Title : That Idol is Mine

Length : Chaptered

Main Pair : Sehun x Luhan (GS)

Genre : Romance, Drama

Fiksi ini terinspirasi dari mini drama "Seumusal (20 Years Old)", tapi jalan ceritanya murni dari otak saya, jika ada kesamaan kejadian hal itu adalah ketidaksengajaan.

Chapter ini dan sebagian chapter depan adalah Luhan POV.

Chapter 1

.

.

.

Hai! Namaku Xi Luhan. 26 tahun. Pekerjaanku adalah seorang residen tahun kedua di salah satu rumah sakit universitas di Korea. Kalian benar, aku asli orang China, tapi sejak dua tahun yang lalu aku pindah ke Korea dan memulai residen di sini. Tak ada alasan khusus, hanya ingin mencari suasana baru.

Oke, cukup dengan perkenalanku. Ehm, sebenarnya ada yang ingin aku beritahukan pada kalian semua. Sebuah rahasia besar! Begini ceritanya...

Dua tahun yang lalu...

22 Oktober 2012

Aku baru saja pulang dari rumah sakit dimana besok aku akan memulai residen. Hanya mengantarkan beberapa dokumen, kemudian menemui kepala departemenku, departemen bedah umum. Dan aku benar – benar kesal sekarang! Bagaimana tidak? Ajussi tua itu memandangiku dari atas ke bawah dan bertanya apakah aku benar – benar seorang residen. Tentu saja aku menjawab dengan yakin, tapi dia malah mencibir dan berkata aku terlalu muda untuk menjadi residen dan belum dewasa! Hey! Yang benar saja! Aku memang masih dua puluh empat tahun, tapi aku lulusan terbaik di universitasku dulu! Dan aku sangat dewasa! *readers muntah*

Dengan kesal aku duduk di halte yang benar – benar kosong karena ini adalah jam sibuk. Tsk! Aku benar – benar kesal hingga tanpa sadar menghentak – hentakkan kedua kakiku. Lihat saja, besok akan aku buktikan betapa dewasanya aku! Aish!

Tuk!

Aww!

Aku tersadar dari lamunan mengesalkanku dan memandang takut pada orang yang baru saja meringis karena batu yang aku tendang mengenai kepalanya.

"J-joesonghabnida" ucapku sambil menunduk berkali – kali. Karena ia tidak merespon aku memberanikan diri untuk menatap orang itu. Ia masih muda, sepertinya seumuran dengaku. Tapi, apa – apaan ini? Ia malah berusaha menghindar dari tatapanku dengan memalingkan mukanya.

"Maaf, saya tidak sengaja. Apa anda terluka? Kalau begitu tunggu di sini saya akan mencari apotik terdekat, sebentar—"

"Hajima" jawabnya singkat tanpa memandangku. Tapi kemudian ia menoleh dan menatapku bingung,

"Logatmu aneh..." bisiknya

"Ah, itu.. S-saya baru saja pindah ke Korea beberapa hari yang lalu" jawabku masih berusaha mencari – cari apakah ada bagian yang terluka.

"Jangan berbicara formal seperti itu, sepertinya kita seumuran. Kau dari luar negeri? Bahasa koreamu lumayan. Err.. apa kau... tidak kenal aku?" tanyanya sambil menunjuk wajahnya sendiri.

Aku memandangnya sweatdropped, siapa yang tidak kenal.

"Anda—ani maksudku, Kau pikir China itu kuno sekali? Tentu saja aku tahu, Oh Sehun. Magnae boy group baru SM Entertaiment bukan?" jawabku santai.

Ia segera menutupi wajahnya, dan berbisik,

"Kau dari China? Kalau kau kenal aku kenapa tidak seperti orang lain yang berusaha memelukku...namamu?"

"Luhan, Xi Luhan" jawabku tersenyum sambil mengulurkan tangan. Yeah! Akhirnya aku punya teman di sini!

Dia menyambut tanganku, kemudian melihat ke kiri dan ke kanan,

"Aku tahu tempat makan yang enak di dekat sini, kau mau ikut?" tanyanya hampir berbisik

"Mullon (Of course)!" jawabku senang.

~oo0oo~

Laki – laki itu –Oh Sehun memandangiku sambil geleng – geleng kepala. Ah, kami sedang berada di sudut tempat makan yang ia sebutkan tadi. Perlu aku tekankan, di sudut. Katanya agar tak terlihat orang lain, takut dikenali sebagai Oh Sehun. Oke, aku harus mengakui satu hal, ia sangat narsis. Mereka bahkan baru saja debut beberapa bulan lalu, tidakkah ia sedikit berlebihan?

Kembali pada situasiku sekarang, Sehun kemudian melipat kedua tangannya di dada dan memandangku aneh,

"Kau bilang tadi mengenaliku, tapi kenapa kau biasa – biasa saja. Emm.. maksudku aku bukan orang biasa sekarang... maksudku..."

Aku terkikik geli melihat namja yang ternyata lebih muda empat tahun dariku ini kebingungan mendeskripsikan dirinya sendiri.

