A NaruSasu Fanfiction

" My Lasting Gift "

Naruto U. / Sasuke U.

Rated : T

Genre : Comfort / Family

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Author : GingerJelly

AU, abal, typo, yaoi (boy x boy), mpreg, family condis, cerita aneh dan pasaran

Ini author newbie dari fandom narusasu ^^, mohon bantuannya ya minna… welcome buat readers, silent readers juga… jangan lupa tinggalkan jejak buat jell yaaa hehe, review kalian semangat jell buat bikin efef lagi hihii oke, selamat membacaaa

Summary : Malam natal selalu diisi dengan suasas hangat dan bahagia, belum saatnya untuk buka kado sih, tapi yaaa tidak apa-apalah asal kado itu adalah kado istimewa untuk orang-orang tersayang. "So, merry Christmas my lasting gift. Aku mencintaimu"

Summary gagal -_-v

Ini malam natal ke enam keluarga besar Uzumaki dan Uchiha. Seperti malam natal sebelum-sebelumnya, keluarga tersebut selalu merayakan malam natal yang suci itu dengan berkumpul bersama –biasanya di kediaman Uzumaki- setelah merayakan misa di gereja terdekat. Waktu-waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh anak-anak di malam natal yang ceria adalah menghias pohon natal dan meletakkan bintang besar di puncaknya. Begitu pula dengan keluarga Uzumaki dan Uchiha ini.

Butiran tipis yang lembut seperti kapas sedang jatuh dari langit lalu melayang-layang di udara bebas sebelum akhirnya menyentuh tanah. Ruangan di kediaman Uchiha dengan penghangat yang menyala di sudut ruangan menjadi semakin hangat dengan adanya obrolan, canda tawa, dan kebahagiaan yang tertuang keluarga tersebut. Keluarga Uzumaki datang dengan Minato beserta istrinya, Naruto –oh tentu saja pria itu datang, istrinya kan disana, paman Nagato dengan Konan, dan Karin –yang masih tergila-gila pada istri Naruto.

Yap, Home sweet home.

"Rasanya hampir sama seperti tahun lalu ya Fugaku" ucap Minato setelah meneguk tehnya dengan nikmat. Mata birunya yang jernih menatap washitsu yang telah didekorasi lebih modern dengan karpet tatami yang lembut. "Hn, aku senang keluarga kita bisa berkumpul begini" jawab Fugaku dengan kalem, ia melirik cucu-cucunya yang bermain-main dengan hiasan pohon natal di dekat pintu shoji. Bibirnya tanpa sadar tersenyum melihat betapa lincahnya cucunya berlarian. "Ah, cucu ketigamu baru tahun ini ya merayakan natal bersama" Minato menatap seorang bayi dalam balutan beludru merah muda yang digendong seorang wanita berambut pirang. "Ya, Itachi sangat senang karena putranya bisa lahir di waktu hampir natal" jelas Fugaku, ia menyesap kopinya.

Sungguh kebahagiaan yang tidak terkira bagi kedua keluarga itu. Bagi Fugaku, yang berumur lebih tua dari Minato harus menghargai waktu-waktu yang jarang terjadi seperti ini. Ia sudah memiliki tiga orang cucu yang sangat menggemaskan walau dengan tingkah menyebalkannya. Dan bagi Minato sendiri, dapat merayakan natal dengan keluarga dan sahabatnya tersebut adalah saat-saat yang akan selalu ia ingat. "Neesan, apa melahirkan itu sangat sakit?" Tanya Karin yang duduk di dekat Ino –istri Itachi. Ino tertawa mendengar pertanyaan gadis berusia 23 tahun tersebut. "Makanya cepat-cepat menikah" godanya dengan senyum di bibir berpoles lipstick pink. Karin mendengus. "Ya seharusnya aku menikah dengan Sasuke-kunnn" ucapnya hiperbolik.

"Ehehe, mungkin kau harus menunggu seribu tahun untuk bisa melakukan itu" kata Ino sambil menepuk-nepuk pelan bayi dalam gendongannya. "Hhh, kenyataannya malah baka-niisan yang bisa menikahi Sasuke-kun" Karin menggelongsor di atas meja, rambut merahnya yang terkuncir miring tampak luruh menyentuh permukaan meja. "Kurasa, Suigetsu cukup baik untukmu Karin" Ino menimang bayinya meskipun menatap adik Naruto tersebut. Pipi gadis berkacamata itu merona malu. "Di-dia terlalu bodoh untukku" gerutunya.

