Awal Mula

DECLAIMER themself, God with original story belong to me

Cast KyuMin/SiBum/SiMin/MinYoung


.

.

.

.

"Ya, Siwon-ah," seorang pemuda -atau mungkin juga lelaki karena tidak bisa diperkirakan usia dilihat dari wajah babyface-nya- memecah kesunyian yang menyelimuti dirinya dan seseorang di sebelahnya.

Mereka, si pemuda -lelaki- babyface dan temannya sedang duduk di salah satu bangku taman yang sepi. Tentu saja sepi mengingat malam telah merangkak sejak tadi. Jutaan bintang-bintang bertaburan di angkasa bersanding bersama sang rembulan yang hampir menduduki puncak singgasananya. Malam yang sangat cerah dan terlalu indah untuk dilewatkan di dalam ruangan tapi toh taman itu tetap sepi.

"Ne, Hyung," sahut teman si babyface dengan suara beratnya, Siwon. Bisa ditebak bahwa itu suara lelaki dewasa. Wajahnya tidak terlihat jelas, hanya bibir tipis yang dapat dilihat dari keseluruh wajahnya yang tertutup tangan. Mungkin dia lelah dan ingin sejenak mengistirahatkan diri dengan menengadahkan wajahnya ke langit dan menutup matanya dengan sebelah tangan besarnya.

Sementara si babyface yang dipanggil Hyung oleh Siwon tadi menyamankan diri dengan bersandar pada sandaran bangku taman yang didudukinya. Senyum tulus terukir di bibir plum-nya mendengar respon teman duduknya itu.

Dia tahu Siwon, Choi Siwon, pasti sangat lelah. Sejak pagi hingga malam Siwon tak pernah berhenti bekerja dan harus selalu siap sedia setiap saat. Tidak boleh ada kata lengah, teledor, apalagi salah meski hanya sedikit dan remeh sebab nyawa manusia ada di tangannya. Tepatnya, nyawa manusia ada di tangan Siwon sebagai perantara Tuhan yang memegang kendali penuh atas seluruh nyawa alam semesta.

Benar, Siwon adalah seorang dokter. Dokter muda spesialis tulang yang sangat ramah dan rendah hati. Meski spesialisasinya tulang namun Siwon kerap pula dijumpai di ruang anak-anak. Keramahan dan kecintaannya pada anak-anak membuat Siwon seringkali turut mengurus pasien-pasien tersebut dan ketika ada pasien-pasien tersebut yang berulah dan menolak perawatan maka Siwon akan dihibungi dan dimintai tolong untuk menbantu mengurusnya.

Siwon tak pernah keberatan ataupun menolak untuk mengurus pasien yang bukan tanggung jawabnya selama jadwalnya memungkinkan. Tidak ada yang tahu alasan dibalik semua itu, hanya satu yang semua orang tahu bahwa sebesar apapun kecintaannya pada anak-anak tidak membuatnya mengabaikan pasiennya sendiri dan tentu Tuhannya. Siwon adalah anak Tuhan yang taat, tak pernah luput dari gerbang gereja tiap harinya. Dimanapun dia berada, gereja adalah tempatnya mengawali dan mengakhiri hari.

"Sungmin Hyung, kau melamun?" Siwon menatap orang di sampingnya yang hanya terdiam tanpa kata setelah memanggilnya tadi.

Sungmin, Lee Sungmin, pemuda -lelaki- babyface yang tadi berniat membuka percakapan dengan Siwon ternyata malah terpaku pada taburan berlian di angkasa setelah Siwon meresponnya.

"Hyung,"

Sebuah tepukan lembut dirasakan Sungmin di bahunya. Dialihkan pandangannya ke arah datangnya tepukan tersebut. Terlihatlah wajah tampan Siwon yang menatap cemas padanya. Dahi berkerut dan alis yang hampir menyatu membuat wajah Siwon terlihat lebih tua darinya padahal usia Siwon terpaut 1 tahun di bawahnya. Jika Sungmin terlihat seperti pemuda berusia 18 tahun, maka Siwon terlihat seperti lelaki berusia 30 tahun yang tampak mencemaskan anaknya. Sungmin menutup mulutnya dengan kedua belah tangan, menahan tawa yang siap pecah melihat wajah tidak elit temannya yang selalu dikenal good looking dan perfect itu.

Siwon makin bingung melihat tingkah Sungmin yang makin tidak jelas, ditambah kekehan lirih yang Siwon yakin meluncur dari bibir Sungmin meski Sungmin telah mengalihkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan Siwon. Bahkan dalam keremangan penerangan Siwon bisa melihat dengan jelas warna merah yang menjalari telinga pemuda -lelaki- babyface itu.

Belum sempat Siwon menyuarakan rasa cemasnya, tangan kiri Sungmin terjulur ke arahnya memberi tanda untuk tidak bersuara dulu. Siwon pun menurutinya dengan tanda tanya besar di hatinya. Sempat terlintas di pikirannya kalau Hyung-nya itu kerasukan jin, setan, ibilis atau apalah namanya, namun pikiran itu segera ditepisnya jauh-jauh. Siwon sangat mengimani Tuhan dan dia pun percaya dengan adanya makhluk lain selain manusia di dunia ini baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata sebagimana yang tercantum dalam Alkitab yang setiap hari dibacanya.