"Lalu kau ingin aku memelukmu lalu berteriak 'Oppa! Oppa!' kemudian mengambil fotomu secara paksa dan mengirimnya ke SNS, begitu? Emm.. bagaimana ya mengatakannya? Jangan tersinggung, ne?" tanyanku memastikan.

"Baiklah, wae?"

"Aku tidak tahu dengan yang lain, tapi aku belum terlalu tertarik... pada.. EXO.. maksudku, begini, aduh bagaimana ya, tsk! Kau marah?" aku tersadar saat aku telah menyuarakan pikiranku! Aduh, bodohnya!

Dia terdiam, kemudian menunduk dan meyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, aish! Xi Luhan babo! Kau tengah menghancurkan perasaan orang! Aish!

Aku bergerak – gerak gelisah di tempat dudukku, bagaimana ini?

"Y-ya~ a-aku sudah bilang jangan tersinggung, aku hanya... aish! Mian.." bisikku kemudian.

Hening. Tidak ada lagi yang bicara diantara kami berdua, kemudian ia menghela napas berat,

"Seperti itu rupanya. Kau benar, aku hanya berusaha menghibur diri. Sejak showcase beberapa bulan lalu kami hanya tampil di acara musik, setelah itu kembali ke dorm. Aku terlalu besar kepala" bisiknya sangat pelan benar – benar membuatku merasa bersalah.

"Aku tidak bermaksud begitu... aku hanya...aish! Bagaimana ini? Kau adalah teman pertamaku di Korea tapi aku malah membuatmu kesal, mian~ jeongmal mianhae" hanya kata – kata itu yang bisa keluar dari mulutku.

~oo0oo~

Sudah dua bulan aku tinggal dan bekerja di Korea. Itu artinya sudah dua bulan aku disuruh – suruh dan dimarahi habis – habisan oleh residen lainnya. Karena aku masih tahun pertama, jadi aku hanya berusaha maklum, walaupun terkadang kata – kata mereka membuatku sakit hati, terlalu kasar. Hanya satu hal yang bisa membuatku melupakan semua caci maki dari para sunbae di rumah sakit,

"Yeoboseyo?"

"Selamat tahun baru Xi Luhan!" suara itu berasal dari ponselku

"Selamat tahun baru Oh Sehun, jawabku sambil memandang keluar jendela apartemen, memandang kembang api pertanda tahun 2013 telah datang.

"Kenapa dengan suaramu? Apa aku mengganggu istirahatmu?"

"Ani, aku bahkan tidak bisa tidur"

"Wae? Sunbaemu berulah lagi?"

"Hahaha, apa maksudmu berulah? Kau ada – ada saja! Biasa, mereka berteriak lagi padaku"

"Aish! Dasar! Awas saja kalau bertemu dengan mereka aku akan—"

"Akan apa? Bertanya apakah mereka mengenalmu?"

"Ya~ jangan mengungkit hal itu lagi! Memalukan kau tahu!"

"Kkk~ mian, kau sekarang dimana? Dorm?"

"Ani, aku di rumah. Liburan tahun baru. Jika aku ada di dorm mana mungkin aku berteriak – teriak seperti tadi"
"Benar, kau akan berbisik – bisik seperti pencuri"

"Tsk! Aku melakukannya demi kenyamanan bersama! Ke-nya-ma-nan-ber-sa-ma"

Begitulah selalu, kami saling menertawakan hal tidak penting hingga pagi datang. Dan aku akan kembali bersemangat kembali ke rumah sakit setelahnya.

~oo0oo~

3 Maret 2013

Dengan langkah gontai aku keluar dari rumah sakit, ini sudah pukul sepuluh pagi, waktunya pulang setelah berjaga semalaman.

Aku mengambil kursi paling dekat dengan pintu dan menyandarkan kepala ke jendela bis yang menuju halte terdekat dengan apartemenku. Kepalaku seperti hendak pecah dan mataku yang berat perlahan tertutup. Namun baru saja memasuki dunia mimpi, aku dibangunkan oleh getaran ponsel. Sebuah pesan masuk,

From : Oh Sehun

Aku punya berita bagus hari ini! Kau ada waktu?

Jika saja itu orang lain, tak akan kubalas.

To : Oh Sehun

Aku libur hari ini, datanglah ke apartemen nanti sore.

Setelah kembali memasukan ponsel ke dalam tas, aku kembali memejamkan mataku yang benar – benar sudah tidak dapat berkompromi.

~oo0oo~

Dengan langkah terseret aku membuka pintu apartemen dan..

"Tada!" serunya sambil menunjukkan kantong plastik yang dibawanya dengan kedua tangan. Aku merapatkan diri ke dinding mempersilahkan ia untuk masuk.

"Kau baru bangun tidur?" tanyanya sambil membawa kantong plastik itu ke meja makan dan mengeluarkan isinya.

"Hmm... kemarin jadwalku untuk jaga malam" jawabku lemah sambil duduk di kursi membantunya mengeluarkan berbagai macam cemilan dari kantong satunya lagi.

"Aku punya berita bagus, kau pasti terkejut" ia berkata sambil tersenyum membuat kedua matanya tinggal segaris.

