Title: A.B.S

Cast: Jung Yunho, Kim Jaejoong, Shim Changmin, Jung Jaejoon (Juni), Jung Junho (Juno), Park Yoochun, Choi Siwon.

Genre: Family, romance.

Rate: T

Disclaimer: They just belong to themselves and God.

...

Malam itu, keluarga Jung sedang menonton televisi, tapi sebenarnya hanya Yunho dan Jaejoong saja yang menonton karena ketiga anaknya sudah tidur. Changmin dan Juni tidur di karpet, sedangkan Juno dalam pelukan Jaejoong yang duduk di sofa bersebelahan dengan suaminya.

"Wah~ absnya keren~" gumam Jaejoong saat melihat iklan sebuah produk susu. Matanya berbinar melihat pria-pria dengan abs yang terbentuk dengan jelas. Seksi.

Yunho yang mendengar komentar pasangannya langsung melirik pria manis itu. Kemudian Yunho beralih ke televisi yang masih menampilkan beberapa pria dengan perut yang membuat pria lain merasa iri. Secara tak sadar Yunho mengelus perutnya, dan malah dibuat sadar kalau sekarang dia tidak memiliki abs yang kata Jaejoong keren. Sebagai seorang suami, mendadak Yunho merasa harga dirinya terinjak. Lantas dia meraih remote control dan mengganti channelnya dengan seenak hati. Hal itu tentu saja membuat Jaejoong heran.

"Kenapa di ganti?" protesnya pelan, takut membangunkan Juno karena suaranya.

"Iklan kok di tonton," sahut Yunho ketus, padahal yang dia sedang tonton sekarangpun juga iklan. Jaejoong hanya memutar matanya tak mengerti.

"Ayo pindahkan anak-anak ke kamar," Jaejoong bangkit sambil membopong Juno ke kamar. Dia sempat menciumi wajah putra bungsunya karena gemas. Sedangkan dibelakang Yunho belum bangkit, dia malah menatap punggung Jaejoong yang menjauh penuh arti, kemudian melihat ke kedua putranya yang sudah pulas. Dia beranjak dari sofa, mendekati si nomor dua yaitu Juni. Kalau yang ini dia masih kuat mengangkatnya. Dengan lembut Yunho mengangkat tubuh Juni ke dalam gendongannya. Putranya itu sempat bergerak, karena merasa tidurnya terganggu tapi berikutnya dia tertidur lagi dipundak ayahnya.

"Hei Changmin," Yunho menepuk-nepuk pelan pipi Changmin, supaya putranya itu terbangun. Memang, membangunkan Changmin tidak terlalu sulit karena sekarang putranya itu malah sudah bangkit lebih dulu dan mendahuluinya menuju ke kamarnya. Sambil menggendong Juni, Yunho berusaha bangkit berdiri, tapi dia sempat merasa kepayahan. Padahal dulu dia tak sepayah ini. Dia masih ingat bisa mengangkat Jaejoong dengan mudah, sedangkan sekarang? Apakah ini juga penyebab absnya hilang?

Dengan pikiran-pikiran yang membuatnya merasa penat, Yunho membawa Juni ke kamarnya.

...

Yunho membuka matanya saat merasa tempat tidurnya bergerak. Dia melihat Jaejoong naik ke tempat tidur. Pria itu tadi sedang sibuk memakai berbagai macam krim yang katanya membuatnya awet muda dan menjaga kulitnya supaya tetap lembut. Memang fakta sih, karena kenyataannya Jaejoong awet muda dan kulitnya sangat lembut. Yunho heran kenapa Jaejoong begitu rajin merawat dirinya.

"Kau belum tidur rupanya?" tanya Jaejoong yang sedang menata bantal, kemudian berbaring disampingnya, menatapnya dengan mata besarnya. Menurutnya Jaejoong tidak pernah berubah, dari sejak pertama kali bertemu sampai mereka memiliki tiga orang anak. Pasti istrinya ini sangat merawat dirinya.

"Aku menunggumu kan?" Yunho memiringkan tubuhnya menghadap Jaejoong. Dia mencium aroma segar dari wajah Jaejoong yang terlihat agak berminyak. "Apa tidak lengket memakai krim seperti itu?" tanyanya, mengomentari soal krim yang Jaejoong selalu pakai.

Jaejoong memeluk perut Yunho dan tersenyum, "Lengket sih. Tapi ini juga demi kamu kan," kata Jaejoong, menyimpan kepalanya didekat pundak Yunho.

"Kok demi aku?" heran Yunho tidak mengerti. Dia menyibakkan poni lembut Jaejoong, menatap mata besar yang juga tengah menatapnya.

"Iya dong. Kan kalau aku awet muda, kulitku bagus kamu nggak akan selingkuh," jawab Jaejoong diselingi dengan kekehan, kemudian dia mempererat pelukannya pada perut Yunho. "Gendutnya~" gumamnya yang membuat Yunho menegang. Dia melirik kebawah, dimana Jaejoong sedang memeluk perutnya. Jaejoong pasti berkomentar tentang perutnya kan? Tiba-tiba saja Yunho merasa buruk. Padahal Jaejoong selama ini selalu merawat dirinya sampai terlihat selalu menarik dimatanya dan itu hanya demi dia. Sedangkan demi Jaejoong apa yang sudah Yunho lakukan? Dia jadi gemuk sekarang. Otot-ototnya berganti dengan lemak, absnya luntur karena dia banyak mengkonsumsi karbohidrat. Perutnya memiliki lipatan sekarang, bukan bentuk kotak-kotak yang dulu selalu Jaejoong belai-belai sebelum tidur. Semua ini tentu saja tidak adil. Jaejoong terlihat awet muda dan kulitnya sangat bagus, tentu saja Yunho sangat menikmatinya. Lalu, apakah Jaejoong menikmati dirinya yang seperti ini? Apalagi tadi Jaejoong memuji-muji pria dengan abs di tv. Oh my god. Kenapa dia baru kepikiran sekarang?

