Seorang laki-laki berjalan di sebuah lorong menatap masa-masa lalunya ke arah sebuah ruangan kaca yang pudar terkena cahaya
'maaf anda mencari siapa?'
Laki-laki itu tersenyum halus
'Tidak, aku hanya melihat-lihat'
OoO
Aku, Park Jihoon, 19 tahun. Hari ini hari pertama aku menginjakkan kakiku di kampus. Bertemu teman-teman baru kurasa akan menyenangkan. Aku jadi sedikit tidak sabar.
Aku telah mempersiapkan semuanya. Baju baru, sepatu yang baru dan tentu saja mengilap, berserta potongan rambut baru yang kurasa sangat cocok dengan diriku. Aku tidak sabar menemukan seseorang yang manis, dan mau mengisi hari-hari ku di kampus ini tidak sabar ingin menjalin cinta, dan tentu saja memulai fase hidup yang baru. Aku tidak sabar.
"para mahasiswa baru mohon masuk ke dalam aula untuk mendengarkan sambutan."
Samar-samar aku mendengarkan suara yang memanggilku masuk ke dalam aula. Ya aku siap untuk ke sana, menjadi mahasiswa di sini. Kau tahu? Aku sangat senang hari ini.
Aku berlari menuju aula dan mengambil barisan yang cukup strategis. Tidak terlalu ada di depan namun juga tidak terlalu di belakang. Mataku berusaha menjangkau seluruh aula, tidak kusadari mulutku terbuka lebar sejak tadi. Aku begitu mengagumi universitas ini. Sungguh hebat sebenarnya aku bisa I di terima disini.
"hoi."
"eh? Iya?" jawabku pada seseorang di belakangku yang tiba-tiba memanggilku. Ia tersenyum dengan giginya yang agak khas. Wajahnya terlihat tidak terlalu bersahabat, namun saat ini ia sedang tersenyum sambil memegang pundakku.
"boleh kita kenalan dulu? Aku woojin. Park Woojin. Hehe."
Tanpa malu-malu ia menyebutkan namanya sambil tersenyum jahil. Gigi gingsulnya mencuat dari antara gusi membuatnya semakin terlihat lucu.
"ah iya, aku Jihoon. Park Jihoon. Salam kenal"
Jawabku menyambut tangannya yang sedari tadi diulurkan kepadaku. Sambil aku membalas senyumnya dengan manis. Ia kembali tersenyum sambil menggenggam tanganku erat
"semoga kita bisa berteman dengan baik"
OoO
Aku masih berada di kampus ditemani Woojin. Menatap keindahan bangunan universitas yang katanya sudah sangat tua ini. Ornamennya masih baik dan terjaga. Woojin sangat baik sekali. Sepertinya akan menyenangkan bersahabat dengannya.
"hey, bukankan universitas ini keren sekali? Wah lihat disana"
Woojin melingkarkan tangannua di bahuku lalu menunjuk sebuah ruangan kaca. Ruangan itu memiliki kaca bening dengan sedikit dihiasi kaca berwarna pada ujung-ujungnya menambah estetika dari ruangan tersebut apabila sinar langsung matahari menyinarinya. Didalamnya terdapat beberapa barang yang terlihat antik namun masih sangat baik. Aku mendekat ke arah ruangan tersebut, menempelkan tanganku di kacanya dan menatap beberapa benda yang terpajang baik.
"wah keren sekali. Benar buka—"
Pembicaraanku terpotong melihat yang ada disebelahku bukanlah woojin. Namun seorang laki-laki yang tidak kukenal berdiri disampingku. Posturnya tegak dengan kaki yang panjang dan kemeja kotak-kotak, tangan sebelah kanannya bertengger di dalam kantungnya. Ia diam menatap ruang kaca itu. Terlihat sendu.
"ah maaf kak".
Dari penampilannya dia sepertinya kakak tingkat di universitas hm mungkin sekitar 2 atau 3 tahun lebih tua dariku. Ia bersandar pada tembok di belakangnya sambil menatap ruangan itu. Tatapannya sendu namun misterius. Ia masih belum menanggapi permintaan maafku.
"permisi"
Tiba-tiba laki-laki itu mengucapkan sepatah kata lalu pergi tanpa melihat ke arahku. Apakah dia berbicara denganku?
Sebuah tangan terantuk di bahuku dengan keras hingga aku setengah merunduk. Aku menoleh ke arah belakang, memastikan.
"Kau darimana saja?" tanyaku pada woojin yang baru saja kembali.
"dari sana hehe. Maaf aku meninggalkanmu. Kau sendiri tidak sadar aku kesana?"
Woojin menunjuk ke arah lorong dimana laki-laki itu pergi.