"Mama mama! Nanti Menma ya yang memasang bintangnya!" seru Menma –oh, dia anak pertama Naruto dan Sasuke- ketika melihat kedua orang tuanya masuk ke dalam ruangan dengan menenteng beberapa kantung plastik di tangan. "Okaerinasai" sapa anak sulung Itachi ketika melihat kedua pamannya itu pulang. "Tadaima" Naruto tersenyum pada Akeno, anak Itachi dengan perawakan begitu mirip Ino. "Ya maaa" Menma merengek menarik-narik mantel hangat Sasuke yang masih berdiri di dekat shoji yang telah ia tutup. "Menma-chan, nanti mama jatuh sayang" Naruto meletakkan kantung plastik di tangannya lantas meraup putranya ke gendongan. "Uhhh" Menma menatap sang mama meminta pertolongan. Sasuke tersenyum lembut. "Ya baiklah, jangan nakal oke?" ia mengusap rambut hitam Menma yang wangi, anak itupun tersenyum lebar. MALAM NATAL YANG SEMPURNAAAA! "Maaf ya membuat kalian menunggu lama" ucap seorang wanita berbaju hitam.

"ASIIKK MAKANNN!" seru anak-anak dalam ruangan tersebut. Inilah salah satu yang disukai anak-anak di malam natal juga, makan malam dengan banyak makanan yang manis dan penuh kejutan. Keluarga tersebut berkumpul di meja makan di sudut ruangan di dekat jendela geser. Menma mengambil tempat duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya. Nenek Mikoto meletakkan mangkuk berisi nasi yang terlihat masih sangat hangat di hadapan masing-masing anggota keluarga. "Terima kasih baachann" seru Menma ketika mendapat bagian, membuat seluruh keluarga tertawa begitu melihat tingkah menggemaskan putra Naruto dan Sasuke. Jujur, bagi mereka Menma adalah cucu yang paling lucu dan menggemaskan setengah mati, wajahnya yang khas anak-anak balita, mata hitamnya yang bulat besar, pipinya yang tembam memerah seperti bakpao cina, senyuman yang sangat mirip dengan Naruto namun dengan gaya bicara yang persis seperti Sasuke, sungguh membuat siapapun yang melihatnya langsung jatuh cinta meskipun dia akan bertingkah nakal layaknya anak-anak seumurannya.

But, totally he gets the point everywhere.

Makan malam berjalan dengan sangat ceria, celotehan Menma bersaing dengan Akeno dan ledekan Sona –putri bungsu paman Nagato dan bibi Konan. "Bibi Ino kenapa Yuuto tidak makan?" Tanya Menma menatap bayi dalam gendongan bibinya, keponakannya yang imut-imut itu terlihat diam saja meskipun suara disekitarnya bising, apalagi suara Menma yang nyaring. "Yuuto-chan mengantuk Menma-chan, makanya tidak makan" jawab Ino kalem. "Menma-chan ikut tidur saja, nanti biar neechan yang pasang bintangnya" ledek Sona kemudian memasukkan potongan ayam gorengnya ke mulut. "Enak saja! Menma yang pasang!" Menma berseru tidak terima. "Benar-benar mirip Naruto yang keras kepala ya" ucap Kushina pada Mikoto di sampingnya. "Ya, tapi dia sangat menggemaskann" ucap Mikoto melempar senyum balik. "Menma, tidak boleh berteriak sayang" ucap Sasuke mengusap lengan anaknya. "Huhhh mama tidak membelaku!"

"Kan Menma-chan sukanya tidur, jadi biar neechan saja" Sona kembali menggoda adik kesayangannya itu. "Sona" lerai Konan yang duduk di samping Nagato. "Hihihi, soalnya Menma-chan menggemaskan sih" ucapnya dengan senyuman. "Betulkan Kirio nii?" Tanya Sona pada sosok kakaknya yang makan dengan damai. "Hm? Aku lebih menggemaskan" jawabnya melambai. Derai tawa membahana di atas plafon kayu di atas mereka, ah anak-anak Nagato memang sangat percaya diri dan penuh selera humor. "Ahaha, jadi bagaimana dengan adik Menma?" ucapan dari Itachi membuat Naruto tersedak tawanya sendiri. Pria dengan rambut panjang yang duduk di hadapannya itu menatapnya menggoda. "Kapan kau akan memberi Menma adik?" susul Itachi. "Ah, iya masa kalian tidak mau memberikan Menma adik?" Nagato ikut-ikutan nimbrung.