Yunho melirik Jaejoong, pria ini sudah tertidur rupanya. Wajahnya tersenyum dengan begitu rupawan, membuat jantung Yunho berdegup nyaman. Dia selalu menikmati penampilan Jaejoong yang selalu terlihat menarik karena istrinya memang merawat tubuhnya, dan parahnya itu untuknya. Ah, semua ini benar-benar. Yunho memejamkan matanya, berusaha tidak memikirkan itu dulu. Tapi justru bayangan-bayangan tak mengenakan muncul secara bergilir dikepalanya. Yunho membuka matanya dan mendesah. Lihat saja, Jaejoong begitu ramping dan indah sama sekali tidak terlihat kalau istrinya ini sudah pernah melahirkan tiga orang anak. Dan kembali lagi pada dirinya. Dia tidak pernah melahirkan (tentu saja), tapi tubuhnya mekar, ototnya yang kencang hilang sudah berganti dengan timbunan lemak yang tebal. Cara Jaejoong memeluknya saja seperti guling. Jangan-jangan saat tidur Jaejoong selalu menganggapnya sebuah guling karena empuk. Sial. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus mulai work out lagi? Tapi dengan pekerjaannya di kantor yang selalu menumpuk, itu sulit untuk dilakukan. Oh, sepertinya malam ini Yunho benar-benar akan sulit untuk jatuh tertidur.

...

Pagi harinya, saat Yunho akan menuju dapur untuk sarapannya. Dia disambut oleh Jaejoong yang tersenyum cerah seperti biasanya. Yunho seperti ingin menciumnya kalau saja anak-anak mereka tidak sedang berkeliaran disekitar mereka. Istrinya benar-benar sempurna.

"Eh Yunho, tadi temanmu menelfon. Dia bilang nomormu tidak aktif jadi menelfon ke rumah," kata Jaejoong sambil membimbing Yunho ke meja makan. Kemudian istrinya itu mondar-mandir membuat secangkir kopi untuknya dan tiga gelas susu untuk anak-anak mereka.

"Siapa namanya? Dan bilang apa?" Yunho mulai memakan roti bakarnya bersama dengan telur mata sapi. Dia juga sempat menegur putra bungsunya yang hanya main-main dengan makanannya.

Jaejoong meletakkan secangkir kopi di sebelah piring Yunho, kemudian berdiri disamping suaminya dan berpikir. "Siapa ya? Aduh, itu lho yang punya abs," kata Jaejoong, hanya mengingat ciri-ciri orangnya saja dan parahnya itu membuat Yunho menegang lagi. Dia melirik istrinya yang tidak sadar malah kembali mengingatkannya tentang pikiran-pikirannya semalam.

"Siwon Omma, Siwon," sahut Changmin dengan tenang. Jaejoong langsung menepukkan tangannya.

"Iya Siwon!" serunya senang karena akhirnya mengingat namanya. Dia kembali sibuk untuk membuat susu. "Dia bilang jangan lupa membawa laporannya yang kau pinjam,"

Yunho hanya diam, tidak menyahut. Dia menyesap kopinya, berusaha menghilangkan pikiran penatnya tentang istrinya yang mengingat Siwon sebagai temannya yang memiliki abs. Parah. Memangnya cuma itu saja yang bisa diingatnya? Padahal Siwon itu punya beberapa ciri khas yang mudah untuk diingat seperti lesung pipi dan matanya yang besar. Kenapa harus abs? Dia menyesal pernah mengajak keluarganya berenang bersama teman-teman sekantornya. Dari sanalah Jaejoong tau kalau Siwon memiliki abs. Memang bukan Jaejoong saja yang terlihat excited melihat tubuh Siwon, istri teman-temannya yang lainpun terlihat sama excited nya. Duh.

...

"Eh Yunho," tegur suara husky yang membuatnya merinding, karena selain suara dia merasakan hembusan nafas dibelakang lehernya. Dia melirik temannya yang sudah berada sangat dekat dengannya.

"Ada apa?" tanya Yunho agak risih.

"Kau sudah dengar belum kalau Siwon ada affair dengan istrinya Hankyung?" bisik pria itu lagi. Yunho berhenti menggerakkan mousenya, matanya melebar menatap temannya.

"Kau serius?" bisiknya. Dan temannya itu menganggukkan kepalanya.

