muara
[ jaemin x renjun ]
nct © sm entertainment ; no profit gained, no copyright law infringement.
lowercase ; based on adera's muara ; typo(s), ooc
.
.
.
.
skenarionya seperti ini; jaemin memandangi renjun yang sedang duduk-duduk di bantaran sungai.
mentari sore itu jauh lebih bersahabat ketimbang beberapa jam yang lalu. angin berembus sepoi-sepoi. ingar bingar kota tidak terasa, menciptakan suasana damai yang didambakan oleh setiap orang yang sudah terlalu penat dengan rutinitas sehari-hari.
sore itu sepulang sekolah, seperti biasa renjun mengajak jaemin untuk duduk-duduk dulu di bantaran sungai di dekat rumah mereka. kebetulan tempat tinggal mereka satu arah, jadi jaemin bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan si penyandang marga huang itu.
terhitung sudah tiga puluh menit sejak mereka datang ke bantaran sungai ini. renjun belum mau bicara, pun jaemin nampaknya lebih memilih untuk menunggu renjun bicara ketimbang dirinya memulai konversasi. meski diam ini terasa canggung, tapi jaemin memilih untuk menunggu renjun.
dalam susah, senang, renjun pasti akan mengajak jaemin pergi ke bantaran sungai ini baik untuk merayakan atau meratapi. tempat itu punya peran tersendiri dalam hubungan keduanya, bermula dari tempat mereka pertama bertemu sampai menjadi tempat favorit menghabiskan waktu berdua.
"jaemin―"
renjun akhirnya buka suara. jaemin mendongak, tapi dia tidak menggeser posisinya lebih dekat. buatnya lebih nyaman duduk di belakang lelaki itu. "ya?"
"tadi siang aku dapat pengakuan cinta dari minhyung."
jaemin tidak kaget. cerita itu cepat menyebar kemana-mana, termasuk ke kelasnya. renjun anak yang cukup populer di sekolah, pantas kalau dia disukai oleh si ketua dewan murid itu. "lantas apa jawabanmu?"
"aku menolaknya."
"kenapa?"
renjun berbalik. kelereng sehitam jelaganya memandang lurus ke arah jaemin. tidak ada ekspresi di wajahnya. tangan terjulur ke depan, menarik dasi hitam yang dikenakan oleh si pemuda na itu, mempersempit jaraknya dengan lelaki yang lebih muda. "di saat seperti ini, kau masih bertanya kenapa?"
"uh," manik topas dirotasikan, "aku tidak begitu mengerti."
napas dibuang percuma. disentilnya pelan dahi jaemin, "padahal sudah jelas sekali kenapa aku menolak minhyung―aku tidak bisa kalau tidak denganmu, jaemin. berapa kali aku harus melakukan konfesi sampai kau sadar kalau yang kusukai itu cuma kau?"
