Wanita itu menghilang selama beberapa tahun. Sahabat-sahabat dekatnya, orangtuanya, dan teman-temannya mencari tanpa mendapatkan satupun petunjuk. Namun, asap dari api yang telah dipadamkan akan hilang seiring waktu berjalan. Semua orang akan berhenti mencari, kemudian melupakannya. Perasaan terluka dan kesedihan memang tak mudah hilang, tapi suatu saat nanti api yang telah dipadamkan, asapnya akan lenyap tak bersisa.
Rambut coklat keriting tergerai di punggungnya. Hermione menengadahkan wajah dan menatap langit. Angin membelai kulit pipinya, namun yang dirasakan wanita itu hanyalah perasaan dingin yang menggegoroti hati. Kemudian ia memejamkan kedua matanya. Kakinya melangkah, menginjak bunga-bunga dandelion di padang berwarna kuning. Terhampar jauh di depan mata. Hermione mengeratkan pegangannya di tangan anak kecil yang berjalan di sampingnya.
.
.
The Child who Vanished along with the Past
Rozen91
Harry Potter © J. K. Rowling
.
.
Pansy Parkinson menyandarkan bahu di bingkai pintu, bersedekap. Ia memiringkan kepalanya di satu sisi, menatap seperti ingin memastikan bahwa penglihatannya memang benar. Wanita di depannya tidak berbicara, kecuali menunggu dengan wajah tanpa emosi. Pansy tidak mengomentari perubahan yang ia sadari. Lama kemudian baru akhirnya ia bersuara.
"Semua orang mencarimu."
Hermione mengangguk. "Tidak lagi."
Pansy menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada senyum lucu di bibirnya. "Jadi, apa yang membawa wanita hilang sepertimu ke rumahku?" tanyanya santai. Sudut bibirnya berkedut. Pansy pasti menganggap peristiwa di pagi hari ini sangat menggelikan. Wanita itu, yang sama sekali bukan temannya, yang dulu selalu ia kerjai dan hinakan di Hogwarts, yang telah hilang selama bertahun-tahun, tiba-tiba saja mengetuk pintu rumahnya.
"Aku ingin menitipkan seseorang."
"Oh?" Dua alis hitam terangkat tinggi. Jelas Pansy terkejut karena ia hanya melihat wanita itu sendirian. "Siapa?"
"Seorang anak."
Nafas Pansy tertahan. Berita hilangnya Hermione Granger dulu sangat menggemparkan hingga tak lepas dari pembicaraan semua orang. Di koran, di majalah, bahkan pamflet-nya pun disebar. Banyak orang memberi dugaan. Mungkin wanita itu dibawa lari Pelahap Maut dan dibunuh. Mungkin wanita itu lari bersama kekasihnya. Atau mungkin wanita itu jatuh di suatu jurang entah dimana. Tapi, 'seorang anak'? Secara mental Pansy menggeleng-gelengkan kepala. Pria macam apa yang bisa membuat wanita keras kepala seperti Hermione Granger kabur dari keluarganya sendiri.
"Anakmu?" tanya Pansy sekenanya, mencoba tak terdengar bersemangat.
Hermione bahkan tidak berkedip saat menjawabnya. "Anak yang kupungut dari jalanan."
"Ah," ucap Pansy, sekilas terdengar kecewa. Bola matanya bergulir ke atas, berpikir dengan malas dan tanpa minat. "Apa kau gila, eh? Kau membawa seorang anak yang kau pungut di jalan padaku. Apa aku terlihat seperti orang yang bisa mengurus kucing kecil yang kau selamatkan tanpa berpikir panjang? Sayang sekali, aku sibuk."
"Dia tidak akan merepotkanmu."
"Apa maksudmu?" Pansy menatapnya jijik, "Aku tidak peduli! Kau yang mengambil anak itu, sudah semestinya kau yang bertanggung jawab!"
"Aku hanya menitipkannya untuk sementara waktu."
Pansy mengerang. Rasanya seperti berbicara pada tembok!
"Well!" Ia mendengus, jengkel. "Biar kulihat dulu anaknya!"
Hermione mengangguk. Dan sejujurnya, ada rasa tidak nyaman saat melihatnya seperti itu.
Wanita berambut coklat itu menolehkan wajah, melihat dari balik bahunya. "Come here."
Ada sepetak kebun bunga matahari di halaman Pansy, terletak di sebelah kanan halaman. Dan kebun itu bergoyang-goyang. Lalu kepala seorang anak menyembul dari sana. "Aku datang!"
Pansy menatap horor, membayangkan nasib kebun bunga yang telah ia rawat bertahun-tahun. "Apa yang kau lakukan, bocah nakal!?" jeritnya berang. Anak itu, yang baru saja berlari setengah jalan menuju teras, langsung berhenti saat melihat Pansy melangkah gusar ke arahnya. Pansy itu langsung menjewer telinganya.
"Kau tidak boleh seenaknya merusak kebun orang!"
"Aaa! Ampun, auntie!"
Pansy menghembuskan nafas kesal, melepaskan jewerannya dan bertolak pinggang. Membungkukkan badan, menatap mata hitam anak itu penuh peringatan. "Jangan ulangi lagi." Anak itu mengangguk cepat. Tak mampu berkata-kata.
Pansy menatapnya lama. Anak itu memiliki rambut hitam berombak, dibelah samping dan kelopak-kelopak bunga berwarna kuning berhamburan di beberapa tempat. Sepasang iris hitam legam yang memandangnya takut-taku dan ngeri. Pansy berkali-kali mengerjapkan kedua matanya. Entahlah, rasanya samar-samar ia melihat wajah seseorang yang ia kenal, namun Pansy tidak bisa memastikannya.
Kemudian, dari sudut matanya ia menangkap Hermione bergerak keluar dari teras, berdiri di halaman tak jauh dari mereka. Pansy menegakkan punggungnya, "dia anak yang kau maksud, 'kan?"
Wanita itu mengangguk.
"Baiklah," putusnya lantang, "aku akan merawatnya. Dia harus tanggung jawab karena sudah merusak kebun kecilku."
"Ieeh!?" pekik anak itu ketakutan. Pansy tersenyum penuh kemenangan padanya..
"Terima kasih," balas wanita itu. Sekilas Pansy melihat senyum tipis yang begitu samar hingga ia tidak yakin apakah ia benar-benar melihatnya atau tidak. Namun, kemudian wanita berambut coklat itu berkata, "Kalau begitu, aku pergi sekarang."
Tanpa menunggu, ia berbalik dan ber-apparate. Meninggalkan Pansy yang hanya bisa melongo. "Jangan bercanda..." gumamnya tak percaya, berharap bahwa perempuan itu tidak membohonginya. Tapi, Hermione Granger tidak mungkin berbohong untuk hal seperti ini, bukan?
Anak laki-laki di depannya berucap pelan, seolah tak mengerti apa yang baru saja terjadi.
"Mama..."
_bersambung_
published along with:
-Darah Baskerville ch 9 –updated
-Hanya Mimpi Buruk di Tengah Malam Berbadai –Atropa Malfoy spin off, Atropa & Scorpius centric