"Aku dengar dari para wanita," kata temannya lagi sambil mereka melihat keadaan sekitar. Setelah aman, mereka kembali fokus pada pembicaraan mereka. "Mereka bilang semenjak acara berenang bersama itu, mereka memulai affair nya. Makanya akhir-akhir ini aku lihat Hankyung tidak pernah menyapa Siwon,"

Yunho mengangguk-angguk kemudian menatap dimana seorang pria sedang serius dengan komputernya. Dia terlihat tak tertarik dengan gesture mereka berdua yang mencurigakan. Memang, Siwon terlihat begitu jantan. Auranya menguar kemana-mana, wajar kalau istri-istri mereka jadi mudah tertarik. Jangan-jangan Jaejoong juga. Yunho segera menggelengkan kepalanya.

"Siwon jantan sekali sih. Dan aku heran kenapa badannya bagus sekali," gerutu temannya, membuat Yunho kembali melihatnya. Temannya itu menunduk sambil meraba perutnya, menuntun Yunho untuk melakukan hal yang sama. Keduanya langsung mengeluh.

Yunho sempat melirik Siwon lagi, dan dia jadi bertekad untuk mulai menjaga tubuhnya. Pertama diet dulu, lalu dia akan ke gym setiap minggu, mungkin. Tapi demi Jaejoong dia akan berusaha. Dia bercermin pada masalah yang dialami teman satu kantornya itu. Padahal Hankyung tidak gendut, perutnya rata tapi kalau diperhatikan dia terlalu kurus. Meskipun begitu dia tidak memiliki perut berlipat seperti miliknya, dan istrinya memiliki affair dengan pria yang tubuhnya lebih bagus. Bagaimana dengan Jaejoong nanti kalau dia semakin hari semakin gemuk saja? Ah, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Jaejoong mulai tertarik sekali dengan pria lain yang punya tubuh lebih bagus darinya.

"Yunho?" bisik temannya, membangunkan Yunho dari lamunannya. "Bagaimana kalau kita nge-gym? Aku yakin badan seperti Siwon itu gampang didapatnya," kata temannya lagi. Sepertinya temannya ini juga memiliki masalah yang sama dengannya. Dia tidak menyahut, hanya menghela nafasnya.

...

"Aku pulang!" seru Yunho, dia melepas sepatunya dan beranjak masuk lebih kedalam rumahnya. Istrinya langsung menyambut, mengambil tasnya dan memeluknya. Tapi kemudian dia melihat kening Jaejoong berkerut, memperhatikannya dengan seksama. Apakah ada yang salah dengannya?

"Yunho, kau pucat. Apa kau tidak enak badan?" tanya Jaejoong dengan nada khawatir. Yunho menyentuh wajahnya, kemudian dia ingat kalau dia melewatkan makan siang di kantor karena dia sudah bertekad untuk mulai diet. Dia jadi hanya minum beberapa gelas air putih dan kopi. Sekarang dia benar-benar lapar, tapi saat teringat masalah Hankyung dan istrinya, seolah rasa lapar itu hilang entah kemana.

"Aku baik-baik saja, sayang," katanya, kemudian mengecup kening istrinya dan meninggalkannya menuju ke kamar. Di ruang menonton televisi dia melihat anak-anaknya sedang bermain-main. Si bungsu menyambut kedatangannya dengan riang, dan dua yang lain hanya tersenyum. Dia tidak mungkin akan membiarkan keluarga kecilnya ini menjadi berantakan seperti keluarga Hankyung. Dia harus membuat Jaejoong tak pernah berpaling darinya. Makanya dia harus membuat badannya terlihat sangat bagus sampai Jaejoong tak akan pernah bisa memalingkan matanya ke pria lain.

Setelah melepas kemeja dan celananya, Yunho duduk di pinggir tempat tidur. Dia akan mengirim pesan kepada temannya, Yoochun yang sudah sepakat dengannya akan menjaga badan mulai hari ini. Walaupun tadi Yoochun tetap makan siang, dan sempat memaksanya juga.

"Kau mau mandi kapan, Yunho?" tanya Jaejoong yang baru saja masuk kedalam kamar sambil menenteng tas kerjanya. Pria itu menghampirinya, berdiri dihadapannya. Dia menyimpan tas kerja Yunho di tempat tidur, kemudian memeluk kepala Yunho, mengusap-usap rambutnya dengan lembut. "Kau pasti capek sekali kan?"

Yunho hanya bergumam diantara perut dan dada Jaejoong. Dia begitu suka dengan perlakuan lembut istrinya saat mereka hanya berdua saja seperti ini. "Aku sangat mencintaimu, Jaejoong," katanya dengan suara agak teredam. Jaejoong makin mengusap rambutnya, bahkan dia merasa istrinya itu mengecup puncak kepalanya.

"Aku juga sangat mencintaimu," balas istrinya, membuat jantung Yunho berdegup nyaman. Dia mengecup dada Jaejoong, kemudian sedikit mengendurkan pelukan istrinya. Dia mendongak hanya untuk menatap kedalam sepasang mata besar yang sekarang juga tengah menatapnya. Dengan inisiatif masing-masing, keduanya saling mendekat dan berciuman dengan lembut. Hanya beberapa lumatan saja, dan mereka saling melepaskan.

"Nah, sekarang kau mandi dulu ya? Nanti aku buatkan ramuan supaya badanmu tidak pegal-pegal," kata Jaejoong sambil menangkup wajah Yunho. Istrinya itu tersenyum, sampai matanya melengkung. Indah sekali. "Gemesnya~" kata Jaejoong kemudian sambil mengusap-usap pipi Yunho dengan kedua telapak tangannya. Yunho mendadak jadi autis. Jaejoong pasti berkata seperti itu karena pipinya besar kan? Padahal dulu Jaejoong selalu memuji dan iri pada wajahnya yang kecil. Oh tidak. Padahal dia baru saja sempat melupakan pikiran penat itu.

