The Genters.
Siapa yang tidak kenal mereka?
Bagi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hanran, pasti sudah tidak asing lagi dengan band satu ini. Band yang sering manggung di pensi kampus, mau di fakul teknik atau fakul lain, ini terkenal karena kerennya, plus visualnya.
Bagaimana tidak, lima cowok dalam grup ini memiliki banyak kesamaan.
Satu, tinggi badan tiap member di atas 175 cm.
Dua, ketampanan wajah di atas rata-rata.
Tiga, kelakuan gesrek yang tak terkira.
.
.
A NCT Fict
The Genters!
Friendship - Slice of Life - Romance - Humor
Warn! Bromance, (lil bit) Harsh word(s), Boys Love, GS for several chara.
Copyright @ Choi Miun
2018
.
nb : Semua nama tempat hanya fiksi belaka.
nb 2 : Plagiat haram hukumnya.
nb 3 : Percakapan banyak memakai bahasa non baku lo-gue.
nb 4 : Fiksi ini dibuat tidak untuk menjelekkan suatu hal. Kesamaan di beberapa bagian merupakan sebuah ketidaksengajaan.
.
.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, anggotanya ada lima. Mari kita ulik satu persatu.
Lee Taeyong.
Leader dan co-founder The Genters. Posisi memegang gitar. Ketampanannya tidak diragukan lagi. (sebenarnya dia paling kuntet di The Genters, tapi kekurangannya itu tertutup sama kegantengannya.) Cowok bermuka dingin, tapi hatinya UwU. Tukang masak dan pemerhati kebersihan nomor satu di kontrakan. Anak Seoul asli, tapi belum pernah ke Namsan Tower. Dari teknik sipil semester enam.
Johnny Seo.
Sesepuhnya The Genters. Cowok rempong di teknik lingkungan. Duduk di bangku depan piano, sekaligus menjadi komposer utama. Seangkatan sama Taeyong. Pemerhati kebersihan kontrakan nomor dua. (orang lingkungan mana mungkin tidak peduli kebersihan.) Orang Korea yang lahir dan besar di Chicago, Amerika. Sekali mengomel, lima belas menit terbuang.
Jung Jaehyun.
Flower boy nomor satu di arsitektur. Vokalis yang terkenal dengan suara beningnya, biasa manggung sambil main gitar. Tukang masak nomor dua di kontrakan. Anak Daegu asli, merantau ke Seoul karena jurusan favoritnya ada di Hanran. Berjuang di semester empat. Pecinta babi gongso pedas.
Nakamoto Yuta.
Founder-nya The Genters. Cowok Jepang tulen. Memegang bass, tapi suaranya kalah nge-bass sama suaranya Tiway. Berangkat dari Osaka untuk masa depan gemilang (cita-citanya jadi arsitek.) Lama di Korea membuat banyak orang tidak tahu asal muasal aslinya. Seangkatan sama Johnny dan Taeyong.
Lucas Wong.
Maknae dari seberang lautan China, terdampar di Korea Selatan demi kelangsungan kuliah. Posisi menggebuk drum dan alat perkusi lain. Bodi paling bongsor tapi hati selembut Hello Kitty. Masih piyik, baru menjalani semester dua di teknik industri. Bahasa Koreanya belum terlalu lancar, jadi di kantong celananya selalu sedia alat penerjemah portabel.
Terbentuk dari klub band fakultas teknik, jadilah band berisi lima cogan nan menawan macam mereka. Beda jurusan tidak menghalangi mereka untuk saling dekat.
Tapi bagaimana ceritanya mereka bisa terbentuk?
.
Pendaftaran anggota The Genters
Hari 3.
Kursi di lorong depan pintu kosong melompong. Orang-orang hanya wara-wiri melewati pintu di sisi kanan lorong yang bertuliskan The Genters, tanpa ada minat untuk melirik sekalipun.
