A/N: Chaiyoo ne…^^

Disclaimer: I don't own SS chara or the myths, just inspired and modify them.

Listening to: Love Never Dies a Natural Death

Prolog

Halloween, 31 Oktober. Pagi hari.

Kejadian itu begitu cepat.

Camus hanya berkedip sekali, dan bayangan dalam cerminnya tiba-tiba berubah. Dia tidak melihat dirinya lagi. Melainkan wajah sahabatnya.

"Hei," sapa Milo sambil tersenyum tipis.

Milo berada di dalam cermin.

Camus mengedip lagi. Dan lagi. Dan lagi. Tapi bayangan Milo tidak kunjung hilang.

"Lelucon apa lagi ini?" kata Camus lelah. "Kenapa kamu bisa ada di dalam cermin?" Seharusnya Camus tidak perlu terkejut dengan keanehan seperti ini. Kalau ia sudah menghabiskan masa lalunya dengan bertarung melawan dewa kematian, berkelana di underworld, dan dikelilingi orang-orang berkekuatan supernatural, ia seharusnya tidak terkejut melihat sahabatnya terperangkap di dalam cermin. Malah, dibandingkan semua yang sudah terjadi, hal ini sebetulnya tidaklah terlalu aneh.

Tetapi itu bukan berarti dia tidak butuh penjelasan.

"Shion," jelas Milo. "Mengurung saya di dalam cermin."

"Kenapa?"

Milo mengangkat bahu. "Entahlah."

Camus melipat tangannya. Ia memandang Milo, menunggu penjelasan selanjutnya.

"Tolong saya," kata Milo. "Datanglah pada Shion dan minta dia untuk membebaskan saya sebelum ulang tahun saya."

"Kalau tidak?"

"Kalau tidak …," Milo menghela napas. "Saya akan terkurung dalam cermin selamanya," katanya, dengan nada yang sangat ringan, seakan-akan terkurung dalam cermin adalah sesuatu yang bisa dialaminya setiap hari.

Sekejap kemudian, Milo menghilang, sama cepatnya dengan munculnya. Camus kembali melihat bayangannya sendiri.

Untuk beberapa saat Camus terpaku, dengan mata terus terpancang pada cermin. Ia menunggu rambut biru sahabatnya muncul lagi, tetapi sama sekali tidak terjadi.

Sang Aquarius menggeleng sambil memutar bola matanya, lalu melangkah keluar dari kamar. "Hanya halusinasi," gumamnya dalam hati.

Nanti dia akan menghancurkan cerminnya.

-000-