"Hehehe,,,mianhae, Siwon-ah," ujar Sungmin setelah rasa gelinya reda dan berbalik menghadap Siwon. Di sudut kedua mata foxy-nya terlihat aliran airmata yang segera dihapusnya. "Aku hanya geli melihat raut wajahmu yang terlihat seperti om-om itu, Siwon ajhussi," jelasnya dengan penekanan pada kata ajhussi yang diucapkannya.

"Ya Hyung! Aku bukan om-om dan jangan panggil aku ajhussi," protesnya tidak terima. "Hyung, aku ini lelaki muda yang tampan tahu,"

"Ne, arraseo. Neoneun jhal saengigin ajhussi," tawa Sungmin pecah begitu melihat Siwon mengerucutkan bibirnya tanda ngambek. Sangat lucu dan dan tidak berperike-Siwon-an sekali. Penggemar dokter muda tampan penuh charisma Choi Siwon bisa pingsan di tempat mendapati idolanya bertingkah adorable seperti itu.

"Aish, Hyung. Sudah hentikan jangan tertawa terus. Menyebalkan," kesalnya.

"Mian Siwon-ah. Lain kali kau harus bercermin saat ngembek dan merajuk supaya kau tau betapa kocaknya wajahmu itu. Jangan salahkan aku yang selalu terbahak karena rautmu itu," bela Sungmin.

"Ish, kau menyebalkan, Hyung,"

"Hahaha,,,menyebalkan tapi tetap saja aku lebih imut darimu,"

"Hyung, kata imut tidak ada dan tidak akan pernah ada dalam kamusku. Seorang Choi Siwon adalah lelaki tampan, tidak seperti Lee Sungmin King of Aegyo yang merupakan lelaki cantik tak sadar usia," balas Siwon ketus.

Sungmin makin tertawa menanggapi ucapan Siwon yang terkesan ketus tapi Sungmin tahu itu hanya candaan. Lagipula Sungmin bukan lelaki lemah cengeng yang gampang tersinggung. Wajahnya boleh cantik, imut bak anak gadis, tubuhnya boleh mungil dan terkesan lemah tapi jiwa Sungmin adalah jiwa lelaki sejati yang tahan banting dan uji. Segelintir orang yang tahu dan paham sebesar apa ujian yang sudah dan sedang ditanggung pemuda -lelaki- yang selalu dianggap mungil itu.

"Nah, sudah malam, lebih baik segera kembali," ajak Sungmin setelah tawanya benar-benar reda.

"Hyung, dari awal kita duduk juga sudah malam," sahut Siwon enggan. Kenyaman taman yang sepi masih enggan ditinggalkannya.

"Tapi ini sudah laruh, Siwon-ah," lanjut Sungmin mengingatkan. "Jadwal jagamu besok sangat pagi 'kan. Kau perlu istirahat, lagipula angin malam mulai terasa dingin,"

Siwon menatap sang rembulan yang kini tengah berkuasa penuh atas singgasananya, bukti malam telah memasuki puncaknya. Jam tangan yang melingkar di tangannya pun sudah menunjukkan pukul 12, benar-benar telah melewati saat istirahat.

Seketika badan Siwon menegang, tangan kananya mendarat mulus di dahinya sendiri. Refleks Siwon ketika teringat sesuatu. Ditatapnya Sungmin dengan horror.

Sungmin yang ditatap tajam hanya mengerjap bingung. Kepolosan terpancar dari kedua mata bulatnya. Menggemaskan.

"Omo Hyung! Kenapa tidak mengingatkanku dari tadi, kau pasti,,,"

"Aniya, gwenchanna," potong Sungmin sebelum Siwon selesai bicara. Mengerti kemana pembicaraan itu akan mengarah.

"Aih, kau ini, Hyung. Kajja," Siwon mengulurkan tangan yang diraih Sungmin dengan senyum manisnya.

"Ne, kajja,"

Sigap Siwon memakaikan jas putihnya yang tampak berkibar kebesaran di tubuh Sungmin, dirangkulnya bahu Sungmin guna mengurangi sedikit rasa dingin yang membuat Sungmin menggigil dan membawanya pergi dari taman yang memang sudah terasa dingin. Angin malam berhembus sedikit kuat, menyebarkan hawa yang cukup dingin. Bodohnya Siwon tidak merasakan hal itu.

"Gomawo, Hyung," ucap Siwon entah untuk apa sebelum membuka pintu kaca di depannya.

"Cheonmanayo, nado gomawo," balas Sungmin. "Tapi aku tetap tak mengerti untuk apa kau berterimakasih, wajarnya akulah yang berterimakasih. Tanpamu aku tak akan bisa hidup saat ini,"

"Ani, Hyung. Bukan aku yang menyelamatkanmu, aku tak pernah berbuat apa-apa, akulah yang memberiku sandaran kehidupan. Lewatmu Tuhan berikan hidup untukku. Gomawo, Hyung, untuk semuanya. Hidupku, senyumku, bahagiaku, juga cintaku,"

Senyum Sungmin mengakhiri percakapan mereka. Tidak ada balasan kata untuk ungkapan Siwon. Rangkulan dan senyuman hangat gantikan makna dari kata-kata yang terkesan dusta. One action is better than words.