Fugaku diam menunggu jawaban putra bungsunya. "Iya maaa, Menma mau adikkk, adik yang seperti Yuuto, Menma tidak mau adik yang seperti Sona neechann" rengek Menma mengguncang-guncangkan lengan bawah Sasuke. Membuat pria cantik itu gugup ditanya hal tersebut, sementara suaminya hanya cengengesan tanpa dosa. 'Hhh baka dobe' umpatnya dalam hati. "Okaachan juga ingin punya cucu lagi dari Sasu-chan" timpal Mikoto. "Kau jugakan Fuga-kun?" ia menggenggam tangan suaminya. "Hn" jawabnya seperti biasa, walau ia tidak bisa menyembunyikan rasa harapnya. "Ehehe… aku sih mau-mau saja untuk memiliki anak lagi" ucap Naruto mengerling pada Sasuke. "Menma juga senang untuk punya adik, iyakan sayang?" "YA!" jawabnya cepat. "Nanti kau tidak imut lagi Menma-chan" celetuk Karin mengunyah makanan. Menma menggembungkan pipinya. "Aku akan tetap imut dan menggemaskan walaupun sudah punya adik" ia mengetuk pipi gempalnya seperti berpikir. "Eh tapi Menma juga akan tetap tampan juga kok" jawabnya enteng. "Yoo otouto berikan saja adik untuk Menma" Itachi mengulurkan tangannya dan mencubit ujung hidung Sasuke. "Oniisann" desis Sasuke.

Sasuke menahan malu di perbincangan untuk memberikan Menma adik. Jujur dia ingin membicarakan masalah pribadi dan penting itu, hanya saja timingnya tidak tepat, ia ingin di waktu yang tepat untuk berbicara perihal 'memberi adik' tersebut di malam natal ini.

.

.

.

Sudah pukul sembilan malam, tapi tidak membuat anak-anak ingin beranjak tidur, kecuali Yuuto tentunya. Menma, Akeno, Sona duduk di lantai dekat dengan pohon natal yang sedang mereka hias bersama Sasuke, Karin –well, gadis ini susah untuk jauh-jauh dengan Sasuke jika sudah ketemu. "Mama, menurut mama gantungan rusa ini dipasang dimana?" mata Menma menatap pohon yang menjulang cukup tinggi baginya. "Rusa sebaiknya diletakkan di dekat santa" jawabnya meraih boneka santa dengan lonceng-lonceng bergemerincing. Menma nyengir, meraih benda itu lalu menyerahkannya pada Akeno untuk dipasang di dahan. "Ini natal yang sangat indah" ucap Akeno ketika memasangkannya. "Tentu saja kan ada Menma" balas Menma meraih keranjang telur paskah. Sasuke tertawa mendengar betapa percaya dirinya anaknya itu, putraku yang manis dan cerdas janganlah cepat tumbuh besar ya. Pikir pria itu.

"Sasuke-kun akan benar-benar memberi adik untuk Menma-chan?" Tanya Karin membolak-balik gantungan Merry Christmas di tangannya. "Kenapa?" Tanya Sasuke balik. "Hhh jadi sebentar lagi aku akan melihat Sasuke-kun menderita lagi" rungutnya sedih. Melihat Sasuke kesusahan dengan kehamilannya benar-benar ujian terberat Karin sebagai penggemar Sasuke nomor wahid di muka bumi, Sasuke itukan cowok! Jadi sangat pantas jika kehamilannya tidak sewajar perempuan. Pikir Karin membela pikiran tak teganya akan pria yang masih menjadi sumber kemaniaknya itu. "Tidak masalah" jawab Sasuke menatap putranya yang gembira sekali. "Hhh tapi nanti kau akan kerepotan seperti saat hamil Menma-chan" Karin menatap Sasuke. "Tidak masalah karena ia anakku Karin" jawabnya pelan. Ah~ semenjak dia hamil Menma sisi lembutnya selalu keluar. Apa itu yang disebut ikatan batin mama dan anak?

Sementara di meja tengah-tengah washitsu, Naruto bersama yang lain duduk dengan secangkir kopi ataupun teh di hadapannya. "Naruto, aku serius loh tentang pertanyaanku untuk memberikan Menma adik" kata Itachi mengusap-usap rambut hitam putra dalam dekapannya. Naruto menyeruput kopinya lalu memandang ayah Yuuto itu. "Hmm aku juga sangat ingin punya anak lagi, yaa tapi itu tergantung Sasuke sih" jawabnya memainkan gelasnya. "Touchan rasa, Menma sudah cukup umur untuk memiliki adik" Minato berkata. "Lima tahun tidaklah terlalu muda untuk memiliki adik Naruto" kata Nagato menambahi. "Aku tahu, aku tahu. Sasuke sering bilang kalau dia takut Menma akan terlalu cepat kehilangan kasih sayang" ia memandang istri dan anaknya yang bermain-main dengan pohon natal yang hampir selesai dihias. "Nanti kau bisa menyesal loh, Kirio dan Sona terpaut sebelas tahun, itu membuat Sona tidak bisa bermain-main dengan kakaknya yang usianya sudah dua puluh dua tahun" terang Nagato menceritakan anak-anaknya. Ah, paman Nagato itu adik Minato, usianya terpaut tak jauh dari Minato.

