Birdie! by Rayanism
.
Warnings: Burung!seme, OOC, humor garing kerupuk, multi-pairings, typos, plotless
.
Safe-rated K+
.
Kuroko no Basket by Tadatoshi Fujimaki
.
a non-profit fanwork
ENJOY!
.
.
[Seijuurou & Tetsuya]
Akashi Seijuurou punya burung. Namanya Tetsuya. Burungnya berjenis parkit kecil warna biru bermata bulat besar dengan warna senada. Tetsuya sangat suka vanilla. Burung milik pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaan yang tengah naik daun di Asia ini menemukan kecintaannya terhadap vanilla saat segelas milkshake vanilla ditinggalkan di atas meja dekat sangkarnya.
Hari itu Akashi lembur, jadi Tetsuya memutuskan untuk memandangi gelas kertas berlogo huruf M terbalik tersebut.
"CIIIT."
Harum khas yang belum pernah tercium olehnya menyapa lubang hidung mungllnya. Wanginya manis. Tetsuya makin penasaran dengan rasanya. Tetsuya terus bercicit selama limabelas menit sambil meloncat-loncat di sangkar kecilnya.
"Tetsuya, aku pulang."
"CIT CIT!"
Tak lama kemudian Akashi pulang. Tetsuya mengangguk-anggukkan kepalanya seraya melihat Akashi melonggarkan dasinya. Bukan, dia bukan mesum, hanya menarik perhatian Akashi untuk membukakan pintu sangkarnya.
Terima kasih atas ikatan batin yang telah tercipta di antara mereka berdua, Akashi melihat gerak-gerik Tetsuya dan membukakan pintu sangkarnya. Tetsuya langsung terbang menuju gelas yang sedaritadi menggodanya. Yang Tetsuya tidak tahu, Akashi membukakan pintu sangkarnya bukan karena mengerti kalau Tetsuya menginginkan vanilla tersebut, melainkan untuk—
"Tetsuyaaa."
"CIIIIT!"
—memeluknya.
Setelah berjuang untuk bertahan dari pelukkan Akashi yang mampu meremukkan tulang-tulang kecilnya (warna bulunya semakin biru. Belakangan diketahui bahwa hal tersebut disebabkan karena Tetsuya terlalu lama menahan napas). Tetsuya hinggap di pinggiran gelas. Kepala Tetsuya miring-miring mencari celah gelas yang ada. Tapi ada satu masalah, tutup gelasnya belum dibuka.
Tuk tuk. Tetsuya mematuk-matukkan paruh kecilnya pada tutup gelas. Lama-kelamaan memberi tekanan lebih berharap tutup gelas tersebut data dibobol. Akashi yang mengerti maksud burung kesayangannya (kali ini benar-benar mengerti) membukakan tutup gelas tersebut.
"Cit." terima kasih, Akashi-kun.
Entah dari mana burung minimalis itu belajar suffiks.
Bagaikan melihat surga, mata Tetsuya yang sudah bulat semakin bulat. Dengan anggun Tetsuya menyelupkan paruhnya ke dalam cairan putih yang sudah dingin tersebut. Beruntung bagi Tetsuya, permukaan likuid yang ada masih bisa dicapai olehnya, jika tidak, Tetsuya tidak tahu plot twist macam apa lagi yang akan dihadapinya.
GLUK
Cairan vanilla itu melewati tenggorokannya. Karena bukan vanilla segar, rasanya sedikit hambar. Namun Tetsuya masih bisa merasakan manis creamy khas vanilla. Manisnya sangat khas, bukan manis gula, bukan manis susu. Bukan juga manis gula yang dicampur susu, tapi manis vanilla. Entah apa maksudnya.
Sejak saat itu, obsesi Tetsuya terhadap vanilla semakin menjadi. Sebagai majikan yang baik (dan terobsesi) terhadap burungnya, setelah mengetahui kesukaan Tetsuya, seminggu sekali Akashi membawa Tetsuya ke Majiba. Tetsuya ditaruh mana? Tentu saja di dalam sangkar kecil. Tentu saja Akashi tidak keberatan untuk membawa-bawa sangkar berlapis emas berisi burung parkit biru bermata bulat. Orang-orang yang melihatnya tentu tidak ilfeel, beberapa di antaranya bahkan ber-kyaa ria melihat ada sesosok ikemen berkepala merah dengan peliharaannya duduk berdua di salah satu meja majiba. Berdasarkan inforrmasi dari Momoi, asistennya, belakangan diketahui rupanya ikemen penyayang hewan sedang menjadi trend.
