteriak sekeras itu padanya. Kalaupun Naruto sedang kesal dengannya, nada yang dikeluarkannya adalah nada manja yang merajuk. Lalu bibir tipisnya menyunggingkan sebuah seringaian.
"Jadi, kau cemburu eh, Dobe?"
l\_/l
(^_^)
Naruto melewati para penjaga yang berdiri di koridor. Tak juga memperdulikan Hyuuga bersaudara yang terus mengawasinya atas perintah sang Komandan dan juga Tuan mereka.
"Akan kubuat wanita murahan itu tak bisa lagi mendekati Sasuke," gumamnya.
Dan tubuh mungil itu menghilang di balik daun pintu kamarnya.
l\_/l
(^_^)
l\_/l
(^_^)
~TBC~
l\_/l
(^_^)
l\_/l
(^_^)
Errhhh… sebenernya Neko mau ngebuat oneshot. Tp Neko pisah aja deh jd 2shot. Biar bacanya ga kepanjangan. Soalnya lebih dr 4k words. Jadi, Neko kasih yg pemanasannya aja dulu, ya? XP *kicked* (emang lo kira olahraga?)
Lagian yg bagian lemonnya belom Neko edit. Neko ga mau ngerusak SasuNaru Day dgn fict yg kurang pantas menurut Neko. Dan Neko bener2 lagi NGGAK 'ero mode' dalam pembuatan fict ini. Jadi kalo seandainya lemon di chap depan ga hot, Neko mohon maaf… m(_'_)m
Maaf, lagi pusing gara2 mau UAS tgl 12 nanti. So… tolong doanya supaya nilai Neko bagus, ya? Ntar Neko kasih 1 lemon lagi… XP *slaped* (ERO LO!)
Niatnya mau publish 2 lemon hari ini. Tp yg kayak Neko bilang tadi, otak Neko lagi ga bisa diajak kompromi buat 'ero mode'. Maapin Neko ya? T^T; *plak*
With Evil smile,
AssX a.k.a Akaneko as the Demon Queen
HAPPY SASUNARU DAY
Mind to review? ^^