Naruto memandang lekat Sasuke. Pria yang lebih tua tiga bulan darinya itu sempurna mencolong semua perhatiannya, menyita seluruh pandangannya hanya untuk menatap sosoknya yang angkuh mempesona. Naruto jatuh cinta kepadanya tanpa banyak alasan, hanya karena Kau Begitu Sempurna, sudah cukup membuat sosok playboy Naruto bertekuk lutut untuk mendapatkan sosok selangka Sasuke. Siapa sih yang bisa menyamai Sasuke? Bahkan Sakura cewek tercantik di SMAnya dulu masih kalah saing dari Sasukenya. Tidak ada yang memiliki rambut aneh (indah jika Naruto yang menyebut) selain Sasuke, tidak ada yang memiliki mata hitam sedalam Sasuke (kalau kata Naruto, mata Sasuke melebihi black hole yang bisa menyedot segalanya tanpa batas, maka mata Sasuke menyedot kuadrat segalanya), tidak ada yang memiliki kulit selembut dan seputih Sasuke –untuk ukuran laki-laki ya, dan tidak ada yang bisa memikat Naruto untuk terakhir kalinya selain Sasuke, selain Sasuke, dan SELAIN SASUKE. Hanya ada Sasuke dengan segala kecantikan yang dimiliki pria Uchiha tersebut.

"Oy Naruto!" Minato menepuk keras bahu anaknya saat Naruto hanya melamun memandangi Sasuke. "Ehehe…" jawabnya tertawa. "Hhh paman pasti memikirkan hal yang jorok" celetuk Kirio yang tengah memakan dango dengan santai. "Oy! Apa-apaan itu?!" sembur Naruto, uh yaa baiklah mungkin kalau dia tidak disadarkan ayahnya maka bisa saja dia membayangkan tubuh langsing Sasuke yang telanj– 'DAFUUUQ! Apa yang kupikirkan sih' gerutu inner Naruto. "Bicarakan hal ini lebih serius dengan Sasuke, Naruto. Otousan tidak akan memaksa kalian untuk cepat-cepat memberi adik bagi Menma" ucap Fugaku panjang lebar, wahh ternyata kakek satu ini jika memberi wejangan bisa sepanjang itu ya. Pikir Naruto. "Baiklah, akan kucoba otousan"

"FORTUNE COOKIESS"

"Kue keberuntungan!" seru Akeno dan Sona beriringan, membuat Menma hanya mengerjap bingung. 'Kue keberuntungan?' ucapnya tak mengerti, biasanya saat malam natal akan ada kue bulan, kue mochi isi susu atau isi coklat kesukaannya. "Mama kue keburuntungan itu apa?" Tanya Menma mendekati mamanya saat kedua kakaknya sudah berlari mendekati nenek Mikoto dan nenek Kushina. Mata hitamnya yang jernih menatap mamanya yang duduk belum bergerak. "Itu kue yang bisa mengabulkan harapan Menma-chan" jawab Karin sembari berdiri dari lantai tatami. "Huh? Benarkah ma?" ia kembali bertanya pada mamanya untuk meyakinkan hal itu. "Itu hanya kepercayaan, kau boleh percaya boleh tidak sayang" ia mengelus wajah Menma yang hangat. Menma berkedip dan melihat saudara-saudaranya sudah mulai mencomot kue dari atas piring. "Ayo ma, Menma mau buat harapan!" seru Menma penuh semangat, ia menarik gemas tangan mamanya agar segera menghampiri meja.

.

.

Ketika Menma mencapai meja matanya melebar dengan bentuk kue yang digadang-gadang sebagai kue keberuntungan itu. WAHH BENTUKNYA LUCU-LUCU! Biasanya bentuk fortune cookies seperti bentuk dumpling tapi kali ini, Mikoto dan Kushina membuatnya lebih menarik dengan membentuknya menggunakan cetakan coklat berbagai bentuk hewan. "Papa, ada yang bentuk rubah" Menma mencomot satu yang berbentuk rubah. "Ya, tentu saja sayang" Naruto memangku anaknya ketika Sasuke duduk di sisinya. "Ini untuk apa?" Menma menunjuk kertas kecil berbagai warna terletak di atas piring putih dengan spidol-spidol di sana. "Ini untuk menuliskan harapanmu Menma-chan" jawab Konan tersenyum sembari mengambil kertas origami. "Wahhh bibi pandai sekali membuatnya" kata Menma saat melihat Konan dengan sangat cekatan membuat berbagai bentuk dari kertas-kertas origami. "Ini untuk pohon natal loh" "ASYIKKK NANTI MENGHIAS LAGI!" lantang Sona mengepalkan tangan. "Kau mau Suke?" tawar Naruto menyodorkan sebuah kue pada Sasuke.