"Haduh, kalau begini kan susah." Nakamoto Yuta mendesah frustasi. Dia membuka pendaftaran buat mengisi kekosongan spot drum dan gitar. Sudah tiga hari buka lowongan, belum ada juga yang mau masuk ke ruangan ini. Apalagi ini hari terakhir pendaftaran dan audisi.
"Sabar, bro. Kita pasti dapet dua orang yang mau ngisi gitar sama drum." Johnny Seo menepuk bahu Yuta semangat. Sebenarnya dia juga sudah agak pesimis, tidak yakin kalau bakal mendapat dua orang dalam waktu 3 hari untuk masuk ke band.
"Ya mana bisa gue sabar, orang kita udah nyebar pamflet di tempat strategis kampus. Sampe lorong deket kamar mandi kampus gue tempelin satu di sana. Uang habis buat print, mana gue ada banyak tugas dan kudu beli banyak barang! Capek gue!"
"Tunggu aja bro. Sabar dikit napa."
"Kalau bukan gara-gara petisi gak masuk akal dari BEM mana mungkin kita bingung kayak gini."
Udah. Kalau begini Johnny udah malas nanggepinnya.
"Gue heran sama mantan lo itu, John. Sebegitu bencinya sama lo sampe berniat nutup ruangan ini? Atau dia benci sama gue, padahal gue gak ada masalah sama dia? Gila." Yuta menggeleng keras.
Johnny mengelak. "Ya kenapa dia benci gue? Orang dia yang mutusin gue duluan."
"Dasar perempuan ular. Kenapa harus ada cewek selicik dia?"
Tok tok tok.
"Permisi."
Satu kepala berambut cokelat nyelonong masuk melalui pintu. Seketika muka Yuta cerah bersinar.
"Akhirnya ada yang mau masuk!" Anak itu masuk ke studio sekaligus markas The Genters. Ia duduk di kursi di hadapan Yuta dan Johnny.
"Pagi, kak. Saya Lucas Wong, dari teknik industri. Saya anak semester satu."
"Jadi lo mau masuk The Genters buat isi spot apa?" Tanpa basa basi Yuta bertanya.
"Anu.. drum."
"Oke, coba main."
Segera Lucas ke pojok ruangan dimana ada satu set drum.
"Coba 8 bit." lolos.
"16 bit." lolos.
"Reggae." lolos.
"Blues." lolos.
"Disco." lolos.
"Jazz." lolos.
"Mantap. Lo lolos tahap satu. Tahap dua biar Johnny yang urus."
Lucas duduk di hadapan dua sesepuh. Sebenarnya dia mau senyum-senyum sendiri, tapi dua orang di depannya menatapnya serius. Dia berasa menciut, kayak kulit ayam digoreng.
Johnny menyilangkan tangan di depan dada. "Alasan utama lo mau masuk ke band ini apa?"
"Saya pengen jadi anak band lagi. Di kampung asli saya, Hongkong, saya main drum sama teman-teman band di sana. Saya merasa agak kehilangan pas pindah ke sini, jadi saya mau main drum lagi."
Johnny mengangguk serius. Bagus juga anak ini. Yuta menyimak dari kursinya.
"Band ini yang ngurus kita sendiri. Kampus cuma ngasih keyboard, drum, ampli, ruangan sama seuprit dana buat latihan. Honor yang kita dapet dari manggung juga nggak terlalu gede. Lo rela kalau honornya sedikit?"
"Iya, saya rela. Yang penting saya bisa main drum."
Yuta dan Johnny tersenyum puas. "Oke! Selamat, Lucas, lo secara resmi masuk di The Genters!" Yuta menjabat tangan Lucas, diikuti Johnny seusai menepuk bahu Lucas kuat. "Senyum aja gapapa."
Akhirnya Lucas tersenyum sumringah. Baru saja bertemu dua kakak tingkatnya ini dalam waktu 20 menit, namun rasanya seperri sudah akrab selama bertahun tahun.
Johnny menyodorkan selebaran keanggotaan. "Isi dulu data diri lo, biar kita ada data tiap anggota." Lucas mengangguk, segera ia mengisi data dirinya di kertas itu.