.
.
.
[Aomine & Kagami]
Kagami punya burung. Namanya Aomine. Berjenis parkit berparuh lebih panjang dari burung-burung parkit lain. Perawakaannya juga jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Kuroko. Aomine mempunyai jambul mungil-mungil tengil sebesar biji jagung. Perilakunya juga jauh berbeda dengan parkit berwarna biru langit mungil milik bosnya. Jika Kuroko hanya bercicit bawel saat Akashi mengurangi jatah vanillanya, Aomine bawel seperti rexona; setiap saat.
"CRIT CRIT CRIIT!"
Iya, kalau didengarkan baik-baik, Aomine tidak bercicit, tapi bercritcrit. Suaranya memang seperti itu. Entah karena bawaan lahir—maksudnya, menetas, atau kutukkan dari dewa burung.
Burung kekar milik Kagami ini juga mesum. Jika Kagami lupa mengunci sangkarnya, Aomine akan langsung menerjang dan melorotkan boxernya. Kok bisa? Karena Aomine kekar dan kuat.
"Crit crit criiit, crit crit criiit." Yang bisa mengalahkanku hanya aku seorang.
Kalimat itu dikutip Aomine dari anime basket yang akhir-akhir ini sedang ngetop. Seorang karakter antagonis berkulit gelap sangat menarik perhatiannya. Dan entah kenapa Aomine tiba-tiba merasakan ikatan batin dengan pemain freestyle tersebut.
Kembali ke kemesuman Aomine. Jam dinding sudah menujukkan pukul Sembilan malam. Kagami baru saja pulang dari kantor, agak terlambat karena kemacetan yang akhir-akhir ini semakin parah. Setelah mengisi tempat makanan Aomine dengan makanan burung, Kagami memutuskan untuk mandi. Tidak lupa memastikan bahwa ia telah mengunci kandang burungnya, lalu beranjak ke arah kamar mandi.
Karena berpikir kalau Aomine tidak akan bisa keluar dari sangkarnya, Kagami membuka bajunya di depan mata biru gelap Aomine.
"Crit..." oh tidak, imanku….
Entah sejak kapan burung itu beragama. Intinya, Melihat Kagami lagi-lagi hanya memakai boxer pink bermotif chibi tora kesukaannya, Aomine menahan diri agar tidak kejang. Saat tangannya hampir memutar pintu kamar mandi—
"CRIT CRIT!"
Aomine kalap.
BRET
—Aomine menarik boxernya.
LAGI.
Kagami menahan diri setengah mati untuk tidak mengubah burung mesumnya menjadi santapan pagi.
Oh, ingatkan Kagami untuk membeli gembok yang biasa digunakan untuk mengunci kandang badak. Kagami lupa kalau ia bukan memelihara badak, ia hanya memelihara seekor burung parkit.
Kekar.
Berwajah badak.
.
.
.
[Atsushi & Himuro]
"Kwak!"
Bukan, itu bukan suara ayam betina yang sedang konstipasi untuk bertelur. Itu suara Atsushi, seekor burung kakatua bertampang malas sedang berputar-putar di cincin mainannya. Pemiliknya bernama Himuro Tatsuya, salah satu bawahan Akashi Seijuurou berpangkat cukup tinggi.
Keluarga kecil yang terdiri dari Himuro Tatsuya, Atsushi, dan tumpukkan camilan (didominasi maiubo), tinggal di sebuah apartemen mewah (tidak lebih mewah dari Yang Mulia Akashi) yang tidak jauh dari tempat Himuro bekerja. Sebenarnya di apartemen ini ada larangan memelihara hewan.
"Izinkan aku memeliharanya." Kata Himuro.
Atsushi yang sedang bertengger di bahu Himuro menelengkan kepalanya.
"Tidak bisa, Tuan. Saya kira Anda sudah tahu peraturannya." Kata salah satu karyawan.