"Oh, ya kurasa" jawab Sasuke kikuk. Uh ada apa sih dengan dirinya? Pikir Naruto. "Kau sakit Suke?" ia menyentuh pipi putih Sasuke dengan lembut, mengusapnya namun Naruto hanya menemukan rasa hangat di sana. "Tidak, aku baik-baik saja Naruto" jawabnya menggigit kue tersebut. Dalam otaknya dia memikirkan harapan apa yang akan dia tulis di kertas nanti.

Itu seperti tradisi di daerah Konoha, kue keberuntungan lebih dikenal Fortune Cookies. Walaupun namanya fortune tapi kue itu dipercaya bisa mengabulkan harapan setelah menuliskan harapannya di kertas lalu menggantungnya di pohon natal. Sebenarnya hanya anak-anak kecil saja yang mempercayainya, tapi orang dewasa juga tak ada yang salah bukan? Begitu pula dengan dua keluarga besar tersebut, bahkan Fugaku juga ikut menuliskan harapannya di kertas tanpa paksaan dari istrinya. Pokoknya asal bersama keluarga, dia akan melakukan apapun. "Akeno kau menulis apa?" Tanya Sona pada Akeno yang tengah menulis. "Pokoknya harapan yang bagus deh" jawabnya dengan serius. Tangan-tangannya dengan cekatan menulis kanji dengan sangat rapih walaupun umurnya masih 9 tahun, benar-benar menuruni bakat cerdas sang ayah. "Mama, aku belum bisa menulis dengan baik" ucap Menma menatap sedih mamanya yang diam sedari tadi.

Pria berbaju putih itu tersenyum memandangi Menma. "Tidak apa, biar mama yang menuliskannya, oke?" "Mmm tapi Menma kan mau menulis sendiri" ucapnya murung. "Hei jagoan jangan sedih" papanya mencubit pipinya pelan, senyum hangat terpatri di wajah tegas sang ayah ketika Menma memandangnya. "Huhh Menma kan mau pintar seperti mama" ia memandang mamanya. Membuat Naruto sweatdrop mendengarnya, tanpa langsung Menma menghinanya kalau dia tidak sepintar Sasuke. Ya, walau memang benar. "Mama akan membantumu menulis, oke?" tangan putih Sasuke menarik dua kertas dari atas piring beserta dua spidol. "Menma mau nulis apa?" tanyanya antusias. "Menma punya banyak harapan ma" jawabnya meraih spidol. "Apa itu?" Naruto bertanya. Anaknya menggumam lantas berpikir.

"Menma mau sepeda seperti milik Konohamaru, Menma mau punya ikan-ikan di kolam rumah, Menma mau jalan-jalan bersama mama dan papa, Menma mau makan ramen banyak-banyak, Menma juga mau boneka kumamon yan sangaaat besar" ucapnya panjang lebar. Sasuke dan Naruto yang mendengarkan hanya bengong. Itu bukan harapan sayang, itu seperti keinginanmu yang harus papa dan mama penuhi dengan segera. "Mmm ada yang lain?" Tanya Sasuke hendak menuliskan di kertas. "Menma juga mau cepat tumbuh besar!" Minato mendengar ucapan itu. "Aaaa tapi nanti cucu kakek ini akan cepat tua" komentarnya. "Seperti kakek?" timpal Menma dengan polos. Kushina tertawa mendengarnya. "Ya, kakekmu ini memang sudah tua ya sayang" ia merangkul pinggang Minato dengan sayang. Membuat Menma meringis. "Makanya dia menulis dan berharap untuk tetap awet muda" kelakar Kushina.

"Kalau aku ingin natal tahun depan aku yang memasang bintangnya" goda Sona.

"Aku ingin cepat dewasa lalu masuk ke SMA Gouran!" kata Akeno dengan mantap dan mendapat pelukan bangga dari ibunya.

"Kalau aku berharap akan benar-benar menjadi ilmuwan yang hebat, yang bisa menemukan pintu kemana saja" ucap Kirio sembari menunjukkan kertasnya, semua orang hanya tertawa melihatnya.

"Kalau baachan hanya ingin, keluarga kita selalu bersama" Mikoto menatap semuanya dengan kalem. "Kurasa milik Fuga-kun juga sama" ia memberitahukan kertas putih milik suaminya pada orang di sana.

"Aku ingin selalu berbahagia bersama keluargaku, dan semuanya sehat. Itu sangat cukup, bukan begitu Itachi-kun?" "Tentu saja sayang" Itachi lantas mengecup kening Ino dengan punuh rasa sayang, membuat suara ciye-ciyee langsung menggema di sana.

"Apa harapanmu Konan-chan?" Tanya Nagato membalik kertas milik Konan di samping serakan origami berbagai bentuk. "Suamiku selalu mencintaiku, dan anak-anakku bisa membuat semua orang bangga" ucap Nagato membaca milik Konan, ia meraih puncak kepala istrinya dan mengusap dengan penuh kasih.