"ah mari pulang sudah mulai sore. Besok kita masih bisa ke sini kan?"
ajakku melihat langit yang perlahan berubah oranye.
OoO
Pagi ini matahari benar-benar menyeret mataku untuk terbuka. Aku masih menggeliat di kasurku sambil memeluk bantal guling yang empuk.
Aroma sup ayam dari dapur menggelitik hidungku, namun aku lebih memilih kasur dan bantalku.
Sampai akhirnya aku memilih bangun setelah bergeliat lama di kasur. Ternyata hari keduaku jadi mahasiswa tidak terlalu menyenangkan. Liburan telah membiasakan tubuhku bangun siang. Sekarang aku harus kembali pada rutinitas, ya bangun pagi.
"Ibu, aku berangkat"
OoO
Pagi ini matahari terlalu cerah untukku, sesekali aku meletakkan tanganku di dahi untuk melindungi sinar matahari dari mataku.
"Hei, pagi!"
Seseorang memelukku dari belakang, suara yang cukup familiar
"oh hei, pagi"
Senyumku membalas ucapan selamat pagi dari Woojin. Ia terlihat bersemangat. Aku juga bersemangat, namun bukan hari ini.
Kami berjalan menuju kelas. Sambil aku mengumpulkan nyawaku, aku mendengarkan Woojin berceloteh tentang harinya kemarin sepulang kuliah. Aku hanya bisa tersenyum sambil sesekali menanggapi cerita Woojin yang sangat seru. Tidak lupa Woojin menceritakan beberapa perempuan di kampus ini yang menarik hatinya. Ah, cepat sekali matamu melihat woojin. Aku saja masih belum menemukannya.
Kami melewati lorong itu, tempat dimana ruangan kaca itu ada. Entah aku seperti tersedot ke dalamnya.
"Eh kau mau kemana?"
"Kau duluan saja ke kelas aku mau kesana sebentar." Ujarku menyuruh Woojin ke kelas terlebih dahulu.
Woojin menatapku bingung, namun dia menghargai privasiku. Ia menonjokku pelan lalu pergi sambil melambaikan tangan. Perlahan aku menjauhi tempat dimana aku berdiri dan menuju lorong itu.
Aku berjalan disana dengan hati-hati seolah olah ada orang disana sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
Aku sampai di depan ruangan kaca itu. Aku berdiri di depannya sambil memegang ransel dan menatapnya kosong. Aku merasa tersedot dalam ruangan kaca itu.
"Kau sepertinya tertarik dengan ruangan ini"
Aku terkejut, menoleh ke arah sumber suara. Suara dari arah telinga kiriku. Agak berat sedikit serak. Ya suara laki-laki.
"ah tidak, saya hanya melihat-lihat"
Laki-laki disebelahku lalu tersenyum, namun senyum itu memperlihatkan kesedihannya. Ia tertunduk menatap lantai. Orang yang sama pada posisi yang sama dengan ekspresi sendu yang sama. Aku tidak berani bertanya apapun padanya karena ia sepertinya lebih tua dariku.
"Ah, jawaban yang sangat sederhana. Jangan bohong kau pasti tertarik dengan isi di dalamnya"
Ia tersenyum lagi. Kedua matanya perlahan hilang dengan senyumnya yang lebar. Ah orang ini terasa sangat hangat
Aku masi terdiam menatap orang ini. Begitu misterius, namun aku benar-benar tertarik mengenalnya. Apa yang membuat dia ada disini juga?
"Kau pasti mahasiswa baru? Benar?"
"I-iya kak." Ujarku agak takut menanggapinya
"ah kau masi sangat malu-malu"
Ia tersenyum lalu meletakkan tangannya yang besar di kepalaku sambil perlahan mengacak rambutku dengan hati-hati. Tidak sadar aku memejamkan sebelah mataku saat dia mengacak rambutku yang telah kutata tadi pagi.
"Aku rasa aku memang lebih tua darimu. Namaku Daniel."
00000000000000000000000000000000
Halo saia pindah fandom
Ya agak kaget memang tapi saya sudah tidak berkecimpung di dunia BBB lagi hihi
Halo buat para reader yang baru kenal
Bias saya di wanna one sebenernya jisung tapi
Ya saya juga suka daniel sama jihoon
Maaf juga kalau pembatas antar scene atau apalah itu pake OoO bikes entah why gabisa dipakein tanda baca apa apa -_- maaf kalau agak kurang nyaman
Maaf kalau agak agak random dan gajelas ff ini mohon dinikmati aja y
Maaf agak agak ooc, bahasanya gajelas atau ya gimana salahnya maafin aja ya
Sayang kalian semua 3