Yunho bangkit dari duduknya, memaksa Jaejoong melepaskan pipinya. "Ya sudah aku mandi dulu," kata pria itu kemudian beranjak ke kamar mandi yang ada dalam kamar itu. Jaejoong menatap punggung Yunho heran. Menurutnya Yunho jadi agak berbeda, suka melamun dan sedikit aneh. Ada apa ya?

...

Semua memperhatikan Yunho, dan yang diperhatikan pura-pura tidak sadar. Malam ini dia hanya makan sedikit sekali nasi dan sayur, dengan alasan sudah kenyang padahal sebenarnya dia kelaparan. Sebagai gantinya dia meminum beberapa gelas air.

"Kau sudah makan diluar?" tanya Jaejoong penasaran dengan porsi makan Yunho. Biasanya suaminya itu selalu minta tambah nasi, sedangkan malam ini justru mengurangi porsi nasinya. Aneh sekali.

"Iya, dengan teman-teman," jawab Yunho, berbohong. Ini demi program dietnya. Dia harus mengurangi porsi makannya kan. Tadi setelah mandi dia sempat mengobrol dengan Yoochun lewat sms, temannya itu bilang istrinya mengomel karena dia tidak menghabiskan makanannya. Untung saja dia tidak sampai di omeli oleh Jaejoong. Tapi kalau tidak salah dia sempat melihat kerutan kecewa di wajah istrinya.

Jaejoong tidak menyahut, hanya menganggukkan kepalanya dan melanjutkan makannya dengan tenang.

"Kalau tengah malam nanti kau lapar, bilang padaku ya?" kata Jaejoong setelah pria itu hanya terdiam dengan makanannya. Yunho menganggukkan kepalanya dan tersenyum lembut.

...

Mereka baru saja menidurkan anak-anak mereka, dan kembali ke kamar mereka dengan diam. Yunho naik ke tempat tidur duluan seperti biasa. Dia mengecek ponselnya dan ada pesan dari Yoochun. Temannya bilang dia kelaparan. Dia segera membalasnya dan bilang kalau dia sama kelaparannya. Kemudian Yunho menyimpan ponselnya dibawah bantal, dia tidak ingin Jaejoong membaca obrolannya dengan Yoochun. Mungkin saja Jaejoong akan mengomel kalau tau dia sedang diet. Tanpa Yunho sadari Jaejoong melihat apa yang Yunho lakukan pada ponselnya. Pria manis itu merasa semakin aneh pada suaminya. Sebelumnya setelah pulang dari kantor, Yunho tidak pernah mengurusi ponselnya, menyentuhnyapun tak pernah. Baru ketika pagi harinya suaminya itu akan mengeceknya. Dan tidak pernah juga sampai disimpan dibawah bantal. Biasanya pria itu menyimpannya disembarang tempat. Ada apa sebenarnya?

Dengan pikiran-pikiran dikepalanya, Jaejoong berjalan kekamar mandi tanpa menoleh pada Yunho yang sudah memejamkan matanya, entah tidur betulan atau belum.

...

Pagi-pagi sekali Jaejoong bangun, dia merabakan tangannya karena biasanya dia akan memeluk Yunho beberapa waktu sebelum benar-benar bangun. Tapi kali ini dia tidak menemukan apapun disana. Seketika Jaejoong membuka matanya, dan sosok Yunho tidak dia temukan. Jaejoong mencoba menajamkan pendengarannya, mungkin saja Yunho sedang di kamar mandi, tapi dia sama sekali tidak mendengar suara apalagi pintunya agak terbuka. Cepat-cepat Jaejoong turun dari tempat tidur, dia tidak sempat memakai sandal lantainya –langsung menapakkan kakinya di lantai sampai rasanya dia seperti tertusuk jarum karena dinginnya lantai.

Pria manis ini menuruni tangga dengan penasaran kepalanya menoleh kesana-kemari, berharap akan menemukan Yunho didapur atau ruang menonton televisi. Tapi tetap dia tidak menemukannya disana. Dia berjalan ke pintu utama, menarik knopnya dan pintunya langsung terbuka. Tidak terkunci. Berarti Yunho keluar kan? Tapi kemana? Dia melihat ke arah jam dinding yang masih menunjukkan jam 6 pagi. Yunho hampir tidak pernah bangun sepagi ini, apalagi sampai meninggalkan rumah. Perasaan tak enak langsung menyerangnya. Suaminya memang bertingkah aneh sejak kemarin-kemarin, dari yang sulit sekali di suruh untuk makan, bahkan pernah pula pria itu meninggalkan sarapannya –hanya mengigit sekali rotinya dan hanya meminum kopinya, selain itu juga suaminya jadi suka sibuk dengan ponselnya. Dan saat Jaejoong diam-diam mengeceknya, dia sama sekali tidak menemukan pesan masuk atau keluar. Sepertinya memang sengaja langsung di hapus semuanya. Apakah suaminya… Tidak, dia tidak boleh berpikiran yang tidak-tidak sebelum dia menemukan bukti yang lebih kuat.