Ceklek~
"Belum ada anak, nih?"
Seketika muka Yuta kembali asem. Suara cempreng diiringi ketukan kitten heels mengganggu kuping pekanya. Johnny hanya memutar bola mata.
"Gimana, Mas Jepang? Udah ada anak? Eh~ Ada Jyani~"
Ten. Cewek rempong yang menjabat sebagai koordinator BEM sekaligus orang yang mencetuskan ide gila bubarkan-the-genters-karena-hanya-buang-duit.
"Gini, Mbak Thailand. Kami udah nemu satu anak yang berbakaaaat banget. Jadi lo nggak usah sok-sokan ke sini sambil haha hihi, oke?" Balas Yuta sengit.
"Eits, jangan lupa. Kalian kudu dapet dua orang, dan kalian masih kurang satu. Dalam waktu 4 jam, kalau kalian nggak segera dapet satu anak, siap-siap say goodbye sama ruangan ini."
"Dasar cewek gila!"
Ten hanya menyeringai sinis. "Lo mau apa? Protes? Emang suara lo bakal kedengeran sampe sekampus?"
Melihat Yuta yang menahan emosi, Johnny mencoba menengahi kedua orang yang sedang saling tatap tajam. "Ten, sebenernya kalau band ini cuma tiga orang apa salahnya? Toh kita juga masih bisa mang-"
"Udah, diem aja sambil nunggu satu anak lagi, oke? Kalau ada yang mau ngelirik ke ruangan ini, sih."
"Sialan!" Yuta hampir menampar pipi Ten namun dihadang Lucas sama Johnny. Ten hanya memasang smirk kecil. Ia berbalik, berjalan menuju pintu. Tersisa dua langkah, ia berhenti.
"Omong-omong, si Lee Taeyong tumben nggak kelihatan," bisik Ten yang sialnya didengar tiga cowok yang berada seruangan dengannya.
"Hah? Lo mau godain si Taeyong?"
"Bukan urusan lo."
Brak!
Pintu ruangan dibanting keras sama Ten. Lucas berani taruhan, mukanya Ten memerah mendengar nama Taeyong disebut. (Dia belum tau Taeyong itu siapa, mungkin dia orang yang menyeramkan.)
Lima menit kemudian...
"Gaes gue kembali~" Lee Taeyong masuk ke markas ditemani seorang cowok. Tiga orang di dalam langsung menoleh ke dua cowok yang baru saja datang.
"Bawa anak nih?"
"Bawa dong, so pasti." Taeyong merangkul cowok yang sejak tadi jalan di sampingnya. "Kenalin, dia Jung Jaehyun. Anaknya temennya mama gue."
"Salam kenal, sunbae. Saya Jung Jaehyun, anak arsitektur tingkat dua." Jaehyun membungkuk ke dua sesepuh sambil tersenyum singkat. Yuta dan Johnny mengangguk. Lucas membungkuk sedikit ke dua orang yang baru datang.
"Wush, ada anak baru. Kenalan dulu sama gue," kata Taeyong sambil menyodorkan tangan kanannya ke Lucas. "Gue Taeyong, leader-nya The Genters."
Lucas menjabat tangan Taeyong kuat. "Saya Lucas, sunbae. Saya jadi drummer di band ini." Taeyong menahan sakit di tangannya.
Buset, jabat tangan aja segini kuatnya. Gimana kalau nggebuk drum, jangan sampe stik drum patah apalagi membran drum-nya robek.
Taeyong melepas jabatan tangan. "Oke oke. Jadi si Jaehyun ini ternyata bisa main gitar. Udah gitu bisa nyanyi juga. Biar dia aja yang jadi vokal."
"Coba main gitar. Main satu lagu," suruh Yuta ke Jaehyun. Cowok manis berdekik di kedua pipi itu segera mengambil gitar listrik di dekat meja besar.
Tangannya langsung memainkan senar gitar, lagu Bohemian Rhapsody terdengar. Semua kicep.
