Sweet Incident

By

aktf_9096

Yamadavina

D.A.S

Pair :

Akashi x OC/Reader

Genre :

Drama, Crime(mungkin), dan tentukan sendiri. :D

Rate :

T? Atau M? (entahlah) #ditimpuk

Disclaimer :

Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi.

Saya hanya meminjam karakter.

Cerita ini murni dari pikiran saya dan itu artinya milik saya.

Warning :

Banyak Typo[s]. Ide pasaran. DLDR. OC. OOC. AU. Gaje. Sudut pandang Orang ke-3/Author POV.

a/n :

Hallo! Saya bawa cerita baru! #ditimpuk. Yang itu saja belum di kelarin fi. Sudah bawa baru lagi. -_- . baiklah abaikan yang itu. Ini adalah remake dari cerita yang sebelumnya saya buat. Tapi belum pernah tak post. #ndaktanya #tuing . Baiklah langsung saja deh. Terimakasih sudah mau menyempatkan diri untuk membaca fiksi yang kayaknya semakin lama semakin aneh. Selamat Membaca! \(^-^)/

Summary :

Sebuah kejadian yang tak terduga. Entah ini bisa disebut beruntung atau tidak./Mati atau mengikuti kemauannya?/Sebuah pilihan yang sulit/Summary gagal/langsung baca saja jika berminat.

.

.

.

.

.

Chapter 1

[Name] merasa jenuh. Ia memutuskan untuk mencari udara segar agar pikirannya ikut kembali segar. Ia menuju balkon kamar hotel tempat ia menginap. Betapa indahnya pemandangan kota Tokyo pada malam hari. Ia mengedarkan pandangannya.

Ia menemukan sebuah-Tidak! maksudku dua objek. Matanya melebar dan jantungnya mulai berdetak tak tenang saat pandangan matanya bertemu dengan mata sang pelaku yang juga tengah menatapnya tajam.
Ia segera masuk kedalam kamarnya. Dengan cepat ia membereskan barang-barang yang ada di atas meja. Ia mengambil kopernya dan dengan cepat melangkah menuju pintu kamar.

Dengan perasaan was-was ia lalu membuka pintu. Ia melongokkan kepalanya untuk melihat situasi. Ia mengedarkan pandangannya. Matanya melebar kembali disertai detak jantung yang semakin cepat saat menemukan sosok yang sama sedang berdiri di ujung koridor. Dan begitu tidak beruntung ia hari ini karna kamarnya terletak diujung lorong hotel itu.

BRAKK!

Pintu itu tertutup dengan cepat dan tentu saja dibanting-terdengar dari suaranya-, lalu dikunci oleh sang penghuni kamar. Dengan detak jantung yang masih begitu cepat ia berusaha membuat dirinya tenang. 'Tenanglah'. sugesti untuk dirinya sendiri. "Kau harus memikirkan sesuatu!" gumamnya pada dirinya sendiri.

Akan sangat sulit memikirkan sesuatu saat panik melanda. Ia harus memikirkan bagaimana ia bisa lari dari sini sedangkan orang itu mungkin saja sudah dengkat dengan kamar dirinya berada sekarang.

[Name] mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Seraya memikirkan cara-cara untuk lari dan kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin saja terjadi. Ia tidak mungkin terus bertahan didalam kamar sementara bahaya sedang menunggunya diluar sana yang kapan saja dapat menangkapnya.

Ia tidak bodoh. Sebagai seorang penulis yang sering menulis dengan genre kriminal ia tentu sedikit banyak mengerti dan sering membayankan situasi menegangkan seperti ini.

Namun ia tak menyangka jika ini akan terjadi secara nyata di kehidupannya. Ia berhenti dari acaranya mondar-mandir. Apa aku tingal saja barang barang ku? Pikirnya. Lalu ia menggeleng. Tidak menerima pemikiran itu. Jika ia meninggalkannya sama saja cari mati. Meninggalkan informasi kepada si pelaku.

Ia kembali berfikir. Atau menelpon polisi? Pikirnya lagi. Tidak. Kadang mereka tidak bisa diandalkan. Batinnya.

Kabur lewat balkon?

Kemudian ia menoleh kearah balkon.

Tapi ini lantai berapa?

Dengan segeara ia mengampiri sebuah telepon yang terletak di atas meja dekat kasur. Ia menekan angka angka tersebut.

Tuuttt

"..."

"Maaff, mengganggu. Saya penghuni kamar nomor 320."

"..."

"Saya ingin bertanya"

"..."

"Kamar nomor 320 berada di lantai berapa?"

"..."

"Ah. Terimakasih"

"..."

Setelah itu ia menutup telpon. Wajah nya menjadi suram. Seperti orang yang putus asa.

Tidak mungkin aku sanggup bergelantungan dari lantai delapan. Batinnya nelangsa(?).

Ia kembali menglihkan pandangannya ke arah balkon kamar. Tapi jika tidak dicoba, siapa yang tau? Tapi bagaimana dengan kopernya? Ia kembali berfikir. Tak butuh waktu yang lama, ia segera menyeret koper miliknya menuju balkon. Ia melepas pegangannya pada koper miliknya, lalu beralih melepas semua tirai yang tergantung disana. Ia juga mengambil seprai yang membalut kasur. Ia menyambungkan kain kain itu.

Sebelum ia mengikatkan pada besi pembatas balkon, ia melihat dulu seberapa jauh jarak balkon satu dengan yang lain.

"Semoga di balkon bawah ada orang baik" gumamnya berharap.

Setelah itu ia mengikattkan ujung yang satu pada koper, dan ujung yang kedua pada besi pembatas balkon. Setelah memastikan ikatan itu cukup kuat menahan beban, ia menurunkan koper miliknya terlebih dahulu. Kemudian ia mulai turun dengan kain yang saling berikatan itu. Dengan hati-hati, dan juga ia berdoa, semoga baik-baik saja.

Hup

Ia berhasil turun ke balkon yang berada dibawahnya dengan selamat. Setelah melepaskan ikatan pada pegangan koper, Lalu ia menengok kedalam. Apakah ada penghuni di kamar ini.

Pintu balkon tertutup. Batinnya. Ia mendekati pinu itu.

Sreeek

Gotcha!

Tidak dikunci.

Ia pun masuk kedalam tak lupa membawa koper miliknya. Biasanya jika tidak terkunci, maka artinya kamar itu disewa. Ia menengok kanan kiri. Jika penghuni kamar ini sedang berada disini berarti ia sedang beruntung. Namun jika tidak, terpaksa ia turun lewat balkon lagi. Suara gemercik air terdengar.

[Name] segera mencari kunci kamar. Mencari di meja dekat kasur. ia tersenyum melihat kunci kamar tersebut tergeletak disana. Sebelum itu ia meninggalkan sebuah pesan untuk sang penghuni kamar. Sekedar mengucapkan terimakasih. Setelah itu dengan semangat ia menghampiri pintu. Memasukkan kunci, lalu membukanya. Dengan hati hati ia menutup pintu.

Lalu ia berbalik. Tubuh [Name] membatu. Jantungnya kembali berdetak tak nyaman. Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.

Apa yang membuatnya menjadi seperti itu?

.

.

.

.

.

TBC