Di balik dinding kaca lain, tanpa Sungmin dan Siwon sadari telah beridiri seorang lelaki dengan jas putih panjang membalut tubuh tanpa celanya. Jas yang serupa dengan milik Siwon. Lelaki itu tengah memperhatikan polah akrab kedua sosok yang telah menjauh di balik pintu kaca dan berkelok menghilang dari pandangannya.

3 jam berdiri dengan sebelah bahu bersandar pada kaca di hadapannya sama sekali tak terasa. Kopi yang tadinya mengepulkan uap panas telah berganti dingin dengan isi yang tak berkurang menandakan betapa seriusnya kedua manik kelamnya merekam kejadian tanpa suara di hadapannya. Tebalnya dinding kaca membuat suara dari luar tak terdengar jelas meski terpaut jarak yang tidak terlalu jauh hanya beberapa meter.

'Kematian yang indah, bukan, Hyung?' batinnya miris dengan wajah datar tanpa emosi.

.

.

.

.

Tok tok tok

Ketukan pelan menyadarkan Siwon dari keseriusannya memeriksa satu persatu berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Seorang yeoja dengan rambut hitam panjang tergerai lurus menambah pesona kecantikannya menyambut pandangan Siwon yang teralih ke arah pintu. Tubuh tinggi semampai dengan kaki jenjang yang tertutup celana panjang putih senada dengan jas putih yang menutup tubuh langsing berbalut kemeja biru langit. Paket keindahan yang terlalu sempurna dan modis untuk ukuran seorang dokter. Sosok yeoja yang lebih pantas menjadi seorang model dunia itu tersenyum manis.

"Ck, sopan sekali kau mengetuk pintu setelah membuka pintu ruanganku. Mana sopan santunmu?" decih Siwon dengan raut sebal.

"Ish, kau saja yang terlalu bodoh untuk menutup pintu ruang kerjamu, Choi Siwon ajhussi," balas yeoja itu tanpa beranjak dari posisinya yang masih bersandar pada daun pintu yang terbuka.

"Mwoya? Kau mengataiku bodoh?" deathglare gagal dilayangkan Siwon pada si cantik yang malah terkekeh geli.

"Choi Siwon ajhussi, kau tak pantas menatap seperti itu. Sama sekali tidak mengerikan," ujarnya.

"Hhhh,,,arra. Mau sampai kapan berdiri di situ? Tak ingin memeluk lelaki tampan yang sangat kau rindukan setengah mati ini?" goda Siwon.

"Ish, narsis sekali ajhussi yang satu ini. Ajhussi memang tampan tapi tidak membuatku sampai rindu setengah mati," dengusnya sebal.

Jika dilihat secara sekilas pasti orang akan menyangka ini adalah pertemuan sepasang kekasih yang telah lama terpisah. Pasangan kekasih yang selalu bertengkar namun sangat mesra dan sangat mencintai satu sama lainnya. Setidaknya itulah yang dulu dipikirkan lelaki berwajah datar yang sedari tadi berdiri di belakang si yeoja cantik.

"Kalian membuatku merinding," ujar si lelaki berwajah datar. "Masuklah Sooyoung-ah, aku malas berdiri lebih lama di luar," lanjutnya.

Yeoja yang dipanggil Sooyoung masuk dengan patuh mengikuti si lelaki berwajah datar yang sudah lebih dulu masuk ke ruang kerja Siwon dan menutup pintu. Pelukkan hangat dan erat menyambut tubuhnya yang sudah berhadapan dengan Siwon.

"Nae chagi, kau makin tinggi saja eoh? Apa yang kau makan di sana?" tanya Siwon heran tanpa melepas pelukannya.

"Tentu saja tinggiku bertambah, aku kan masih muda," jawabnya sambil melirik lelaki berwajah datar yang kini menatap tajam kepadanya.

"Ya! Kalian ini benar-benar menjengkelkan, suka sekali menghinaku. Menyebalkan!" sungutnya kesal mendengar topik yang paling tidak disukainya, tinggi badan.

"Oppa, sepertinya kita berhasil lagi membuat Unnie-ku marah," kata Sooyoung makin menggoda.

"Aish, appo Unnie," ringis Sooyoung saat sebuah gulungan buku mulus mendarat di kepalanya.

"Siapa suruh menggodaku eoh? Lagipula aku bukan Unnie-mu, aku ini namja. Jadi panggil aku Oppa," sahutnya dingin.

"Shirreo, meski namja kau 'kan cantik, lagipula kau berpacaran dengan Oppa-ku tentunya kau jadi Unnie-ku donk," tolaknya tak mau kalah.

"Yak cukup Choi Sooyoung, Kim Kibum," lerai Siwon sebelum mereka makin panas dan benar-benar bertengkar.

Choi Sooyoung dan Kim Kibum memang selalu saja bertengkar beberapa waktu setiap kali bertemu. Padahal sebenarnya mereka sangat akrab, sudah seperti kakak-adik kandung.