Perhatian Jaejoong jadi tertuju pada seorang pria yang memasuki gerbangnya, memakai training dan kaos polos berwarna putih tipis yang terlihat lengket di kulitnya. Pria itu jelas sekali suaminya. Jaejoong bersikap seolah-olah tidak ada yang aneh. Dia berjalan keluar menuju teras untuk menyambut suaminya.

"Pagi Jaejoong sayang," sapa suaminya yang sudah berdiri didepannya dengan cengiran khasnya. Entah kenapa Jaejoong justru merasa sedih saat melihatnya. Kenapa suaminya segembira ini setelah melakukan jogging? Jogging eh? Baru kali ini dia melihat suaminya ini jogging. Ini adalah hal aneh berikutnya yang perlu dia kumpulkan untuk menjadi barang bukti.

"P-pagi Yunho," balasnya agak terbata. Suaminya masih saja dengan cengirannya yang membuatnya semakin terlihat tampan berkali-kali lipat dan Jaejoong selalu merasa jatuh cinta padanya, seperti masa-masa saat mereka masih berpacaran.

"Capek sekali," keluh Yunho kemudian. Pria itu mencopot kaosnya didepan Jaejoong, kemudian membuatnya untuk menyeka keringat disekujur badannya. Jaejoong merasa perut Yunho agak kempis, tidak secembung biasanya. Tapi dia tidak begitu memikirkannya karena pikirannya sedang dipenuhi oleh hal lain. Dia mengajak suaminya masuk dengan perasaan mengganjal di hatinya.

...

Seperti hari-hari sebelumnya, Yunho hanya memakan rotinya sedikit dan hanya meminum kopinya. Dia berpamitan pada Jaejoong dan anak-anaknya, mencium kening Jaejoong dengan sayang tanpa sadar kalau istrinya sedang di landa kecurigaan terhadapnya dan menjadi sedih.

"Changmin, apa wajah Omma terlihat tua sekarang?" tanya Jaejoong setelah Yunho meninggalkan dapur.

Changmin mengernyitkan keningnya. Tumben sekali ibunya berkata demikian, padahal biasanya ibunya adalah orang paling narsis yang selalu mengatakan pada anak-anaknya bahwa dia awet muda. "Wajah Omma baik-baik saja," katanya sebelum kembali memakan rotinya.

Jaejoong menghela nafasnya kemudian menelungkupkan tubuhnya ke meja. Hal itu mengundang perhatian anak-anaknya yang jadi heran. Dan tiba-tiba Jaejoong menegakkan tubuhnya, menatap putranya dengan mata yang menyala. "Apa Omma gendutan?!"

Changmin dan Juni secara serempak menggelengkan kepala mereka, sedangkan si bungsu diam saja, belum mengerti. Jaejoong kembali mengeluh dan bangkit, memilih untuk mencuci piring kotor daripada memikirkan hal yang belum jelas kebenarannya.

...

"Aku turun 2 kilo lho," kata Yoochun dengan gembira. Selama hampir seminggu dia memang sama menderitanya dengan Yunho, sampai dia sering kena omel istrinya.

"Aku 3 kilo," sahut Yunho datar, tapi sebenarnya dia bangga.

"Wah! Hebat kau bro! Pasti kau sangat menderita karena lapar bukan?!" seru Yoochun merasa salut pada perjuangan keras Yunho. Memang, setiap jogging bersama dia melihat Yunho begitu bersemangat.

"Tentu saja. Tapi akhirnya terbayar juga dengan turun sebanyak 3 kilo," kata Yunho, dia tersenyum begitu lebar. Kemudian membayangkan kalau sebentar lagi dia akan memiliki tubuh sempurna, dan merebut seluruh perhatian istrinya. Itu pasti akan membuatnya merasa menjadi suami paling bahagia di dunia.

"Oi kalian, boleh aku minta tinta?" tegur suara di dekat mereka. Yunho menolehkan kepalanya dan melihat Siwon yang saat itu memakai kemeja ketat, membuat tubuhnya terlihat sangat bagus.

"Nih!" ketus Yoochun sambil memberikan sebotol tinta berwarna hitam. Siwon menerimanya dan tersenyum, menampakkan lesung pipinya. "Besok-besok aku akan memakai kemeja yang lebih ketat daripada miliknya," gumam Yoochun sambil meremas-remas selembar kertas. Yunho yang mendengarnya langsung tertawa-tawa. Dan hari itu dia mendapat teguran dari atasan karena mengobrol saat bekerja. Sialnya.

...

"Aku selesai!" kata Yunho sambil meletakkan sumpitnya disamping mangkuk nasinya. Malam ini, seperti malam sebelumnya dia makan sedikit sekali. Lagi-lagi dia beralasan diajak temannya makan diluar.

"Kenapa akhir-akhir ini suka sekali makan diluar bersama temanmu?" tanya Jaejoong, wajahnya tenang tapi nadanya terdengar ketus. Bahkan istrinya itu tidak menatapnya. Yunho jadi terpana melihatnya.

"Itu, temanku memang akhir-akhir ini selalu memaksaku makan diluar. Maaf ya?" katanya, tau kalau Jaejoong tidak suka dia selalu makan diluar. Tidak hanya malam ini, beberapa malam yang lalu Jaejoong juga menunjukkan ketidaksukaannya saat Yunho mengatakan alasan yang sama.

