DISCLAIMER: Tsugaru (diadaptasi dari Shizuo Heiwajima) dan Psyche (Diadaptasi dari Izaya Orihara) berasal dari serial Durarara! Milik Ryohgo Narita.
"Selamat datang."
"Tsugaru! Berilah salam pada adikmu."
"Adik..?"
"Namanya Psyche." Orang asing yang ditunjukkan itu tersenyum. Senyum yang lebar dan terlihat tulus bahagia."Dia sedikit berbeda, tapi Ibu yakin kau bisa menjadi kakak yang baik untuknya."
Tsugaru mengamati adik barunya baik-baik. Senyumnya itu, tanpa malu dan ragu sedikitpun dia tunjukkan padanya. Pada saat itu Tsugaru memutuskan bahwa dia menyukai adik barunya ini, dan dia membalas senyumannya dengan senyum yang sama tulusnya. Kemudian, senyum Psyche terkembang makin lebar dan pipinya merona malu.
Apa yang berbeda? Psyche, adik barunya ini, tampak seperti anak manis biasa yang Tsugaru takkan pernah keberatan untuk memiliki adik sepertinya.
"Peluklah dia, Psyche." Ibunya menyemangati, menepuk pundak anak lelaki berambut hitam itu."Tsugaru, biarkan dia memelukmu. Ayo, Psyche? Tsugaru juga menyayangimu."
Psyche melirik Ibu Tsugaru beberapa kali, tampak ragu. Tapi tidak lama kemudian dia memberanikan diri, dan dengan senyum yang sama dia berlari kecil mendekati Tsugaru. Tsugaru merentangkan lengannya, menerima adik barunya itu di pelukannya.
Tetapi—
"Awas!"
Saat itulah Tsugaru menyadari apa yang beda dari Psyche.
Kaki-kaki kecil adik barunya itu sungguh tidak kokoh memijak lantai, langkahnya canggung dan goyah—untunglah Tsugaru menangkapnya dengan sigap, walau lutut Psyche sudah terlanjur membentur lantai.
Dan lengannya.
Patah-patah mencengkeram bahu Tsugaru. Jemarinya gemetaran meremas baju kakaknya. Wajahnya—senyum itu luntur menjadi ekspresi yang tidak Tsugaru mengerti—mungkin ketakutan, tapi tidak kaget.. lebih seperti, cemas?
Matanya melebar ketakutan menatap Tsugaru, bibirnya gemetaran seperti akan menangis.
"Tidak apa-apa. Aku memegangmu." Tsugaru berkata, berusaha menenangkannya.
Dan serta-merta, senyum lebar itu terkembang kembali, bersamaan dengan sebulir air mata yang malu-malu menuruni pipinya.
Tsugaru saat itu berpikir senyum itu indah. Apapun yang terjadi, suatu senyum tulus akan membantu meringankan beban keadaan. Dan senyum Psyche, dia sangat menyukainya.
"Aduh, lain kali jangan berlari, Psyche." Ibu mereka datang menghampiri, membantu Psyche berdiri."Psyche akan berada di kelas 1 di SD yang sama denganmu, Tsugaru. Jagalah dia. Siap?"
"Siap, bu."
Mereka semua saling tersenyum, membagi kebahagiaan atas datangnya keluarga baru ke hidup mereka. Sudah lama Tsugaru menginginkan adik, dan hari ini harapannya itu terwujud.
Dan begitulah hari-hari mereka dimulai. Awal yang indah.
Tapi kita semua tahu bahwa awal yang indah tidak selalu menuntun ke akhir yang indah.
Begitupula hal yang indah tidak selalu menuntun ke hal lain yang lebih indah.
Tsugaru tidak menyadarinya. Bagaimana dia akan tahu jika hal indah yang dia sukai ini akan memuakkannya di kemudian hari? Tidak pernah dia sangka. Tidak pernah terpikirkan, maka tidak pernah dia pertanyakan. Seandainya dia tanya pun, siapa yang bisa jawab?
Waktu.
Ya, Hanya waktu yang bisa menyingkap hal-hal yang paling tersembunyi.
Di sisi lain, Psyche—yang sangat bahagia memiliki keluarga baik yang mau menerima dia apa adanya, walau dengan ketidakmampuannya, tidak akan mempedulikan hal-hal pahit yang mungkin terjadi. Cukup sudah dia mengalaminya karena cacat sialnya, yang sekarang dia ingin lakukan hanya memimpikan hal-hal indah.
Cacat apa?
Adakah yang menyadari Psyche tidak berbicara sama sekali?
Lagi-lagi, ada yang sadar, tapi tidak peduli. Sampai akhirnya kenyataan itu ternyata adalah hal penting di kemudian hari.
Biarkan waktu bergulir dan menyingkap apa saja kenyataan teracuhkan yang ternyata penting.