Choi Sooyoung adalah adik kandung Choi Siwon, bukan satu-satunya adik karena selain Sooyoung ada seorang lagi adik perempuanya bernama Choi Seohyun yang masih berumur 20 tahun -terpaut 2 tahun dengan Sooyoung, 6 tahun dengan Siwon- dan tinggal sendiri di Paris untuk menekuni pendidikannya. Choi Sooyoung merupakan seorang yeoja cantik yang dulu bercita-cita menjadi model dan desainer namun demi melindungi adiknya dari tuntutan ayahnya maka Sooyoung mengubur mimpinya dan berganti haluan menjadi seorang dokter. Tentu dokter cantik modis nan fashionable, tidak bisa benar-benar mengubur kecintaan pada dunia fashion.

Keterpaksaan tidak membuat Sooyoung setengah hati dalam menggeluti dunia kedokteran, malah semakin hari dirinya semakin mencintai dunianya itu. Darah Choi memang tidak pernah main-main. Selalu serius, bertanggung jawab, dan bersyukur pada Tuhan. Demi orang yang sangat disayanginya bersama seorang patner jenius, Sooyoung sedang melakukan penelitian mengenai leukemia dan menunda mengambil kuliah lanjutan untuk spesialis.

Kim Kibum, namja berusia 26 tahun yang merupakan teman seangkatan Siwon di kampus dan sekarang menjadi rekan seprofesi di Rumah Sakit yang sama. Kata jenius dan rajin tidak pernah lepas dari sosok Kibum. Sebutan jenius saja tidak cukup menggambarkan kecerdasan otak seorang Kim Kibum. Kepandaiannya di atas rata-rata dan itu terbukti dengan kebeberhasilan penelitian-penelitian yang dikerjakannya.

Selama mendalami dunia kedoktern Kibum lebih banyak mengandikan dirinya dalam penelitian-penelitian sehingga jam terbangnya di Rumah Sakit kalah jauh dibandingkan Siwon. Kibum baru setengah tahun bergabung di rumah sakit yang sama dengan Siwon yang sudah 3 tahun mendahuluinya. Sebelumnya Kibum sempat menetap di Jerman sembari menyelesaikan kuliahnya yang mengambil spesialis otak. Karir Kibum melesat dengan sangat cepat hingga dapat setara dengan Siwon, di usianya yang masih sangat muda predikat dokter muda spesialis otak telah berhasil disandangnya. Benar-benar berkepala jenius dan bertangan dingin.

"Unnie memang sangat manis dan menyenangkan untuk digoda. Aku jadi ingat saat pertama kali aku menggodamu dengan drama lovely dovey seperti tadi untuk pertama kalinya. Wajah cemburumu sangat menggemaskan,"

"Sooyoung, hentikan sebelum Oppa-mu yang tampan ini bunuh diri karena diacuhkan," pinta Siwon, tangannya yang tadi memeluk Sooyoung beralih memeluk kekasih tercintanya, Kim Kibum.

"Jika bukan karena seseorang yang mengancam bunuh diri dengan menabrakkan mobil kesayanganku tentunya aku tidak akan pernah menerima peran lovely dovey yang menggelikan,"

"Ya, Sooyoung-ah! Kenapa kau buka rahasia Oppa-mu eoh?" seru Siwon tak terima.

"Arra," patuh Sooyoung. "Aku juga tak mau kehilangan Unnie yang sangat cantik dan pintar ini jika kegilaan cinta uri Siwon ajhussi yang memalukan terbongkar semua. Beruntungnya punya ajhussi pabbo yang entah berbuat kebajikan apa hingga bisa meluluhkan hati Snow White Unnie ini,"

"Kau itu mendukungku atau menghinaku eoh?" Siwon sebal dengan perkataan adiknya yang blak-blakan itu sementara Kibum hanya tersenyum dalam pelukan Siwon melihat interaksi dua bersaudara itu. Siapa yang tidak tahu kegilaan Siwon untuk mendapatkan hatinya? Seantero kampus hapal betul gerak-gerik sang Pangeran tampan itu. Kenangan indah yang cukup Kibum ingat dalam memorinya.

"Kapan kau kembali dari Kanada?" tanya Siwon heran.

Setahu Siwon, Sooyoung mendapat tugas belajar selama 1 tahun dan ini baru berjalan 8 bulan. Jadi wajar jika Siwon merasa heran melihat adiknya saat ini berada di dalam ruangannya terlebih dengan jas putih khas dokter yang sedang bertugas bukankah itu artinya Sooyoung sudah kembali melakukan praktek.

"Itulah yang ingin dia bicarakan denganmu," bukannya Sooyoung yang menjawab malah suara dingin Kibum yang terdengar saat dari sudut matanya dilihatnya Sooyoung kesusahan untuk mejelaskan maksud kedatangannya.

"Apa maksudmu, Bummie-ah?" Siwon mengalihkan tatapannya pada sang kekasih yang sibuk membuat minum di pojokan ruang kerja Siwon.

Bukan jawaban yang didapat melainkan hanya gelengan ringan seakan berkata dirinya tidak berhak menjawab dan memintanya untuk bertanya pada Sooyoung dengan pelan-pelan.

