Disclaimer
Persona 3 & 4 © ATLUS, My Tears © Twinkelstraw
Warning
OOC, aneh, dan gak mutu
Awal yang menyenangkan bagiku
Akankah untuk selamannya
Atau hanya sementara
Tokyo…
Kota yang penuh kesibukan, dimana kendaraan berlalu lalang menghasilkan asapberwarna hitam juga pabrik-pabrik penyebab pencemaran di lingkungan sekitar. Hari ini adalah saat dimulainya liburan panjang bagi anak-anak sekolah. Hari yang menurut mereka sangat menyenangkan karena terbebas dari semua pelajaran sekolah, walaupun mungkin banyak tugas dari sekolah yang menunggu. Begitu juga hal yang dirasakan oleh anak ini.
"Horee… akhirnya liburan tiba juga." ujar seorang anak perempuan berambut panjang di atas pundak berwarna biru –Naoto rambutnya seperti Kurasawa di Im Here-, ia berlari menuruni tangga lalu melompat ke arah sofa tempat kakanya duduk dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.
"Naoto sepertinnya kau senang sekali hari ini?" tanya seorang anak laki-laki berambut biru dengan headphone yang menggantung di leher. Ia bingung karena Naoto bertingkah aneh tidak seperti biasanya.
"Kenapa kau bertanya begitu kak, sudah jelaskan aku ini senang karena hari ini liburan panjang, akhirnya bisa istirahat juga dari semua pelajaran yang memusingkan", jawabnya sambil menghela nafas.
"Maaf deh kakak bingung aja kayaknya kamu sumringah banget gitu hari ini, pasti ada hal lain yang membuat kamu senang ya?"
"He he kakak tau aja deh, ia katanya Ayah dan Ibu ingin mengajak kita jalan-jalan lho", jawab Naoto dengan semangat saking senengnya.
"Tumben ya biasanya mereka sibuk kerja, pantas saja kamu seneng banget", pemuda berambut biru itu lalu mencubit kedua pipi adiknya,karena gemes sendiri. Naoto yang merasa kesakitan langsung membalas mencubit kedua pipi kakanya. Dan akhirnya mereka malah main cubi-cubitan pipi di sofa tempat mereka berbincang-bincang.
Minato…. Naoto…. Ujar serang wanita yang tidak lain adalah ibu mereka. Mereka yang lagi asik main cubit-cubitan –maksudnya si Minato dan Naoto- langsung berhenti dan memegang pipinnya masing-masing yang memerah akibat kelakuan mereka sendiri.
"Kakak sakit tau," kata Naoto setengah marah sambil memegang pipinya yang masih memerah karena adegan cubit-cubitan tadi.
"Kamu juga nyubitnnya gak pakek perasaan, nih liat pipiku lebih merah darimu." Minato ngomel-ngomel sambil pamer pipinya –ditonjok Minato- yang lebih merah dari pipi adiknya kepada adik tersayangnya itu.–maklum si Naoto kalau nyubit orang gak pake perasaan- -ditembak Naoto-.
Disaat Minato dan Naoto sedang asik ribut sendiri, sang Ibu yang merasa anaknya tidak datang ataupun menjawab memanggil mereka untuk kedua kalinya. "Ia bu…, kami segera kesana." jawab kedua anak itu kompak. Merekapun segera berjalan menuju tempat ibunya memanggil sambil tertawa-tawa karena mengingat kejadian tadi yang mereka rasa sangat tidak pantas dilakukan oleh anak seumuranya.
"Ada apa bu?" tanya Minato kepada ibunya.
"Maaf kami telat." Naoto melanjutkan.
Ibu yang selesai memasak menoleh ke arah kedua anaknya dengan tatapan bingung. "ia tidak apa-apa, tapi kenapa dengan pipi kalian kok pada merah semua apalagi kamu Minato?" tanyanya.
"Ia nih gara-gara dicubit sama anak barbar." Minato berbalik ke arah adiknya sambil tersenyum menghina.
"Loh! Kan Kakak duluan yang mulai." Naoto membalas sambil cemberut.
Sang ibu yang melihat pertengkaran antar kedua anaknya tersebut segera melerainya. "Sudah-sudah kalian mau tidak mendengar kabar gembira dari Ibu?"
"Mau…" jawab mereka kompak, dan keduanya langsung pada buang muka karena masih jengkel satu sama lain.
"Kalian ini walaupun bertengkar tetap kompak ya?" Ibu menggoda kedua anaknya tersebut.
"Tidak." jawab mereka kompak lagi.
"Yasudah kalau begitu duduk dulu, kalian mau mendengar kabar gembira dari Ibu kan?" Keduanya mengangguk lalu duduk di kursi ruang makan, mengikuti si Ibu yang entah kapan udah duduk duluan disitu –mungkin capek berdiri terus-.