"Ah benar! Mweonde (What's that)?" aku mengekorinya yang membawa cola dan ayam goreng ke depan televisi dan duduk di sofa.

"Aku membelikanmu semua makanan ini karena ada alasan. Bisa disebut traktiran." ujarnya sambil menuangkan cola ke gelas.

Aku duduk bersila diatas sofa dan menghadap padanya yang duduk disampingku,

"Eii~ Oh Sehun! Jangan berbelit – belit! Ppalli marhaebwa (Tell me)!"

"Aku sedang latihan untuk full album pertama kami" jawabnya sambil menyodorkan gelas berisi cola padaku.

"Jinjja?! Ya! Oh Sehun chukhahae (congratulations)! Wah, kau pasti benar – benar senang sekarang! chukha! chukha!"

"Untuk full album pertama EXO" ujarnya sambil mengangkat gelas.

"Juga untuk Oh Sehun!" jawabku sambil menempelkan gelasku dengan gelasnya.

.

.

.

Sudah pukul setengah sembilan malam, itu artinya sudah empat jam Sehun berada di apartemenku. Cemilan yang dibelinya sudah habis sebagian dan botol cola yang tadi dibelinya kini telah kosong.

"Oh! Kau mewarnai rambutmu!" seruku sedikit keras sambil menunjuk rambutnya yang tidak lagi berwarna hitam. Ia malah tertawa,

"Kau baru sadar sekarang? Aku kira kau diam karena sudah tahu. Bagaimana? Cocok denganku?" tanyanya sambil merapikan poni.

"Gwaenchanha (It's okay)...tidak buruk. Kulitmu tidak terlalu pucat karenanya" jawabku singkat dan kembali meraih cemilan di depanku.

Hening. Hanya terdengar suara cemilan yang aku kunyah dan bungkusnya. Sedangkan Sehun sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Ia memutar – mutar gelasnya yang kosong kemudian meletakkannya di atas meja dan memperbaiki duduknya.

"Xi Luhan..."

"Eung? Wae? Kau mau air putih?" tanyaku karena botol cola dan gelasnya telah kosong. Kemudian bangkit dari sofa hendak mengambil air putih ke dapur, namun gerakanku tertahan karena Sehun memegang lenganku.

"Kau tidak haus? Gelasmu—"

"Ani" ujarnya cepat dan menepuk sofa yang aku duduki tadi. Menyuruhku untuk kembali duduk.

"S-sebenarnya...ada yang ingin kukatakan..." Kulihat Sehun menunduk dan meremas kedua tangannya.

"Wae? Kau butuh sesuatu?" tanyaku sambil mengunyah cemilan yang masih berada di tanganku.

Ia mengambil bungkus cemilan yang ada di tanganku kemudian meletakkannya di atas meja yang berada di depan sofa.

"Nae mal jal deuleo (Listen to my words)" ujarnya memperbaiki posisi hingga menghadap padaku. Aku hanya mengangguk dan mulai memasang telinga.

Ia terlihat membuka mulut namun menutupnya kembali. Kemudian menghembuskan napasnya pelan dan,

"Nan neol johahae (I like you)"

Aku menatapnya bingung dan mengerjapkan mata beberapa kali. Apa aku tidak salah dengar? Tapi sebenarnya—

"Aku tidak tahu bagaimana cara untuk mulai mengatakannya, yang jelas aku menyukaimu.. Xi Luhan" sambungnya dalam satu tarikan nafas.

I'm speechless. Aku benar – benar tidak tahu apa yang harus kukatakan, lidahku benar – benar terasa kelu. Aku membuka mulutku namun tidak ada kata – kata yang keluar dan aku menutupnya kembali. Aku memutus kontak mata dengannya dan menyandarkan punggungku ke sandaran sofa.

"Aku tidak peduli tentang semua perbedaan kita, yang jelas aku menyukaimu"

Perbedaan? Benar. Kami sangat berbeda, dia orang Korea dan aku orang China, dia dua puluh tahun dan aku dua puluh empat tahun. Dia idol dan aku bukan siapa – siapa. Benar, kami benar – benar berbeda.

"Aku butuh jawabanmu sekarang"

"N-ne?" ucapannya membuatku kembali ke alam nyata dan kembali menatapnya bingung.

"Jika diam, aku anggap persetujuan"

Persetujuan apa lagi ini? Aku benar – benar bingung dan gugup sekarang dan sama sepertinya tadi, aku mulai meremas kedua tanganku. S-se-sebenarnya aku... aku juga—

Aku membulatkan mataku sempurna saat sesuatu yang kenyal dan lembut menyapu bibirku. Dia menciumku! Oh Sehun menciumku!

To be Continue...

.

.

.

Yeah! Saya kembali sodara – sodara! Setelah cuti hampir satu setengah tahun demi UN. Saya akhirnya kembali! Ada yang masih ingat? (Nggaaakk) Ya sudahlah, yang penting saya kembali dengan HunHan. Karena bimbelnya cuma siang, jadi pas malam hari saya bisa lanjut nulis dan kembali menghuni FFn. Oke dari pada ngomong panjang – panjang,

Mind to Review?