Naruto©Masashi Kishimoto
If We Are In Love©Kenny Abimanyu
Cast : Namikaze Naruto (femNaru), Uchiha Sasuke, Haruno Sakura, etc.
Any Bashing Chara(s)
Standard Warning(s) Applied
Don't like don't read
Konoha University
Plak
Bugh
Brak
Suara tamparan, pukulan, dan tendangan itu terasa memekakkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya. Dan Namikaze Naruto sebagai korban pembullyan itu hanya bisa terdiam tanpa ada perlawanan berarti. Sesekali ia meringis, merasakan cairan berbau besi itu meluncur bebas dari mulutnya.
"Satu hal yang perlu kau tau, bitch ! Sasuke-kun membencimu melebihi apapun di dunia ini."
Wanita berambut merah muda itu mencengkram pipinya. Membuat ia mendongakkan kepalanya. Sakit. Lehernya bekas terkena balok kayu semalam masih terasa sakit. Tanpa memperdulikan korbannya, si merah muda itu menjambak rambut pirang panjang gadis di depannya dan membenturkan kepalanya ke dinding. Kemudian meninggalkannya dengan darah yang mengalir dari dahinya.
"Ukhh."
Naruto hanya bisa pasrah menahan rasa sakit. Seandainya ia punya kekuatan sedikit saja. Seandainya bisa menentang perlakuan wanita ini. Seandainya saja Sasuke masih sudi membelanya.
Heh, apa yang kau harapkan Naruto ?
Ia sadar ia hanyalah seorang gadis miskin yang hanya mengandalkan beasiswa khusus untuk bisa melanjutkan kuliah di bidang ekonomi. Melawan Haruno Sakura jelas tidak masuk dalam rencananya saat ini. Gadis itu terlalu berkuasa. Takkan ada yang berani menentang putri Pemilik Universitas Konoha itu. Bahkan para dosen tutup mulut dengan semua kelakuan buruknya.
Naruto mengabaikan rasa sakit yang menderanya. Mencoba untuk berdiri. Kemejanya sedikit sobek dibagian tangan. Dia menepuk-nepuk pantatnya untuk menghilangkan tanah dan pasir yang menempel.
Ah, dimana tas ranselku ?
Seingatnya tadi gadis itu membuang tasnya ke got. Bersyukurlah ia bahwa isi dari tasnya hanya binder yang berisi satu mata kuliah dan tempat pensil. Setidaknya ia tak harus takut untuk memikirkan jikalau buku cetaknya akan rusak dan itu artinya ia harus menabung lagi untuk membeli yang baru. Bekerja paruh waktu di dua tempat sudah cukup menyita waktunya walaupun gajinya tak seberapa. Hanya cukup untuk membayar sewa apartemen kecil di pinggiran, makan dua kali sehari, dan ongkos bus untuk bepergian. Ia tak mungkin lagi menabung untuk membeli buku-buku mata kuliah yang harganya selangit itu. Perjuangannya dulu yang mengurangi porsi makan sekali sehari akan terasa sia-sia.
Naruto mencoba mengambil tasnya menggunakan sapu yang lumayan panjang. Didapatnya dari office boy saat akan menuju ke parit yang lumayan besar itu.
Grab
Dapat
Ahh, ranselnya basah dan bau. Ia harus segera pulang dan mencucinya. Syukurlah dosen untuk mata kuliah selanjutnya tidak bisa masuk. Ini akan membuatnya punya waktu untuk menobati luka-lukanya dan beristirahat sebentar sebelum pergi ke kedai ramen paman Teuchi untuk bekerja part time. Tak sengaja matanya menangkap siluet tubuh orang yang dikenalnya.
Sasuke ?
Pria itu hanya berjalan acuh tak acuh. Padahal ia melihat Naruto. Padahal ia tau mantan rival sekaligus sahabatnya baru saja terkena pembullyan. Dia terlihat tak peduli.
.
.
.
"Konnichiwa, ada yang bisa saya bantu ? Anda ingin memesan apa, Tuan?."
"Ramen porsi jumbonya dan segelas ocha hangat."
"Baik, terima kasih. Ada tambahan yang lainnya tuan ?."
Pria itu hanya menggeleng. Kemudian Naruto tersenyum sembari membungkukkan badan dan berlalu mengantar nota pesanan. Tak terasa hari sudah semakin sore dan ia harus buru-buru bergegas ke tempat kerja selanjutnya sebelum bos yang satunya marah.
CLÈMENTE LOUNGE
Adalah bar kelas atas yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang berkantong tebal. Bersyukurlah Kami-sama menganugerahkan wajah yang cantik dan tubuh yang bagus bagi Namikaze Naruto. Walaupun pekerjaannya hanya pelayan, tantangan yang didapatkannya sangat besar. Banyak lelaki hidung belang yang pernah menawarnya untuk one night stand. Bahkan beberapa dari mereka sudah bisa dikategorikan kakek-kakek. Gajinya lumayan untuk membayar sewa apartemen kecilnya.
Tak sengaja mata birunya menangkap seseorang yang dikenalnya baru saja masuk ke dalam pintu bar.
Uchiha Sasuke
Matanya melebar. Gawat. Apa yang dilakukan laki-laki itu disini ?. Oh, lihatlah ! baru saja ia masuk ke dalam club, para pelacur itu sudah mulai menggodanya. Bahkan beberapa ada yang berani bergeming. Hanya memandang datar pelacur yang tampil elegan itu. Ia tak begitu tertarik.
Naruto berusaha pergi menghindar. Terlambat. Sasuke sudah menyadarinya. Lelaki itu mengejarnya dan mencengkram pergelangan tangannya.
"Heh, ternyata ini yang kau lakukan ?",sinisnya.
"Bukan urusanmu, tuan Uchiha yang terhormat."
"Ya, memang bukan urusanku, PE-LA-CUR."
Plak
Naruto menampar wajah tampan dihadapannya itu. Lelaki ini berani sekali mengatainya tentang harga diri. Tau apa ia tentang harga dirinya. Seenaknya menghakiminya setelah sekian lama. Harusnya ia bersikap seperti biasa. Tidak pernah lagi menyadari kehadiran Naruto. Harusnya lelaki itu mengacuhkannya tadi. Berlagak sok mengenal Naruto.
"Tuan Uchiha yang terhormat, saya tau anda tamu disini. Bisakah kita bersikap profesional ?. Mengesampingkan dendam anda pada saya."
Sasuke semakin mencengkram pergelangan tangan Naruto sampai rasanya sakit atau mungkin berbekas di kulit tan itu. Sasuke menariknya memasuki salah satu bilik bercinta disana. Menghempaskan tubuh yang jauh lebih kecil darinya ke salah satu sofa disana.
Rok maidnya tersingkap menampilkan paha mulus itu. Sasuke naik ke atas tubuhnya. Mencengkam erat kedua pergelangan tangannya di masing-masing sisi.
"Kau menyuruhku mengesampingkan dendamku ?. Lancang sekali kau. Kalau begitu hidupkan kembali kekasihku yang kau bunuh."
Glek
Naruto menelan ludahnya. Posisi ini sangat tidak lazim. Ia takut. Takut mengingat kejadian itu. Takut Sasuke berbuat diluar batas akibat kesalahan di masa lalunya. Sahabatnya. Hinatanya. Kekasih Sasuke.
To be continued...
Mind to RnR ?