Ibu pun memulai pembicaraanya. "Jadi begini, Ayah dan Ibu ingin mengajak kalian pergi jalan-jalan ke kota Inaba. Kalian pasti belum pernah mendengarnya, karena Inaba memang kota kecil yang tidak begitu banyak dikenal orang, oleh karena itu kita akan kesana. Karena di sana udarannya masih bersih, asri dan nyaman. Cocok sekali untuk menghilangkan kejenuhan"
"Kalau Inaba jarang dikenal orang darimana Ibu tau kota itu?" Naoto bertanya dengan wajah bingung.
"Karena disana ada sahabat lama Ayah dan Ibu, sekalian kami ingin bertemu mereka sudah sepuluh tahun kami tidak bertemu." Ayah tiba-tiba datang menyelak pembicaraan mereka.
"Ayah… jangan menyelak pembicaraan orang dong." Ibu merasa kesal karena pembicaraanya diselak oleh Ayah.
"Maaf deh Ibu, hohohoho." Ayah berbicara sambil tertawa ala bapak-bapak.
"Tumben sekali, biasanya kalian sibuk kerja?" Minato yang yang pura-pura gak tau padahal udah tau(?) bertanya pada kedua orangtuanya.
"Ya… liburan kali ini Ayah dan juga Ibu mengambil cuti, karena sudah lama kami tidak cuti mumpung pekerjaan kami juga sudah selesai jadi apa salahnya kalau waktu yang sangat langka ini kami pergunakan untuk berkumpul bersama kalian. Kalian pasti juga ingin kami meluangkan waktu bersama kalian" Ayah yang kelewatan PD kembali tertawa ala bapak-bapak. Mereka semua yang ada disitu cuma bisa sweatdrop melihat Ayah yang masih melanjutkan tawanya.
"Kakak juga sepertinya santai sekali hari ini, biasannya kakak sibuk memecahkan kasus-kasus yang menyusahkan itu?"
"Yaa.. karena aku sudah banyak memecahkan berbagai macam kasus dan akibatnya jarang libur juga tidak bisa meluangkan waktu dirumah, jadi aku diberi cuti dan asistenku lah yang akan menggantikanku. Lagipula bukanya kau senang Naoto kakak tidak sibuk seperti biasa dan bisa menemanimu bermain jadi kau tidak kesepian, hehe"
"Kau terlalu PD kak, siapa yang senang huuh" Naoto cemberut seperti anak kecil.
"Sudahlah mengaku saja" Minato menggoda adiknya itu ia senang melihat Naoto yang cemberut seperti anak kecil.
"Habis belakangan ini kakak selalu saja banyak kasus yang harus diselesaikan, aku hanya sendiri dirumah, kau kelihatan seperti tidak peduli sekali padaku tau!"
"Maaf adikku tersayang, bukannya kakak tidak peduli padamu kau tau kan kasus-kasus itu begitu banyak, butuh waktu bagiku untuk memecahkan semuanya. Sebenarnya kakak peduli sekali padamu, kau saja yang tidak merasa." katanya dengan lembut.
"Apaan tuh pake adikku tersayang gitu tidak biasanya, aku jadi curiga padamu kak?" Naoto menatap sinis kepada kakaknya.
Minato yang merasa tidak bersalah membalas perkataan Adiknya, "Hei… kenapa kau selalu curiga padaku Naoto?"
"Karna kau memang pantas dicurigai kak" Naoto menjulurkan lidahnya.
"Kau Naoto… jangan terlalu curiga padaku" Minato sangat merasa adiknya itu sedang mengusilinya, padahal ia duluan yang ingin mengusili adiknya.
Minato lalu menghampiri adiknya dan memeluknya dengan erat. Entah mengapa hari itu ia ingin sekali dekat dengan adiknya itu, dan ia tidak menyadari bahwa anak yang sedang berada di pelukannya kesakitan karena tidak bisa bernafas.
"K-Kak… aku tidak bisa bernafas kau ingin membunuhku ya? ternyata rasa curiga ku itu benar" Naoto sesak nafas karena menerima pelukan yang tiba-tiba dari kakaknya.
"He-eh maaf Naoto, kakak tidak bermaksud begitu lagi" Segera Minato mengendurkan pelukanya dari adiknya tetapi tanganya masih memeluk adiknya tersebut.
"Kenapa hari ini kau aneh sekali Kak?" Naoto menatap kakaknya lekat.
"Masa sih, perasaanku tidak." Minato tersenyum lembut membalas tatapan adiknya, terlihat kesedihan tersembunyi di kedua bola matanya.
"Benar kau tidak apa-apa Kak?" Kembali perempuan itu menatap lekat sang kakak memastikan bahwa benar tidak terjadi apapun kepada kakaknya itu, walaupun kakaknya berkata tidak, tetap saja ia khawatir.
"Tidak" Satu kata itu kembali terlontar dari mulutnya, lelaki itu menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin membuat adiknya khawatir walaupun sebenarnya ia sendiri merasa aneh pada dirinya hari ini.