"Aku ingin menikahi pria yang seperti pangeran, hidup bahagia lalu tamat" tandas Karin menunjukkan kertas pinknya dengan tanda hati di mana-mana. "Ahaha cepatlah menikah imouto!" seru Naruto menyindir adik perempuannya itu.

"Jadi, Naruto bagaimana dengan harapanmu?" Tanya Itachi memandang suami adik kesayangannya itu. "Mmm hehe tidak susah kok, aku hanya ingin melihat Menma tumbuh besar dengan Sasu-chan di sampingku" ucapnya tangguh, membuat Itachi, Ino dan Nagato tertawa penuh arti. 'Ah jawaban yang sangat dewasa nak' batin Minato menatap putra pertamanya itu. "Bagus sekali, tapi rasanya aku ingin Menma tetap menjadi si kecil yang manis dan imut" kata Mikoto mencubit ujung hidung mancung Menma –yang bentuknya sama persis seperti Sasuke. Tampak seperti melihat Sasuke kecil di tubuh Menma. "Menma tetap kyuut kok baachan" ia meniru gaya imut girlband korea yang pernah ia lihat di tv. Membuat semuanya gemas dengan tingkah polosnya. "Tentu-tentu, keponakan paman memang sangat kyuut kok" Itachi mengerling pada Menma dan bocah 5 tahun itu mengacungkan jempolnya begitu bangga dengan pujian tersebut.

"Kalau Sasuke-kun apa?" Tanya Karin begitu penasaran.

"Mmm… aku" mata Sasuke melirik kertas kosong di tangannya, dia bingung ingin berharap apa lagi. Semua harapan terbesar orang-orang disana sudah terwujud pada dirinya sekarang, ia merasa tidak kurang apapun. "Katakan ma, mama ingin apa?" Menma mencondongkan badannya untuk bisa menatap mata mamanya yang sama dengannya. "Ahaha, rasanya tidak ada" ucap Sasuke membuat Menma mendesah kecewa. "Masa tidak ada sih?" tanyanya lagi. "Papa, masa mama tidak punya harapan" Menma menunjuk mamanya. "Katakan apa saja Suke" ucap Naruto memandang Sasuke.

Mulut Sasuke rasanya gatal untuk mengatakan apa yang ingin ia katakana sejak lama sekali, tapi dia bisa menahannya selama ini bahkan pada Naruto dan Menma. "Hhh ini bukan harapan" ucapnya dengan mata menatap kertas miliknya. "Apa maksudmu?" tanya Itachi. Sasuke menatap keluarganya dengan cepat, jantungnya bertalu-talu dan menggempur tulang rusuknya bagai kipas pesawat, uhhh hiperbola sekali sih pikiranku, rutuk Sasuke. "Apa terjadi sesuatu sayang?" Mikoto berubah panik saat sisi keibuannya mencuat pada Sasuke yang telah berusia 29 tahun. Fugaku dan yang lainnya ikut tersentak saat mendengar pertanyaan Mikoto, siapa tahu Sasuke memang sakit atau semacamnya kan? "Suke, kau kenapa?" Naruto berubah ketakutan saat pemikiran jika istri tercintanya itu sakit. "Tidak, aku tidak apa-apa" jawab Sasuke mencoba mengalihkan suasana menegangkan, cukup dia yang tegang.

"Katakan ada apa?" "Mama? Mama kenapa?" Menma jadi ikut-ikutan merasakan keparnoan papanya saat ia dengan tidak sabar menanti jawaban dari Sasuke. "Mama? Mama tidak sakitkan?" Menma tiba-tiba mencengkram tangan mamanya yang dingin, raut panik dan takut tiba-tiba terpasang di wajah putih Menma. "Tidak apa-apa sayang, mama sehat kok" ia mengusap kepala Menma, Sasuke menunduk dan mengecup puncak kepala anaknya. Menma tanpa basa-basi lagi melompat ke pangkuan mamanya dengan kepala bersandar di leher mamanya yang hangat. "Ma, Menma takut ma" cicit anaknya. Suasana kenapa jadi sangat dramatis dan mencekam begini sih? Ucap hati kecil bungsu Uchiha. Seperti dia akan mengatakan jika dia sakit kanker darah stadium akhir dan akan segera mati dalam waktu kurang dalam sebulan. 'Hell fuck, mana mungkin aku mati tidak elit begitu' dengus Sasuke dalam hati ketika pikiran bodoh itu hinggap dalam fantasinya. Padahal inikan malam natal yang harusnya untuk suka cita, tertawa sambil memakan makaron manis, bernyanyi dan bermain, bukan untuk menangis. 'Oh mom, untuk apa kau menangis? Anakmu tidak akan mati sekarang!' teriak inner Sasuke ill feel ketika melihat ibunya menangis.