"KWAAAK!" Tampang Atsuhi berubah dari burung malas mirip kukang menjadi tampang mematikan burung nazar. Mungkin kalau fanfik ini crossover, Atsushi sudah berubah jadi titan. Saking kerasnya dia ber-kwak, lidahnya sampai menjulur dan bergetar. Karyawan yang melihatnya merasa dirinya terancam. Ditambah dengan paruh besar Atsushi yang terlihat dapat memutuskan jarinya dengan sekali patuk.
Himuro tertawa kecil. "Tenanglah, Atsushi." Himuro mengelus burung kesayangannya sambil tersenyum. Lalu kembali menghadap karyawan penghalang keluarga kecilnya. "Tentu saja, aku tidak akan memakai kekerasan. Oh, tentu saja kau akan mendapat 'tip' bulanan." Tergiur dengan nominal yang dibisikkan Himuro, karyawan tersebut langsung mengangkut barang-barang Himuro ke unitnya di lantai sembilan.
Begitulah perjuangan yang dilalu keluarga kecil mirip keluarga cemara ini. Bedanya, pekerjaan Himuro bukan tukang becak dan Atsushi adalah seekor burung kakatua.
Atsuhi suka Muro-chin seperti Atsuhi menyukai maiubo. Himuro suka sekali Atsushi, tapi Himuro lebih menyukai barang diskonan.
Perawakkan burung Himuro memang sewajarnya lebih besar dari burung-burung domestik lain. Yang untik dari Himuro adalah mata burung ini terlihat turun sehingga mirip seperti orang-orang hidup segan mati tak mau. Wajahnya juga terlihat lesu, mirip Murasakibara, salah satu pemain basket kesukaan Himuro di telenovela tengah malam.
Kesamaan Atsushi dengan Murasakibara adalah mereka berwarna ungu. Dari luar, Atsushi memang terlihat seperti burung kakatua biasa dengan jambul warna putih, namun jika kau mengangkat sayapnya, akan terlihat sekumpulan bulu warna ungu lavender membentuk garis di sana. Himuro menemukan keunikan Atsushi saat sedang memandikan burungnya. Pada awalnya, Himuro menyangka kalau garis ungu tersebut ada karena Atsushi tercoret spidol aneka warna miliknya (Atsushi senang sekali bermain dengan tutup spidol). Sempat juga Himuro mengira bahwa spidol yang mencoreng burungnya adalah jenis permanen. Noda tersebut tak kunjung hilang.
"KWAK! KWAK!"
Himuro kalap. Atsushi menggelepar.
"KWAAAAK!" Hentikan, Muro-chin!
Kalau begini terus, bukan hanya garisnya yang hilang, sayapnya bisa copot, lalu yang bisa terbang hanya nyawanya.
Dengan insting menyelamatkan diri, Atsushi kabur dari cengkraman ganas Himuro. Atsushi ingin hidup. Kalau dia mati, Himuro tidak bisa melakukan resureksi. Kalau dia mati, dia tidak bisa nonton Arjuna ditemani maiubo rasa wasabi. Untungnya pintu kamar mandi dibiarkan terbuka. Dengan bulu yang masih basah, Atsushi jalan terpincang-pincang menuju sudut ruangan.
Atsushi terus ber-kwak dengan suara keras. Kalau diperhatikan baik-baik, ia seperti sedang marah-marah. Saat Himuro mendekati Atsuhi, dia malah mematuk Himuro. Himuro yang syok karena sebelumnya Atsushi tidak pernah ngambek, hanya memerhatikan burungnya dengan mata berlinang airmata. Himuro kebanyakan nonton telenovela.
Dengan cara mereka sendiri, akhirnya Himuro dan Atsushi berbaikkan, mereka tidar bersama di ranjang Himuro. Himuro tidak tahu betapa bahagia burungnya dapat tidur berdampingan dengan Muro-chin nya.
.
.
Haha aduuh apa inii? orz
Saya cuma terlalu tergoda sama piyo merekaa ululu. Di sini AkaKuro nya saya buat anomali, soalnya saya terobsesi sama burung Kuroko. Fanfik ini plotless jadi semacam slice of life drabble. Maafkan ya kalo fik ini masih penuh dengan kesalahan. /bow/
Next chapter saya mau bikin KiKasa sama MidoTaka :3
Ulululu aku senang sekaliii para buruung 3
Review?
