Pernahkan kau mendengar sebuah dongeng dimana seorang putri tertidur panjang di tengah sebuah hutan karena sebuah kutukan, dan hanya bisa terbangun dengan sebuah ciuman dari seorang pangeran tampan yang merupakan belahan jiwanya.
Dan bagaimana bila kisah ini berbeda, sang 'putri' sengaja memilih terlelap dalam tidurnya seorang diri dan tak akan ada seorang pangeran yang akan membangunkannya dengan sebuah kecupan hangat karena sang pangeran itulah alasannya berada di sini. Sendiri di sebuah hutan yang sepi. Menutup mata entah untuk berapa lama.
0o0
A Yunjae Fict
Disclaimer:
Mereka hanya milik diri sendiri, Yun milik Jae n Jae milik Yun … deal xdddd
Sabaku 'Mizu' AKumu Present
He is (not) Sleeping Prince(ss)
0o0
Praangg
Sebuah cangkir dengan ukiran yang begitu rumit baru saja menyentuh bumi. Hancur berkeping-keping karena kemarahan seseorang. Mata musang namja itu berkilat penuh amarah. Tangannya terkepal erat seakan ingin menghancurkan sesuatu, tidak baru saja ia sudah melakukannya menghancurkan sebuah cangkir berharga juta won dengan mudahnya.
"Percuma kau hancurkan semua isi rumah ini, apa yang baru saja kau dengar bukanlah omong kosong."
Sebuah suara yang sama yang baru saja didengarnya menyerukan sebuah reaksi atas tindakan yang baru saja dilakukannya. Mata yang biasanya penuh dengan kepercayaan diri itu kini meredup. Mata yang selalu menyeringai penuh ambisi kini hanya bisa menyesali apa yang sudah dilakukannya.
"Bohong bukan, Jaejoong tak mungkin melakukannya … DIA TAK AKAN MELAKUKANNYA, YOOCHUN!"
Praaang …. Braaakk …
Kali ini sebuah meja sudah hancur dengan indahnya bersama dengan semua yang berada diatasnya. Ternyata kemarahan seorang Jung Yunho hanya bisa tersalurkan dengan merusak seisi rumahnya sendiri.
"Jangan salahkan Kim Jaejoong—"
"Namanya Jung Jaejoong, kalau kau lupa."
"—atas semua yang sudah dilakukannya." Seakan menulikan apa yang baru saja didengarnya namja yang selama ini berada menjadi tangan kanan namja itu hanya melanjutkan perkataannya dengan santai, "itu semua karena takdir tak lagi berpihak pada kalian."
Pemua yang sedari tadi berbicara itu melangkah keluar tanpa memperdulikan kalau lawan bicaranya sudah terduduk di lantai. Tak memperdulikan kalau kedatangannya memberikan pesan dari seseorang akan bisa menghancurkan seorang 'raja'. Namun bagaimana pun ia harus menyampaikan pesan terakhir 'darinya' dari seorang Kim Jaejoong untuk Jung Yunho.
"Aku pulang, dan aku keluar dari perusahaanmu, Yun. Maaf"
Braaak
Pintu itu pun tertutup dengan sempurna meninggalkan seorang namja yang kini merasakan kekecewaan dan luka yang teramat sempurna. Karena ia tak bisa menyalahkan dan tak akan bisa membencinya. Seseorang yang sangat dicintainya dan juga dibencinya secara bersamaan saat ini.
"Brengsek!"
0o0
"Kau sudah menyampaikannya, chagi?"
Yoochun yang baru saja turun dari mobilnya sudah disambut pertanyaan dari namja yang kini berstatus namjacingu-nya. Pandangan khawatir terlihat dari raut wajah namja manis yang lebih muda darinya itu.
"Sudah dan sekarang waktunya kita pergi dari kota ini. Semua sudah berakhir."
"Ya kau benar. Semua sudah berakhir. Benar kan Jaejoong-hyung?"
0o0
Jung Yunho. Presder Mirotic Inc. itu hanya bisa mendecih kesal di balik meja kerjanya. Ruangan yang dulu diisi berdua dengan sahabatnya yang baru saja mengundurkan diri dari perusahaannya itu kini terasa begitu luas.
Tak ada lagi keriangan bahkan tawa dari seseorang yang juga seharusnya berada di ruangan ini. Seorang yang seharusnya menjadi 'istri'nya. Seseorang yang seharusnya berada disisinya. Seseorang yang seharusnya menjadi miliknya. Yah semua kata seharusnya yang memang seharusnya terjadi. Tapi semua itu hanya tinggal sebuah kata. Takdir yang telah menghancurkan semua.