10 menit berlalu dalam hening. Gelas-gelas telah kosong, bahkan teko kaca yang tadinya berisi penuh hanya tinggal separuh. Dan selama itu tidak ada satupun suara yang terdengar di ruang kerja Siwon selain bunyi jarum jam.

"Ini soal uri…," perkataan Sooyoung terpotong tepat ketika pintu terbuka dengan dentuman keras. Agaknya si pelaku penjebol pintu sedang dalam keadaan terburu-buru dan emosi. Wajah merah, napas putus-putus tak beraturan, amarah tergambar jelas di kedua mata coklatnya yang memandang tajam pada Siwon. Rambut ikalnya mencuat berantakan menandakan betapa keras usahanya berlari menjangkau ruang kerja Siwon.

"NEO! APA YANG KAU LAKUKAN HAH! KAU BILANG AKAN MENJAGANYA! TAPI APA? KAU HANYA MENYAKITINYA!" bentak si pendobrak. Ditariknya kerah kemeja Siwon. "Seharusnya aku tidak menaruh kepercayaan padamu," desisnya mengerikan.

Tanpa bisa dicegah, si pendobrak dengan cepat melayangkan pukulannya bertubi-tubi ke perut Siwon. Tidak paham dengan permasalahan yang menimpanya Siwon hanya diam menerima pukulan tanpa melawan sedikitpun padahal sangat mudah bagi Siwon untuk melawan mengingat postur tubuhnya yang jauh lebih unggul daripada si pemukul.

Seperti tersadar dari shock, Kibum segera menjangkau tubuh jangkung si pemuda yang memukuli kekasihnya itu. Berterimakasih pada kurusnya tubuh dalam kekangan Kibum yang memudahkannya melerai -lebih tepatnya menyeret menjauhkannya dari Siwon- perkelahian tanpa balas itu.

Sooyoung segera membantu Siwon untuk bangun dan mendudukannya di sofa. Diraihnya kotak obat di dekat meja kerja Siwon. Inilah yang ditakutkannya. Perkelahian ini bisa lebih parah jika keadaan tidak segera diredam. Bisa mengakibatkan pertumpahan darah secara nyata.

'Cinta, persahabatan, dan persaudaraan yang rumit,' batin Sooyoung miris menatap dua orang yang terlibat perkelahian.

Beruntunglah gedung ruang kerja Siwon sedang sepi, semua staf gedung itu sedang istirahat makan siang sehingga tidak ada yang mengetahui keributan kecil yang telah terjadi. Mau ditaruh mana profesionalitas mereka sebagai dokter, bukannya menyembuhkan dan merawat pasien malah berkelahi saling menorehkan luka. Memalukan dan sangat tidak bertanggung jawab.

"Ada apa sebenarnya, Kyu?" tanya Kibum lembut meninggalkan nada dingin yang biasanya mengalir bersama suaranya pada pemuda yang masih berada dalam pelukannya dengan napas terengah. Cho Kyuhyun, hoobae yang dulu tinggal seasrama dengannya selama masa kuliah yang sudah dianggap dongsaeng-nya sendiri. Dongsaeng kesayangan Kibum yang kadang membuat Siwon cemburu dengan kedekatan mereka. Satu-satunya orang yang bisa membuat Kibum menghilangkan nada dingin dalam ucapannya.

Kibum mengelus pelan punggung Kyuhyun, mencoba menenangkan amarahnya. Tidak dihiraukannya pandangan protes Siwon yang tidak setuju melihat kekasihnya memeluk orang lain dihadapannya. Keposesifan Siwon.

Perlahan tubuh dalam dekapan Kibum bergetar dan isakan sangat lirih menyapa telinga Kibum yang sangat dekat dengan bibir Kyuhyun. Kibum semakin tidak mengerti dengan tingkah dongsaeng-nya itu. Raut cemas mulai terlukis di wajah cantiknya. Hanya satu hal yang bisa membuat Kyuhyun menangis dan terputuk. Dan itu,,,

"Minimi," bisik Kyuhyun. Kepalanya tertunduk main dalam di leher Kibum.

DEG.

Satu nama yang yang sama terlintas di pikiran Kibum, Lee Sungmin. Kibum makin mengeratkan pelukannya pada Kyuhyun. Tidak ada kata-kata yang keluar. Tidak ada gunanya kata-kata penghiburan, tidak akan bisa menenangkan satupun diantara meraka.

Siwon semakin bingung dengan situasi melankolis di ruang kerjanya. Kibum yang semakin erat memeluk Kyuhyuun. Kyuhyun yang terlihat putus asa dan makin menenggelamkan diri dalam kehangatan tubuh kekasihnya. Kebingungan itu makin bertambah kala Siwon berbalik dan mendapati adiknya -Sooyoung- menangis dalam diam dengan kotak obat di tangannya.

