Pernahkah kau merasa bahwa apapun yang kau lakukan tidak akan cukup?
Atau ketika kau berada di keramaian, tertawa, but you just dead inside. Seperti lebih baik terjadi gempa bumi yang membuat lubang besar dan menarikmu masuk saat itu juga.
Aku pernah. Seringkali.
Until Oh Sehun happened.
.
Luar biasa rasanya memiliki seseorang, atau sesuatu yang bisa membuatmu bahagia. Bahagia. Sebuah kata yang dulunya hampir kuanggap mitos atau bualan atau mimpi di siang bolong. Aku tidak pernah punya hobi, hingga aku bertemu dengannya dan menetapkan bahwa menulis adalah hobiku. Menulis tentangnya, menyusun frasa untuk menggambarkannya.
Lalu kemudian aku mulai lupa.
Bahwa tidak seharusnya aku membiarkan dia masuk ke kehidupanku begitu dalam. Bahwa tidak seharusnya aku membagi semua hal yang ada dalam diriku padanya. Seharusnya aku menyisakan sesuatu untuk diriku sendiri, seberapa lamapun kami sudah bersama, seharusnya aku menyisakan sesuatu.
Jadi ketika dia pergi, aku bisa lari ke suatu tempat tanpa mengingatnya.
.
Dulu dia menjanjikan banyak hal, aku juga menjanjikan hal yang sama. Kami dewasa, cara kami bersama bukan lagi tentang menanyakan kabar setiap harinya. Namun cukup dengan adanya pengertian bahwa kami ada, bernafas, dan 'bersama'. Menyampingkan segala kegilaan yang ada, aku tahu bahwa kami memulai dengan berjalan kearah yang berbeda, dengan tempo yang sama dan tujuan yang sama.
Lalu ketika aku sadar, sebagaimanapun samanya tujuan kami, arah yang kami tuju berbeda. Sejak awal, bukan kedamaian yang ada didalam hubungan ini, namun keheningan. Dan keheningan ini membuat kami semakin jauh.
Apa poinnya jika aku tidak bersamanya? Sehun selalu begitu, akan terbang semakin tinggi karena dia mampu. Masalahnya, aku juga. Aku juga mampu terbang tanpanya. Sudah enam tahun bersama, dan justru kami sampai pada fase dimana tidak mengetahui kabar satu sama lain selama lebih dari satu bulan adalah hal yang biasa saja.
Harusnya tidak seperti ini.
Harusnya kami keberatan terpisah, bukannya memaklumi terus menerus hingga mati rasa.
Dia petualang, aku juga. Aku ingin tahu, dia juga. Dia ingin terbang lebih tinggi, aku juga. Aku ingin keluar dari zona nyamanku, dia juga.
Dan kesamaan-kesamaan itu membuat kamu tidak bisa lagi bersama.
.
Mungkin ketika kita pisah, dunia tidak akan tahu. Tapi aku masih melihatmu sebagai makhluk paling ajaib di semesta.
Jadi bagaimana bisa dunia tetap berputar? Mobil tetap berjalan? Bagaimana bisa mereka melaju dan aku masih disini.
Mungkin saat ini kau marah, aku sedih, dan kita tidak bisa menerima bahwa tidak bisa lagi bersama. Tapi ingatlah Sehun, aku mencintaimu sampai dasar lautan. Aku mencintai cara kita berbagi lagu, aku mencintai caramu berjalan dengan kedua tangan didalam saku jins, aku mencintai caramu menopang dagu, aku mencintai kepulan asap kopi pagimu, atau bahkan ketukan sepatumu di lantai kayu. Aku mencintaimu.
.
Jadi saat ini , ketika kita benar-benar sudah terpisah, hanya ada satu hal yang bisa kurasakan ketika mengingatmu.
Mungkin di kehidupan ini, sungguh singkat seperti salju yang turun, atau perubahan arah angin. Aku akan rindu padamu, sekali dua kali akan ada telfon yang datang dariku menanyakan kabarmu ditiap tahun.
Hanya untuk kau tahu, bahwa aku sudah begitu dekat untuk mengakhiri hidupku jika tidak ada kamu. Bahwa saat ini yang tersisa dari kita hanya memori, rasa sayang tanpa batas, rasa hormat, dan persahabatan yang akan selalu ada selama langit belum jatuh.
Bahwa ada satu cahaya yang tertinggal dari kita, dan akan selamanya berpijar.
Bahwa kita bahagia bersama, dan bahwa aku pernah cukup untukmu.
.
.
.