Tok … tok …
"Permisi Yunho-ssi." Seorang yeoja berkacamata yang mengenakan sebuah pakaian formal berwarna biru itu tampak berjalan anggun menuju ke meja atasannya. Berharap bisa menggodanya mungkin terlebih dengan rok yang terlalu pendek. Namun melihat seringai yang terpampang dibibirnya rasanya kemungkinan itu tak akan terjadi.
"Kau …"
"Asisten utama keluarga Kim. BoA Imnida." Yeoja itu meletakkan berlembar-lembar surat yang Yunho tahu ia tak akan menyukainya.
"Tuan Muda berpesan kalau semua sudah berakhir. Dan ini surat perceraian anda yang sudah dibubuhi tanda tangan tuan muda Jaejoong."
"Katakan dimana Jae." Yunho berbicara dengan suara dingin, kalau bukan melihat kalau sosok yang ada dihadapannya adalah seorang yeoja Yunho pasti tak akan segan menggunakan sebuah kekerasan saat melihat yeoja itu malah tertawa kecil menanggapi pertanyaannya. Apa pun cara pasti dilakukannya untuk mendapatkan Jaejoong-miliknya kembali.
"Percuma, anda tak akan menemukan Tuan Muda di mana pun. Jadi saran saya berhentilah berharap. Bahkan keluarga besar Kim tak bisa menemukannya. Apa lagi anda yang hanya—" yeoja itu tak melanjutkan perkataanya yang mungkin akan memancing kemarahan sang kepala keluarga Jung. Karena bagaimana pun tujuannya hanya menyampaikan pesan sang majikan, "Permisi." Membungkuk hormat sebagai sebuah kewajiban ia pun meninggalkan Tuan Muda Jung Yunho yang terhormat dengan kemarahan yang mungkin akan menghancurkan ruangan ini sama dengan kediaman Jung beberapa waktu lalu.
"Aku pasti akan menemukanmu kembali Jung Jaejoong, tak perduli kalau aku harus menghancurkan siapa pun termasuk diriku sendiri. Kau harus kembali. Kesisiku. Kesisi seorang Jung Yunho."
0o0
Another Timeline, Di sebuah desa di pedalaman jepang, tepatnya di Hokaido.
"Jejung, apa kau benar-benar akan pulang ke Korea malam ini?"
Tangan yang baru saja hendak memasukkan baju ke dalam koper itu, tampak terhenti. Kepala bersurai coklat madu itu menoleh sejenak. Menampilkan sebuah senyuman yang sudah lama tak terlihat pada orang-orang di sekitarnya.
"Ne, kurasa … sudah saatnya aku kembali. Bukankah sudah hampir satu tahun berlalu."
"Tapi …"
"Tenang saja, aku akan baik-baik saja."
Yeoja setengah baya yang selama ini menemani namja berkebangsaan Korea itu selama di Jepang, hanya bisa menatap teduh ke arahnya. Sedikit khawatir melihat seseorang yang sudah dianggapnya anak selama ini akan kembali ke negaranya. Tidak bukan takut karena tak akan bertemu kembali.
Hanya saja …
Dirinya takut kalau namja bernama Kim Jaejoong itu hanya akan kembali terluka hanya karena sebuah kisah di masa lalu. Sebuah kisah yang pastinya masih akan tetap kekal di sana. Di sebuah negara yang membuanya harus melarikan diri kemari.
"Baiklah, jaga dirimu baik-baik, ne Jejung."
"Arigatou, Umma."
Terbelalak kaget dengan panggilan yang baru saja diucapkannya, membuat Yeoja itu memeluk erat tubuh namja yang bahkan entah sejak kapan bertambah kurus sejak ia terakhir kali memeluknya—satu tahun yang lalu.
"Terima kasih, sudah menjagaku satu tahun ini," lirih Jaejoong pelan. Sebenarnya ia masih belum mau beranjak dari rumah ini. Rumah yang menjadi tempatnya berpulang sejak dulu, walau yeoja yang sedang memeluknya ini bukanlah umma kandungnya namun ia tahu kasih sayang tulus yang selalu didapatnya—yang tak akan didapatkan dari wanita lain—selalu membuatnya bisa menjalani hidupnya, 'tapi maaf aku harus kembali, memastikan kematian beruang bodoh itu ditanganku.'
0o0
Keep or Delete
0o0
A/N: Just Prolog … fict pertama Mizu di fandom ini hehehe kalau chingu berpikir fict ini cukup layak buat diteruskan bakal Mizu upload deh chap 2 nya^^ pai pai