"Mamaaa~ uuuu~ Didn't mean to make you cry~ If I'm not back again this time tomorrow~ Carry on carry on~ But it doesn't really matter~"
Lalu dilanjutkan gitar solo sesudah refrain. Lucas cengo. Yuta bertempuk tangan puas. Lubang hidung Taeyong kembang kempis - sok - bangga.
Sedangkan Johnny terpukau, entah suara yang bagus, permainan gitar yang keren, atau pesona Jung Jaehyun yang keterlaluan.
"Gimana?"
"Oke, lo juga lolos tahap satu. Tahap dua langsung diurus Johnny." Jaehyun jalan ke meja besar, duduk di samping Lucas, di hadapan Johnny. Yang dihadapi sigap merapikan rambutnya yang agak rewo-rewo.
"Siang, kak."
"Siang."
Mulailah interview antara Johnny dan Jaehyun.
Taeyong menyenggol Yuta. "Lihat tuh, si Johnny senyum-senyum liatin Jaehyun." Memang, cowok Chicago itu tidak berhenti tersenyum, mukanya terlalu sumringah untuk ditutupi.
"Mana ada orang yang nggak terpesona sama kegantengan Jaehyun." Dalam hati Taeyong merasa bangga telah menemukan anak berbakat seperti Jaehyun. (padahal dia tahu si Jaehyun dari mamanya)
"Eh, btw, si nenek lampir baru aja mampir ke sini."
"Haduh, ngapain lagi..."
"Biasa, ngerecokin band kita. Dia tadi nyariin lo. Gila emang."
Sementara Jaehyun baru mengisi formulir data diri, Lucas selesai mengisi data dirinya. Kertas itu ia serahkan ke Yuta.
"Ini, sunbae."
"Oke. Ada yang mau ditanyain?"
"Sunbae, tahu kos-kosan di dekat sini?"
"Lo mau ngekos?"
"Iya, soalnya ini saya udah lama tinggal sama sodara, nggak enak kalau terlalu lama."
"Mending tinggal sama kita aja. Kita ada kontrakan, tiga kamar. Nggak masalah kan kalau misal bobok berdua?" sambar Taeyong yang sedari tadi menyimak obrolan mereka berdua.
Lucas mengangguk setuju. "Nggak apa-apa, yang penting saya dapet kamar murah."
"Udah, lo udah masuk di The Genters nggak usah pake saya-sayaan. Lo gue aja gapapa, kita mah santai orangnya."
"Hehe, makasih, bang."
"Aku bisa ikut nggak? Kosanku lupa diperpanjang, ibu kos rese langsung nyuruh pergi, dan kudu pindah sebelum penghuni baru dateng." Jaehyun juga nimbrung seusai mengisi data diri.
"Iya, boleh banget." Johnny langsung ngegas. "Deket kok, cuma 10 menit dari kampus. Udah gitu bayar sewanya juga murah."
"Woke, besok Sabtu aja ke kontrakan."
.
Sama-sama merantau dari berbagai daerah membuat mereka memutuskan untuk tinggal bersama.
Ada rumah sewa di dekat kampus yang cukup besar namun harga terjangkau. Sebenarnya Johnny yang menyewa, tapi karena terlalu besar dia mengajak Taeyong dan Yuta untuk tinggal bersama. Ditambah lagi dengan dua piyik baru yang bergabung kemarin sore.
Jaehyun berdiri di jalan depan kontrakan, menunggu kehadiran Lucas. Ada tas gitar dan koper besar di samping kakinya. Lima menit kemudian, kepala Lucas nongol dari ujung jalan.
"Yow bro."
Jaehyun melambaikan tangan ke Lucas yang agak kepayahan membawa tas jinjingnya. Ditambah lagi ransel gunung di punggungnya. Berasa lihat kura-kura raksasa.
"Sori lama, tadi disuruh makan dulu."
"Gapapa, ayo masuk ke gang."