"Tau begitu kan aku tidak akan masak banyak," ujar Jaejoong lagi, kali ini pria itu bangkit, membawa mangkuk nasinya ke tempat cuci piring. Dia langsung mencucinya dengan diam, sementara yang lain memperhatikannya dengan heran. "Kalau sudah selesai biarkan disitu saja, nanti Omma yang bereskan," katanya, beranjak pergi ke ruang menonton televisi.

Yunho hanya memperhatikan istrinya dengan heran. Istrinya memang terlihat berbeda sejak kemarin. Tatapan matanya sering sendu, dan jarang sekali menatapnya lama-lama. Ada apa sebenarnya? Apa ada yang salah?

...

Mereka sekeluarga menonton televisi bersama. Dan Yunho semakin merasakan keanehan Jaejoong. Biasanya pria itu menemaninya menonton di sofa, tapi kali ini pria itu tiduran di karpert bersama si bungsu yang bermain-main dengan dadanya. Sementara Changmin dan Juni juga tiduran didekatnya. Dan selama mereka menonton, istrinya tak pernah mengatakan apapun kepadanya. Apakah istrinya marah? Apakah benar-benar tentang dia yang selalu beralasan makan diluar?

Tidak lama setelah itu, ketiga putranya sudah tertidur. Biasanya kalau sudah tengah malam Jaejoong akan mengajaknya memindahkan anak-anaknya tapi kali ini tidak. Pria itu diam saja, mendekap si bungsu.

"Jaejoong?" panggil Yunho, memastikan apakah istrinya tidur atau belum.

"Hm?" sahut istrinya. Berarti dia tidak tidur.

"Sebaiknya anak-anak di pindah ke kamar," katanya. Jaejoong langsung bangkit duduk, menatapnya sebentar dan berdiri.

"Kau yang pindahkan mereka. Aku mau membereskan meja makan," katanya datar dan berlalu dari sana sebelum Yunho sempat berkomentar.

Yunho terperangah beberapa saat sebelum dia bangkit dan mulai memindahkan anak-anaknya ke kamar. Setelah selesai, dia kembali ke ruang televisi untuk mematikannya. Dilihatnya Jaejoong masih sibuk di dapur. Dia menghampirinya kesana.

"Di cuci besok saja, sekarang dingin kan?" katanya menyarankan.

Jaejoong seperti tidak mendengarkannya. Pria itu tetap mondar-mandir, padahal apa yang dilakukannya tidak begitu penting. Yunho jadi merasa semakin ada yang aneh disini. Pasti sesuatu sedang terjadi.

"Jaejoong ayo kita tidur," katanya, mendekati Jaejoong dan berusaha menyentuh istrinya. Tapi pria itu mengelak, menghindarinya dengan membereskan meja makan yang sudah beres sejak tadi. Yunho tetap tidak menyerah, dia mengikuti istrinya. Kali ini Jaejoong tidak menghindar. Pria itu sedang melipat kain-kain kecil yang biasanya untuk menyeka mulut mereka. Yunho menyentuh lengan Jaejoong, tapi pria itu tidak bereaksi, menatapnyapun tidak. "Jaejoong sayang, kau kenapa?" kata Yunho lagi, selembut mungkin.

"Aku baik-baik saja," jawab Jaejoong masih ketus. Pria itu melepas apronnya dan menyimpannya sembarangan di meja makan. Kemudian dia meninggalkan dapur, Yunho kira istrinya akan ke kamar, tapi pria manis itu malah menjatuhkan dirinya di sofa. Kemudian menyalakan lagi televisi yang baru saja Yunho matikan.

Yunho kembali menghampiri istrinya, duduk disebelahnya. Jaejoong seperti tidak menggubrisnya, malah mengganti-ganti channel televisi seperti kebiasaan buruk Juno. "Jaejoong, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa," sahut Jaejoong cepat. Dia agak membesarkan volume televisi.

Seperti menjadi tidak sabar, Yunho langsung saja mencengkram lengan Jaejoong dan menarik pria itu supaya melihat kepadanya. Jaejoong malah menunduk, seperti tak mau menatapnya. Yunho menangkup wajah Jaejoong, menatapnya lembut. Sedang Jaejoong tidak bisa fokus, bola matanya bergerak dengan gelisah.

"Hei, kau kenapa?" tanya Yunho semakin khawatir saat mata bulat istrinya berkaca-kaca. Dia baru akan memeluk istrinya saat pria itu malah menahan tubuhnya dengan mendorong bahunya.

"Kau berubah," kata Jaejoong dengan suara bergetar, tatapan matanya yang menatap mata Yunho terlihat begitu terluka. Hal itu membuat nafas Yunho tercekat. Ini terjadi lagi, padahal sudah lama sekali dia tidak pernah melihat Jaejoong seperti ini. Ada apa? Apa yang telah diperbuatnya?

"Aku? Berubah?" tanyanya seperti takut kalau dia salah dengar. Jaejoong menggenggam kedua pergelangan tangan Yunho, dan menyingkirkannya dari tubuhnya.

"Kau banyak berubah, Yunho. Kau berubah dan aku… takut," kali ini Jaejoong membiarkan suaranya parau dan buliran airmata mengalir di pipinya. Dia berusaha tak mengeluarkan suara lebih keras daripada ini supaya tidak membangunkan anak-anak mereka.