Merasa bodoh menjadi satu-satunya orang yang diyakini tidak tahu apa-apa tidak membuat amarah Siwon meledak. Sedikit terseok menahan sakit di perut yang ditinju berkali-kali, Siwon mendekati Kyuhyun dan Kibum. Raut wajahnya tak terbaca. Saat sebelah tangannya terangkat ke arah Kyuhyun, Sooyoung terbeliak kaget dan hampir membuang kotak obat mencegah Siwon menjangkau Kyuhyun andai saja tatapan sayang yang terpancang di mata Siwon tak terlihat oleh Sooyoung. Dengan tangan kanannya, Siwon mengelus kepala Kyuhyun dengan sayang. Tak lama pelukannyapun melingkari tubuh Kyuhyun dan Kibum yang masih belum terpisahkan.

"Mianhaeyo, Kyu," bisik Siwon pelan di telingan Kyuhyun yang seketika menegang namun tetap diam. "Mianheyo, aku tak tahu apa salahku. Meski begitu jeongmal mianhaeyo, Kyu, pasti aku sudah sangat menyakitimu. Mianhaeyo, Kyu,"

Kyuhyun tak berontak saat Siwon meletakkan kepalanya di atas kepala Kyuhyun dan membelai sayang kepalanya. Bahkan tubuhnya yang sempat menegang kembali rileks saat berkali-kali Siwon mengecup puncak kepalanya.

"Seperti seorang suami yang ketahuan selingkuh dan sedang meminta maaf pada istri dan selingkuhannya," canda Sooyoung saat dirasa atmosfer mereka tidak semencekam tadi. Sooyoung si moodmaker memang tidak suka suasana menegangkan yang tidak menyenangkan.

"Enak saja, mana mau aku menjadi selingkuhan kuda liar ini," balas Kyuhyun, agaknya mood-nya sudah sedikit membaik.

"Benar, akupun malas menjadi istri kuda ini," dukung Kibum.

"Siapa bilang kau selingkuhannya, Kyu? Unnie juga, aku 'kan nggak bilang Unnie istri kuda liar itu. Dari sudut pandangku Kyu-lah istri yang dikhianati dan mengamuk, sedangkan Kibum Unnie selingkuhan yang pasrah menerima amarah si istri sah. Dan kuda bodoh ini sangat merasa bersalah padamu, Kyu. Sangat mencintaimu tapi juga mencintai Unnie-ku tersayang," Sooyoung pun bergabung dalam pelukan hangat itu dengan memeluk ketiga orang yang masih enggan mengubah posisi. Memeluk cinta terpendamnya.

"Aish, Oppa, Unnie, appo," Sooyoung mengelus kepalanya yang dipukul di dua tempat yang berbeda oleh Siwon dan Kibum.

"Makanya hentikan panggilan aneh itu," ancam Kibum.

"Makanya dukung aku, jangan memojokanku terus,"

"Sudah kau jadi sekutuku saja, kita bangkitkan dunia evil kita sendiri. Meriahkan dunia dengan kejahilan," tawar Kyuhyun.

"Setuju,"

"Apa aku mengganggu?" sebuah suara menginterupsi adegan pelukan ala teletubbies.

Sontak keempat teletubbies -Siwon, Kibum, Kyuhyun, dan Sooyoung- menoleh ke sumber suara dan mendapati seseorang berbalut kaos, topi, hingga sepatu serba pink bahkan anting-anting salib di kedua telinganya pun berwarna pink. Hanya celana panjangnya saja yang tidak berwarna pink tetapi putih. Jangan lupakan bibir plum yang selalu menyungging senyumnya pun turut berwarna pink dengan alaminya.

"Minimi/Minnie Hyung/ Sungmin Hyung/Oppa," Kyuhyun, Kibum, Siwon, dan Sooyoung bersamaan.

"Kompak sekali kalian," ujar si pinky boy dan detik berikutnya keempat tubuh yang tadinya saling berpelukkan serempak menerjangnya dengan pelukan erat.

.

.

.

.

'Indahnya hari ini,' batin Sungmin gembira. Bibir M-nya terus menerus menyenandungkan lagu-lagu ceria dengan lirih, tidak ingin menganggu ketenangan orang-orang yang dilaluinya sepanjang jalan. Cuaca yang sangat cerah membuat hati Sungmin semakin gembira ditambah dirinya berhasil menyusup ke kafe langganannya dan menghabiskan semangkuk penuh eskrimstroberikesukaannya tanpa gangguan sedikitpun.

Tak berapa lama kemudian Sungmin mendudukkan tubuhnya di bawah sebuh pohon beringin besar yang ditanam di pojok taman tepat di sebelah miniatur sungai buatan yang sengaja dibuat pihak rumah sakit agar para pasien tidak merasa bosan dan terkurung. Sungmin sekarang memang berada di pekarang taman rumah sakit yang sangat luas. Sebuah rumah sakit yang terletak jauh dari kebisingan kota, jauh dari Seoul asalnya. Rumah sakit terpencil khusus bagi penderita penyakit yang membutuhkan udara segar bebas polusi.

3 tahun sudah Sungmin menetap dan membantu para dokter merawat pasien. Sungmin bukan dokter, bukan pula perawat. Sungmin hanya ingin menjauh dari kota dan menghibur pasien-pasien terutama anak-anak yang pastinya merasa sedih terlantar di tempat terpencil yang menurut Sungmin sangat indah itu. Sungmin sangat mencitai anak-anak dan bayi. Sungmin juga tidak bekerja di rumah sakit tempatnya menetap ini. Sungmin hanya merasa nyaman dan tenang di sini sehingga rela mengeluarkan biaya untuk menetap.