Jalan masuk ke kontrakan agak kecil, tapi tidak sekecil gang senggol. Cukup untuk satu mobil dan satu motor. Jalan 3 menit, sampailah mereka berdua di rumah The Genters. Rumah minimalis bercat biru langit, dengan warna putih dari kusennya.
Yuta sudah menunggu sejak tadi, jongkok di teras depan rumah. Segera ia berjalan ke gerbang depan.
"Ayo masuk!"
Jaehyun dan Lucas segera masuk ke pelataran depan rumah. Ada taman kecil serta kolam ikan mungil. Ada juga carport yang diisi dua sepeda gunung dan satu skuter hitam.
Masuk rumah langsung disambut dengan ruang tamu sekaligus ruang TV. Di sisi kanan belakang ada pantry sekaligus dapur. Ada tiga pintu kamar yang mengelilingi ruang TV.
"Eh halo halo." Johnny menyambut kedua tamu dari kamarnya. Ada stiker bertuliskan 'Jyani' di pintu kamarnya. Jaehyun dan Lucas membungkuk sedikit. Taeyong juga keluar dari kamar paling pojok, di dekat pintu belakang.
"Lihat-lihat dulu, barangnya taruh aja di samping sofa."
Mereka berdua meletakkan koper dan tas di karpet depan TV. Karpet abu-abu polos, halus, juga sofa agak besar warna putih keabuan. Bantalnya juga lucu-lucu, bawaannya ingin Lucas pakai buat tiduran.
"Jadi boboknya gimana, hyung?"
"Gini aja, Johnny sama Yuta bobok bareng di kamarnya Johnny. Terus Lucas sama Jaehyun di kamarnya Yuta. Gue bobok di kamar gue sendiri. Nanti ke depannya bisa ganti roommate."
Masuk ke kamar milik Yuta, duo maknae kagum. Kamar dengan ranjang queen size, lemari pakaian di samping pintu kamar. Meja belajar ada di samping jendela, lalu kamar mandi dalam.
Jaehyun masuk ke kamar mandi. Ada shower dan washtafel yang menyatu dengan cermin.
Kamarnya Johnny tidak beda jauh dari milik Yuta. Cuma barangnya banyak yang berwarna hijau teh dan putih. Jaehyun jadi kepikiran es krim matcha.
Ternyata kamarnya Taeyong agak kecil dari dua kamar lainnya. Ranjangnya sih yang ukuran 140 x 200, nggak terlalu kecil. Tapi di kamar lain ukurannya queen size. Furniturnya sama, begitu pula dengan isi kamar mandi dalamnya.
Dapurnya cukup luas. Ada pantry yang sekaligus menjadi meja makan di samping dapur. Di samping dapur ada pintu kaca geser. Teras belakang yang digunakan untuk jemuran dan tempat mesin cuci. Dua sofa bean bag dan meja bundar untuk santai terletak di teras belakang.
"Cocok nggak?"
Lucas mengangguk ke Jaehyun yang sibuk mengecek isi kulkas. "Kayaknya gue betah, bang, kalo tinggal di sini."
Mereka berdua bergabung duduk di karpet depan TV. Sudah ada tiga member lain, duduk di atas sofa.
"Gimana? Jaehyun? Lucas? Berminat tinggal di sini?"
Keduanya mengangguk. Taeyong tersenyum puas.
"Jadi, The Genters, siap jadi band aktif lagi?"
Kelimanya tersenyum ganteng.
.
.
.
Note :
Halo!
Mungkin ada yg tertarik sama fic abal ini. Cerita ini sebenernya udah dipublish di sini, castnya kai yeol kris hun lay, tp itu ancur (udah saya hapus juga) n saya berniat utk bikin remake-nya. Udah gitu lg kesengsem sama nct, maka jadilah ff ini.
Utk romance, ada sedikit lah. Ada yg straight, ada yg belok. (efek nonton drama bl thai, bl-nya 1 straight-nya banyak) Diliat dr chap ini mungkin udah terdeteksi kapal" yg akan berlayar.
Last, fav, follow, and review plz :D