Yunho membuka mulutnya, kemudian menutupnya lagi. Dia merasa terluka melihat Jaejoong menjadi rapuh begini. Tapi sejujurnya dia tidak mengerti kenapa Jaejoong bilang dia berubah.

"Apa aku sudah terlihat tua sekarang? Apa aku jadi gendut Yunho?" Jaejoong bertanya dengan suaranya yang bergetar. Airmatanya semakin deras mengalir di wajah mulusnya. Yunho menggelengkan kepalanya dan berusaha memeluk pria itu lagi, tapi Jaejoong masih menahannya. Dia menyentuh pundak Yunho, dan menahannya supaya pria itu tidak memeluknya. "Apa aku tidak menarik lagi? Katakan saja, Yunho," Jaejoong mengusap wajahnya dengan sebelah tangan walaupun percuma airmatanya yang lain segera menyusul.

"Jaejoong, aku tidak tau apa yang kau bicarakan tapi kau sungguh luar biasa. Kau orang paling luar biasa yang pernah aku temui dan aku sangat beruntung bisa memilikimu," kata Yunho agak tak beraturan. Dia sungguh ingin berteriak karena tidak tega melihat Jaejoong begini, tapi juga tidak paham dengan kesalahannya.

"Lalu kenapa kau berubah, huh?" sembur Jaejoong, dia agak memukul pundak Yunho kemudian mengusap-usap wajahnya dengan kedua telapak tangannya dengan berantakan. Sisa tangisnya yang di tahan-tahannya justru membuatnya terlihat semakin rapuh, dan Yunho sangat ingin memeluknya, sangat erat.

Yunho menelan ludahnya, dia tidak tau harus bagaimana. "Aku… berubah apanya, sayang?" tanyanya berusaha lembut walaupun emosinya ingin mendorongnya supaya mengupas tuntas tentang apa yang dipikirkan Jaejoong tentangnya. Dia justru frustasi karena merasa tidak melakukan hal yang fatal.

"Kau masih bertanya," Jaejoong menyeka ingusnya. "Kau jadi sering makan bersama temanmu, kau juga tidak pernah memakan roti yang aku buatkan. Dan kau juga sekarang sibuk dengan ponselmu, padahal biasanya kau tidak, lalu kau suka sekali jogging…" pria itu menggigit bibir bawahnya, menahan tangisnya yang akan kembali meledak. "Apa kau punya orang lain yang menarik perhatianmu, Yunho?"

Yunho terpana, dia mengedipkan matanya. Dia tidak menyangka ternyata yang dikeluhkan Jaejoong adalah perubahannya yang itu? Oh my god. Rasanya Yunho antara ingin tertawa keras dan merasa kasihan pada Jaejoong yang ternyata juga tersiksa. Kenapa jadi salah paham seperti ini?

"Sayang," kali ini Yunho agak memaksa untuk memeluk Jaejoong. Akhirnya pria itu pasrah, dan melepaskan tangisnya di pundak bidangnya. Dia balas memeluk Yunho dengan erat, mencengkram bagian belakang kemeja tidur Yunho sampai pria itu merasa sesak dengan pakaiannya. "Aku sangat mencintaimu Jaejoong," bisik Yunho di dekat telinga Jaejoong, tapi istrinya itu menggelengkan kepalanya seolah tak mempercayai perkataannya.

"Aku harus menjelaskannya dari mana ya?" Yunho mendecakkan lidahnya, dia mengecup kepala Jaejoong.

"Kau harus menjelaskan semuanya," kata suara Jaejoong yang teredam di pundak Yunho.

"Tentu saja aku harus. Kalau tidak bisa gawat kan?" Yunho mengecup lagi kepala Jaejoong, lalu dia agak melonggarkan pelukan mereka, mendorong Jaejoong supaya dia bisa menatap pria tersebut. Dia sedikit membenahi rambut Jaejoong yang berantakan sampai agak menutupi sebagian wajahnya. Yunho tersenyum saat melihat Jaejoong menatapnya. "Sudah lama kan kau tidak menangis begini? Rasanya kangen juga," katanya dengan tawa konyol. Dia langsung mendapatkan tepukan dikepala dari Jaejoong.

"Jadi kau suka melihatku begini?" Jaejoong mendelikkan matanya. Yunho langsung membuat ekspresi menyesalnya, kemudian kembali tersenyum konyol.

"Sebenarnya aku berubah juga demi kamu, Jaejoong sayang," kata Yunho kemudian, dia berusaha memulai ceritanya dengan benar supaya tak satupun penjelasan terlewatkan sehingga membuat Jaejoong masih merasa bingung dan curiga.

"Demi aku? Apanya?" protes Jaejoong dengan wajah tak senang.

Yunho membuat cengiran di wajahnya, yang membuat Jaejoong mau tak mau merasakan degupan kasar di jantungnya. "Sebenarnya selama seminggu ini aku tidak pernah makan diluar dengan temanku," katanya, jujur.

Jaejoong menatap mata Yunho, seperti mencari-cari penjelasan pendukung dari mata tajam yang disukainya itu. "Lalu kau makan dengan siapa?" tanyanya dengan nada agak menuntut.