"Sasuke, sebenarnya ada apa? Kau membuat suasana menjadi begini" ucap Itachi tidak sabar. "Jangan buat kami resah Suke" ucap Kushina menatap menantunya itu. "Hhh akukan sudah bilang kalau aku baik-baik saja. For God's Sake mom, aku bukannya terkena leukemia!" ketus Sasuke ketika mendengar suara isakan ibunya mengeras. Bagaimanapun juga ia tidak tega melihat orang yang ia sayangi menangis. "Sukeeee~"suara serak datang dari sampingnya. DAN DEMI SEMUA VIDEO PORNO NARUTO! Untuk apa Naruto ikut-ikutan mewek!? "Dobe kau ini kenapa sih?!" sembur Sasuke. "Kau yang kenapa teme! Apa yang terjadi? Katakan!" Naruto membiarkan wajahnya begitu mengerikan terlihat Sasuke, ia ingin menggugah sisi tak tega dari Sasuke dengan wajah jelek memelasnya. Menma mengeratkan pelukannya pada mamanya, dan tanpa diketahui siapapun ia menangis. Ia hanya anak berumur 5 tahun yang tidak tahu apa-apa, dan akan sangat sedih jika sesuatu terjadi pada mamanya!

"Hhh… aku hamil" kata Sasuke.

.

.

"HAMILLLLL!?" "UWAAHHH!" "KYAAAA! KEPONAKAN BARUUU" "YEPIIIII!"

Suara teriakan-teriakan langsung merongrong telinga Sasuke. Suara teriakan Narutolah yang paling dia tangkap. Jauh di dalam lubuk hatinya dia ingin melihat dan mendengar reaksi pria itu ketika mengetahui jika dirinya hamil lagi. Dia tidak mau mengatakan bayi dalam kandungannya ini karena dia kebobolan. Tidak ada kebobolan dalam kamus Uchiha, semuanya murni terjadi karena pikiran logis, lagipula orang tua idiot mana yang tega menyebut darah dagingnya sendiri sebagai hasil kebobolan. "Otouto kau seriuskan!?" "Sasuke-kun selamat yaaa" "Sasuke-kun hamil lagiiii arrghhh!?" "Asyikkk aku akan punya keponakan baruuu yepii" "Ahh senang sekali rasanya" "Hn, syukurlah" "Sukee, kau tidak bohongkan sayang?" semua berondongan pertanyaan langsung menyambangi Sasuke yang hanya diam mendengarkan todongan tersebut. "Mama, mama serius ada adik bayi disini?" Menma tiba-tiba menyentuh perut mamanya yang terasa datar. Sasuke tersenyum pada anaknya. "Ya sayang" Menma tertawa bahagia mendengarnya. "Aku akan punya adik! Punya adiikk! AKU AKAN PUNYA ADIKKK!" Serunya menjerit di dalam ruangan.

"Sasuke, kau…" Sasuke ganti menatap suaminya yang sedari tadi masih tidak percaya dengan hal ini. "…kau benar-benar hamil?" suaranya menghilang di ujung oleh rasa haru. Sasuke mendengus. "Ya sudah kalau tidak mau mengakui" ucapnya. "Akukan tidak bilang begitu Sukee" ia merengek lagi. "Jadi, yang waktu itu jadi ya" ia bertanya sambil menerawang tentang malam-malam yang dia lewati dengan menjamah tubuh Sasuke. Dan demi apapun yang nikmat di dunia ini, hohohoo ternyata spermaku jadi lagi! Seru jiwa membara Naruto dengan pikiran mesumnya.

HUG

"Na-Naruto?" "Terima kasih sayang" bisik Naruto dengan mesra. Pipi Sasuke merona dengan cepat, lengannya membalas rengkuhan hangat suaminya. Naruto ikut memeluk tubuh kecil Menma yang masih berada di dada mamanya. Ia hanya terkikik senang dan tidak melepaskan elusannya pada perut mamanya yang terhalang kain. "Mama berapa lama lagi adik bayi keluar?" tanyanya polos, ia mendongak untuk menatap mama papanya. Lagi-lagi semua orang dibuat menahan napas oleh Sasuke. "Masih lama sayang, mungkin Juli tahun depan" ucapnya dengan lembut, ia mengecup pipi Menma. "Jadi sudah dua bulan ini kau menyembunyikan semua ini?" Itachi menuding adiknya. "Ah, Sukee, kaachan senang sekali" Kushina menyeka air mata bahagia dari sudut matanya dengan kemeja Minato.

Diam-diam, Fugaku tersenyum dan dalam hati innernya sedang berenang di lautan penuh bunga lantas menggelepar sembari berteriak CUCU KEEMPAT YEAHHH!