"Sungmin Oppa," teriak Sooyoung di kejauhan. Yeoja cantik itu berlari-lari kecil mendekati Sungmin yang sudah hampir terlelap menikmati semilir angin yang mengundang kantuk. Jas dokternya tersingkir entah kemana berganti dengan jeans pendek yang memamerkan kaki jenjangnya dan kaos kuning berlapis jaket coklat tua. Sepertinya fashionable mood Sooyoung sedang berada di tahap cuek mode on. Asal tabrak meski di mata orang lain masih terlihat modis.

"Annyeong Sooyoung-ah. Mwoga issoyo?" tanya Sungmin setelah Sooyoung berbaring di sebelahnya. Yeoja yang satu ini memang tak mengenal kata jaim dan kotor. Tidak ragu sedikitpun untuk berbaring di tanah yang dianggap kalangan atas sebagai benda kotor dan enggan menyentuhnya secara langsung.

"Aniyo, aku hanya tidak sengaja melihat Oppa dan ingin bergabung. Sepertinya menarik bersantai di bawah pohon begini," jawabnya tanpa memandang Sungmin, matanya terpejam mencoba mengatur napas.

Sungmin menunduk heran memandang yeoja di sampingnya, posisi Sungmin yang duduk bersandar di dahan pohon membuatnya harus menunduk untuk menatap Sooyoung. Seulas senyum yang tak pernah pudar menghiasi wajah pecinta pink itu.

"Kau tidak praktek?"

"Ani, hari ini aku free tapi mulai besok hingga sebulan ke depan jadwalku penuh. Sangat lelah tapi menyenangkan saat bisa melihat senyum orang yang bisa kubantu," curhat Sooyoung mengundang senyum Sungmin turut terkembang.

Sungin membelai lembut kepala Sooyoung, menghalau poni yang menutupi matanya. Sungmin sangat menyayangi Sooyoung seperti adiknya sendiri. Sungmin memang tidak mempunyai yeodongsaeng, Sungmin hanya memiliki namdongsaeng yang sangat manis dan sangat dia cintainya. Sifat manja, mandiri, keras kepala, dan kecintaannya pada dunia fashion serupa dengan Sooyoung membuat Sungmin merasakan kemiripan diantara keduanya. Misalpun Sooyoung tidak memiliki sifat dan karakter yang mirip dengan adiknya, Sungmin yakin dirinya akan tetap sangat menyangi Sooyoung. Sejak awal bertemu, Sungmin sudah menyayangi Sooyoung layaknya yeodongsaeng-nya sendiri.

"Oppa, apa aku menganggumu?" Sooyoung menatap Sungmin yang tertunduk di atasnya, tetap membelai kepalanya. "Sepertinya Oppa tadi tertidur," raut penyesalan tercetak di wajah cantiknya.

"Ani," Sungmin menggeleng pelan. "Mungkin hampir tertidur, tapi kau tidak menggangguku kok," pandangan mata Sungming beralih ke sosok tinggi yang sedang mendekati mereka. "Dia yang menganggu," ujar Sungmin.

"Nugu?" penasaran Sooyoung mengangkat sebagian tubuhnya dan mendapati evil patner-nya berjalan menuju mereka, menuju Sungmin tepatnya. "Ah uri evil, datang menjemput bunny prince-nya,"

"Aniya, Sooyoung-ah," bantah Sungmin. "Uri evil harus melupakan bunny prince-nya dan mendapatkan real princess-nya," lanjutnya parau.

"Oppa," Sooyoung tersentak kaget dengan ucapan Sungmin, sorot matanya menyatakan kesungguhan ucapannya. Sooyoung tidak menyangka akan mendengar perkataan mengejutkan seperti itu dari Sungmin. Pasti hatinya terkoyak sangat dalam sangat mengatakannya.

"Oppa, jangan bilang kau akan,,," Sooyoung tak sanggup meneruskan kata-katanya, terlalu menyakitkan untuk didengar dan diucapkan.

"Bantu aku, Sooyoung-ah, jebal," pinta Sungmin, pandangannya masih terkunci pada sosok Kyuhyun yang semakin menipiskan jarak namun cukup jauh untuk mendengar percakapan miris mereka.

"Oppa waeyo? Jebal Oppa, malhaeyo," bujuk Sooyoung. "Oppa Gwenchannayo? Oppa?"

"Ani, Sooyoung-ah," tolak Sungmin.

"Musen aniyo?"

"Ani, nan gwenchanna,"

"Gotjimal," keukeuh Sooyoung.

"Waeyo? Kalian bertengkar? Tidak biasanya,"

Ternyata Kyuhyun telah berada di hadapan mereka, pantas Sungmin urung meneruskan ucapannya.

"Annyeong, Minimi," sapa Kyuhyun diiringi kecupan ringan di bibir Sungmin membuat semburat kemerahan tampat di wajah Sungmin. Seketika raut kesedihan tertutup tanpa cela oleh ekspresi malu Sungmin. Bukan sandiwara. Sungmin benar-benar merasa malu setiap mendapat sentuhan mesra Kyuhyun.