Dia tidak langsung menjawab, malah menggaruk belakang kepalanya dengan salah tingkah. "Aku tidak makan dengan siapapun. Aku sebenarnya tidak makan apa-apa," katanya, tapi malah membuat Jaejoong mengedipkan matanya seperti tidak mengerti. "Anu… bisa dibilang aku… diet," kali ini Jaejoong melebarkan matanya, kemudian keningnya berkerut.

"Kenapa diet? Untuk apa diet?"

"Bukankah kau suka dengan pria yang memiliki abs?" tanya Yunho hati-hati, juga waspada pada reaksi Jaejoong berikutnya.

Kali ini bukan hanya matanya yang melebar, mulut Jaejoongpun terbuka. Sesaat otaknya seperti kosong. "Oh! Astaga Yunho!" Jaejoong memegang pundak Yunho, tidak tau harus bagaimana. Ternyata semua berawal dari hari itu. Astaga! Harusnya dia peka kenapa Yunho tidak suka saat dia memuji pria-pria dalam iklan. Sialnya.

"Makanya aku diet agar aku punya abs lagi seperti dulu, kan demi aku kau juga selalu merawat tubuhmu untuk menyenangkanku, jadi aku merasa juga harus menjaga tubuhku supaya menyenangkanmu juga. Dan aku tidak menyangka kalau akhirnya malah jadi salah paham begini," Yunho menunjukkan raut menyesalnya pada Jaejoong. Istrinya itu masih menatapnya seperti tak percaya. Tapi tidak lama kemudian istrinya menghambur kedalam pelukannya.

"Kau bodoh sekali sih, Yunho," kata Jaejoong dengan suara bergetar. Dia memeluk Yunho dengan erat. Tidak menyangka kalau dia hanya salah paham. Bahkan Yunho jadi begini juga karena dia. Dia yang sering mengatakan kalau Yunho gendut pasti sudah menekan mental suaminya. Padahal sejujurnya dia berkata begitu karena senang dengan apa adanya Yunho. "Aku sangat mencintaimu, sekalipun kau tidak punya abs. Aku mencintaimu," Jaejoong mendekap pundak Yunho, dan menghirup dalam-dalam aroma khas suaminya yang seperti menyegarkan otaknya.

Yunho balas mendekap Jaejoong tak kalah eratnya. Dia mengecup kepala Jaejoong berkali-kali, mengungkapkan rasa sayangnya. "Maaf sudah membuatmu jadi salah paham. Harusnya aku bilang padamu kan?"

Jaejoong semakin menenggelamkan wajahnya di pundak Yunho. Dia merasa bersalah walaupun di sisi lainnya dia merasa begitu senang karena Yunho berusaha menyenangkannya juga. Dia tak menyangka Yunho memiliki pemikiran yang seperti itu. Padahal mau seperti apapun postur Yunho, dia tetap merasa senang. Dia merasa begitu terharu karena Yunho sudah berusaha keras demi dirinya. "Oh Yunho, aku sangat mencintaimu," katanya setelah tak menemukan kata-kata lain yang ingin dia sampaikan.

"Aku tau. Dan aku juga sangat mencintaimu, Jaejoong," seperti tidak pernah bosan, Yunho mengecup kepala Jaejoong berkali-kali dengan sayang. Sepertinya memang segala sesuatu harus dibicarakan terlebih dahulu sebelum terjadi sebuah kesalahpahaman yang justru membuat orang lain menderita, padahal tujuan kita untuk menyenangkannya.

...

Sudah hampir jam tiga pagi tapi Jaejoong masih tertawa-tawa. Dia membaca obrolan Yunho dan Yoochun yang ternyata lewat kakaotalk. Yunho memberitahunya, dan dia langsung tidak menyiakan kesempatan untuk membaca obrolan konyol mereka. Meskipun kebanyakan lucu, tapi ada juga yang membuat Jaejoong merasa begitu terharu. Yunho jelas sangat memikirkannya, demi dia suaminya itu jadi harus menderita menahan lapar padahal dia punya maag. Untung saja tidak sampai kambuh.

Jaejoong menyimpan ponsel Yunho dan menggeser tubuhnya mendekati suaminya yang sudah lebih dulu tertidur. Dia mengecup dulu bibir Yunho sebelum memeluk tubuh besarnya dengan erat. Yunho sudah sepakat untuk tidak berhenti melakukan program dietnya, dan Jaejoong mengizinkannya dengan syarat kalau Yunho harus berkonsultasi dulu dengan dokter karena dia punya penyakit maag yang tidak bisa dianggap sepele. Dan Jaejoong juga sudah bertekad untuk mengganti merk make upnya menjadi yang lebih mahal supaya hasilnya lebih maksimal. Mereka berdua saling berusaha untuk menyenangkan satu sama lain demi kebaikan hubungan mereka juga. Jaejoong mengusap-usap perut Yunho sambil memejamkan matanya. Sebenarnya dia tidak pernah keberatan dengan perut Yunho yang sekarang, justru menurutnya lebih nyaman untuk di peluk dan di sentuh, tapi dia juga tidak akan melarang usaha Yunho untuk membentuk absnya. Dia menyerukkan wajahnya di perpotongan leher Yunho, dan menunggu alam mimpi menjemputnya disana dengan aroma khas tubuh Yunho yang menguar menyapa indra penciumannya. Dia suka sekali pada segala sesuatu yang ada pada Yunho karena dia sangat mencintainya.

...

Fin.

...

Thanks for the attention~~ :3

And sorry if I've made much mistake here #bow