Karin tampak frustrasi lagi. Hhhh selamat datang tujuh bulan yang menyiksa batin.

Sedangkan anak-anak yang lain tampak begitu bahagia untuk menyambut calon keluarga Uzumaki-Uchiha yang baru. Tak tanggung-tanggung, Yuuto kini pun ikut terbangun! Membuat ucapan selamat terus mengalir dari Konan dan Ino. Membuat rona kemerahan di kedua pipi kenyal Sasuke tetap bertahan. Naruto mengecup pelipisnya dengan sayang, mereka saling menatap. Tanpa memikirkan tempat, situasi dan anak-anak di tempat itu, Naruto mencium bibir Sasuke. Meski bukan lumatan seperti biasanya, tapi nyaris membuat Sasuke kehilangan kesadarannya. Mukanya sudah tidak bisa ia bayangkan lagi bagaimana rasa malu itu menyelimuti sekujur tubuhnya. "Aku mencintaimu Suke" bisik Naruto tulus. "Hn, aku juga. Idiot" balasnya dengan umpatan kecil. Naruto terkekeh, umpatan dari Sasuke adalah bukti rasa sayang pria itu padanya, jadi dia dengan senang hati menerimanya.

"YOSH! Menma-chan, ayo pasang bintangnya!" Naruto menatap puncak pohon natal yang belum terpasangi bintang putih. "YEYYYY!" Menma langsung melompat turun dan papanya dengan sigap menggendongnya menuju natal, anak-anak mengikuti mereka dengan suara riuh dan kertas-kertas harapan serta origami yang dibuat bibi Konan. Menma sangat bahagia malam ini. Ini adalah malam natal palliiinngg manis, semanis mamanya. "Hihihi… papa, aku sayang papa dan mama, aku senang akan punya adik" kata Menma pada papanya yang tengah menggendongnya, Menma menunda memasang bintang tersebut untuk mengutarakan ucapannya tersebut. "Harapan Menma adalah, mama dan papa tetap menyayangiku dan adik nanti, sampai kapanpun" kecupan lembut mendarat di pipi kiri Naruto. Menma puas setelah mengutarakan apa yang paling ia harapkan, kali ini dia tidak berharap untuk memiliki sepeda seperti Konohamaru, ikan-ikan, ramen ataupun kumamon favoritnya. Satu-satunya yang Menma inginkan adalah ia dan keluarganya bahagia dan selalu bersama. "Papa dan mama selalu menyayangimu nak" bisik Naruto saat Menma menjulurkan tangannya untuk meletakkan bintang di puncak pohon.

Malam natal tahun, begitu berarti bagi keluarga Uzumaki dan Uchiha, terlebih untuk Naruto dan Sasuke. Kedua orang itu mampu menyenangkan orang lain, akan segera mewujudkan keinginan Menma untuk memilik adik, Sasuke merasa begitu istimewa ketika banyak orang yang bahagia dengan kabar tersebut. Malam ini, Menma menempel erat padanya tidak mau jauh-jauh dari dia. 'Menma mau melindungi mama dan adik bayi' katanya saat ditanya kedua neneknya. Sasuke tersenyum menatap Menma yang tertidur pulas dalam pelukannya. Mata hitamnya menatap jalanan yang ramai dengan pernak-pernik khas natal, suara ramai menggema dimana-mana, termasuk di dalam hati Sasuke. "Ini adalah kado natal yang sangat istimewa Suke" Naruto berbicara. "Hn, tentu" jawabnya dengan suara kecil. Kepala Naruto menoleh untuk menatap Sasuke di jok samping. Kepala dengan rambut hitam itu terkulai bersama dengan buah hatinya.

Dua malaikat pelengkap hidup Naruto. Ia melirik perut Sasuke. "Papa akan merawat kalian" ia mengusap kepala Menma dengan perlahan. Mata birunya yang menyorot hangat bersamaan dengan lampu jalan berpendar teduh memandangi sosok Sasuke yang begitu luar biasa, sosok yang akan dia lindungi kapanpun dan dimanapun, akan ia sayangi segenap jiwa raganya. "Terima kasih Sasuke, kau adalah kado seumur hidupku" bisik Naruto lalu mengecup bibir Sasuke.

Mobil itu pun kembali melaju menuju rumah mereka, menuju peraduan hidup mereka yang sempurna di natal tahun ini. Merry Christmas My Lasting Gift.

END.

Huwahhh ini oneshoot pertama Jell ^^ gomen kalau nggak memuaskan yah, ini sebenernya fic buat natal kemarin tapi baru aku post sekarang dan jujur kebut dari jam 6 sore sampai jam stengah 10 *tu gak ngebut thorr!*, maaf yah hehe merry Christmas buat yg merayakan :***

Mind to review? Arigatouuuu 3