"Sudahlah kalian jadi tidak perginya?, kalau begitu ayo kita mulai rapih-rapih." Ibu beranjak dari kursinya dan mengangkat salah satu tanganya dengan semangat.
"Ayooo…" Naoto mengangkat kedua tanganya tinggi-tinggi yang tanpa ia sadari ternyata. BUAK! Salah satu tanganya tidak sengaja menghantam dagu kakaknya.
"Argh" Minato melepas pelukanya dari adiknya lalu memegangi dagunya yang sakit. Kini penderitaanya semakin bertambah karena belum sembuh sakit yang ia terima di pipinya sudah ada lagi yang lain. Ia mulai berfikir kenapa adiknya begitu kuat. "Naoto kau menonjok terlalu keras, apa kau tidak bisa lembut sedikit, kalau tidak kau bisa menjadi cewek barbar seumur hidupmu nanti tidak ada laki-laki yang mau denganmu."
"Maafkan aku Kak, aku kan tidak sengaja itu kecelakaan" Naoto menatap kakaknya dengan wajah yang amat sangat tidak bersalah.
"Yasudahlah sebagai Kakak yang baik, Kakak akan memaafkanmu" Minato menghela nafas, kejadian seperti ini memang sudah biasa baginya, adiknya itu memang terlalu kuat dari perempuan lain pada umumnya. Naoto yang permintaan maafnya diterima oleh sang Kakak mengangguk-anggukan kepalanya.
Ayah dan Ibu yang senang melihat perdebatan itu berakhir, mengingatkan kepada kedua anaknya tersebut untuk berkemas. Lalu masing-masing dari merekapun menuju kamar sendiri dan mulai mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa, karena mereka tidak ingin ada yang tertinggal di hari yang menyenangkan ini.
Parents Room
"Ayah sepertinnya mereka senang sekali ya kita ajak berlibur?" Ibu membuka koper dan mulai memasukan peralatan yang dibutuhkan.
"Ia, Ayah kira mereka akan menolak jika kita mengajak ke kota kecil seperi Inaba." Ayah berjalan menghampiri Ibu, membantunya membereskan perlengkapan.
"Hmm… hari ini dan kedepannya mungkin akan menyenangkan" Ibu mengangguk, tanganya meraih sebuah pigura yang berisi foto keluarga.
"Kok mungkin bu, pasti dong hohohoho" kata Ayah sambil tertawa ala bapak-bapak favoritnya. Ibu lagi-lagi hanya bisa sweatdrop melihat tingkah laku suaminya yang semakin aneh menurutnya, lalu Ibu kembali menaruh pigura tersebut ke tempatnya dan melanjutkan berkemas.
Minato's Room
Minato yang sedang mempersiapkan perlengkapannya tiba-tiba merasakan perasaan yang buruk. "Ngh, kenapa ya perasaanku kok jadi gak enak banget padahalkan ini hari yang aku dan Naoto nantikan, dimana kami sekeluarga berkumpul bersama seperi dulu", batin Minato sambil melanjutkan mempersiapkan perlengkapannya. "Ah!, mungkin hanya perasaanku saja" batinnya lagi sambil menggaruk-garuk kepalanya karena bingung memikirkan hal tersebut.
Naoto's Room
Naoto yang sejak tadi paling senang, semangat sekali mepersiapkan perlengkapan yang akan dibawannya. Di saat ia mempersiapkan itu semua, terbesit sedikit kekhawatiran di hatinnya yang entah mengapa membuat hati perempuan itu sakit walaupun hanya sesaat.
Ia pun membatin "Tadi kenapa ya perasaan hati aku sakit dan aku khawatir walaupun hanya sebentar si." Sama seperti kakaknya ia membuang jauh-jauh perasaan itu dan berfikir bahwa itu hanya perasaan saja. "Hari ini pasti menjadi awal liburan yang menyenangkan, kami kan sudah lama tidak berkumpul bersama seperti ini." Fikirnya sambil tersenyum dan kembali melanjutkan kegiatannya.
Anak itu mungkin tidak tau apa yang akan menantinnya di waktu mendatang, karena dia bukanlah peramal yang dapat melihat masa depan. Atau lebih tepatnnya dia bukanlah Tuhan yang dapat menentukan apa yang terjadi.
a/n : Hai... hai... salam kenal semuanya, saya orang baru disini. maaf bagi yang tidak tahu Kurasawa, dia itu ada di nakayoshi im'here yang special. Entah kenapa saya jadi pengen Naoto rambutnya gitu -ditendang-, dan maaf kalau pada OOC semua, tidak nyambung, kependekan dan banyak kesalahan..
Disini saya membuat Naoto dan Minato saudaraan, dan pairing-pairingnya akan saya munculkan nanti. dan saya tau fic ini hanya memenuhkan kolom megaten saja.
jadi adakah yang bersedia mereview?