"A-annyeong, Kyu,"

"Ck,,,melupakan patner evil-mu yang sangat cantik ini?" sindir Sooyoung yang tidak mendapat sapaan.

"Aish, neo..ahh annyeong Sooyoung-sshi,"

"Yak pabbo!" jika bukan karena Sungmin yang menjadi tameng pasti sepatu Sooyoung sudah mencium kepala Kyuhyun dengan mulusnya. "Kau bahkan lebih tua setahun dariku, tapi kelakuanmu lebih kekanakan dariku. Dasar king of evil," dengus Sooyoung sebal.

Kyuhyun hanya terkekeh mendengar ocehan Sooyoung. "Biar saja aku kekanakan, yang penting Minimi mencintaiku..weekk,"

Samar, sungmin tersentak mendengar ucapan Kyuhyun. Bagai dipukul godam. Sungmin seperti diingatkan akan besarnya pengorbanan Kyuhyun. Kyuhyun serius dengan hubungan mereka, tidak pernah main-main. Bukan karena kasihan ataupun coba-coba. Kyuhyun tulus mencintainya sepenuh hati.

Keberuntungan berpihak pada Sungmin karena Kyuhyun sedang asyik menggoda Sooyoung dan tidak memperhatikan perubahan janggal pada raut Sungmin yang hanya sekilas. Kyuhyun yang overprotective tidak akan membiarkan Sungmin lolos tanpa penjelasan.

"Sungmin Oppa memang mencintaimu tapi dia milikku. Aku tak akan membiarkanmu memonopolinya," Sooyoung menarik Sungmin ke arahnya dan memeluknya. "Gwenchanna Oppa, gwenchanna," bisiknya sangat lirih seakan mengerti bahwa Sungmin sempat tertohok dengan pendeklarasian cinta Kyuhyun.

Kyuhyun yang jelas tidak terima kekasihnya dipeluk-peluk kontan menarik Sungmin ke arahnya. "Minimi milikku," ucapnya posesif. Sekali sentak tubuh Sungmin telah berada dalam gendongannya.

Sungmin yang kaget langsung memeluk leher Kyuhyun, antisipasi dari jatuh. "Kyu, apa yang kau lakukan? Malu," rengeknya. "Turunkan Kyu, nanti ada yang melihat," muka Sungmin merah padam menyadari dirinya yang sedang digendong ala pengantin wanita. Hel! Sungmin namja tulen, tentu saja malu setengah mati mendapat perlakuan layaknya wanita.

"Biar saja, aku tak peduli. Biarkan semua orang melihat kita seperti ini. Biar mereka tahu kau milikku, Minimi. Hanya milikku," tegas Kyuhyun.

Kyuhyun melangkah meninggalkan Sooyoung tanpa kata. Kyuhyun bukannya marah pada kelakuan Sooyoung yang memeluk Minimi-nya, hanya saja seperti itulah sifat Kyuhyun. Cuek pada orang lain selain Minimi-nya dan semua sudah memaklumi sifat buruk Kyuhyun yang sudah mendarah daging itu. Dalam dunia Kyuhyun hanya ada Minimi-nya. Entah apa yang akan terjadi pada dunia Kyuhyun saat Minimi-nya pergi suatu saat nanti.

Dari balik dada Kyuhyun, Sungmin melihat Sooyoung yang melambai di tempat mereka tadi berada. Sebuah acungan jempol dan seulas senyum diberikan untuk Sungmin disertai gerakan bibir yang mengatakan sesuatu. Respon Sungmin hanya mengangguk dan menggeleng berulang kali mengetahui perkataan yang dilontarkan Sooyoung melalui perantara angin. Entah setuju, entah menolak.

'Semua akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kita bersama, kita kuat. Kita adalah satu bagian tak terpisahkan. Percaya dan tidak menyerah, kita bisa. Cinta adalah kekuatan, cinta adalah alasan. Keindahan pelangi tak akan tampak tanpa adanya tangis hujan.'

.

.

.

.

&TBC&


#Neoneun jhal saengigin ajhussi - kau adalah paman yang sangat tampan

#Mwoga issoyo? - ada apa?

#Malhaeyo - bicaralah

#Musen aniyo? - apanya yang tidak?

#Gojitmal - bohong

PS. Buat yang nungguin kelanjutan ff ini, Just Awake, and mungkin sequel-nya Topeng maaf banget ya, kalo' misal di sini gak segera update berarti emang gue gak bisa update. Taulah masalah 'pembersihan' ffn, gue juga kena soalnya...Gue mo cari 'rumah baru' dulu yang cocok, sementara gue update di blog gue, .com...berhubung tuh blog baru dan gue rada' gak bisa ngoperasiin jadi mungkin lamaaaa update...hehehhe...maaf ngerepotin and makasih buat yang udah ngebaca, suka, and ngedukung tulisan gue ^_^

Buat yang tau 'rumah baru' yang bisa nampung tulisan gue, hayuk atuh kasih info biar capcus next story-nya,,,gomawoyo chingudeul...