This is my first fanfiction. PLEASE REVIEW!

Disclaimer: I DON'T OWN VOCALOID. ONLY MY OCs

Shinjuku,Tokyo

Hallo, namaku Mirai. Kagane Mirai,siswi kelas 1 SMA di SMA Kaorigaoka. Ulang tahunku tanggal 15 Maret. Hobbyku menulis diari di HP. Aku benci orang-orang di sekitarku yang mengkritik hobbyku ini. Apa ada yang salah dengan hobbyku ini? Mereka "phone-freak" atau "sic ewe HP"

….

Mereka dengan seenaknya mengkritik hobby orang…

Benar-benar menyebalkan…

Mungkin,mereka cuma kesal padaku, karena aku punya segalanya yang mereka inginkan. Nilai-nilaiku yang sempurna, kemampuan atletikku, kejeniusan ku dalam bidang music dan seni,semua itu. Padahal aku sudah bosan dengan semua ini…

Grrr!

Mereka juga tidak tahu betapa kesalnya diriku! Semua orang berharap teralu banyak dariku! Aku benci semua ini! Mereka menganggap kalau aku melakukan semuanya dengan mudah… Mereka mengatakan semuanya itu dengan mudah tanpa tahu bahwa aku bekerja keras untuk mendapatkan semuanya!

Aku juga benci pada orang tuaku. What the heck. Mereka work-a-holic. Melemparkan semua tanggung jawab mereka padaku! Mereka memilih pekerjaan mereka daripada mengurus keluarga ini!

Grrr!

Aku ingin mengakhiri semua kebosanan ini!

####################################################################################

"Tenang sebelum badai"

Kau boleh memanggilku aneh. Dan aku tahu itu. Tapi aku berharap bahwa suatu saat badai akan menghilangkan semua kebosanan yang ku dapat di hari-hariku yang tenang ini. Apa kalian kenal kalimat," Nothing is perfect."? Kalimat itu benar. Untukku yang terlalu sempurna di mata orang lain. Aku punya sesuatu yang hilang. Bagian yang hilang. Semua yang mereka lihat hanyalah kebosanan untukku.

Jumat,3 maret 2012

Jam sekolah yang menunjukkan pukul 15.00,bel tanda kelas berakhir berbunyi.

"Baik anak-anak. Saya rasa sekian pelajaran kali ini. Nikmati liburan golden week kalian. Ah, hampir saja lupa. Jangan lupa kumpulkan angket masa depan kalian minggu depan." Ujar Sakine-sensei, wali kelas kelas 1-2, sambil menunjukkan angket yang dimakudnya.

"Berdiri. Beri hormat." ketua kelas pun memberi hormat di ikuti oleh semua murid di kelas.

Setelah Sakine-sensei meninggalkan kelas, murid-murid langsung bubar. Yah, bukan semuanya sih.. Ada yang berkumpul dan mengobrol. Tapi aku tidak peduli. Tentu saja itu karena yang mereka bicarakan hal-hal tidak penting dan membosankan. Tentang cinta-cintaan,drama yang mereka tonton, idol yang sedang populer. Benar-benar membuatku kesal.

bukk. Ada yang menepuk bahu ku. Karena reflek, aku langsung menengok ke hadapan "si" penepuk itu.

"Yo! Mirai-chan! Apa kamu ada acara di golden week? Kalau tidak ada, apa kamu mau ikut kami belajar sambil menginap di villa-ku?",Tanya Hatsune Miku sambil menunjuk teman-temannya yang sedang berkumpul di ujung kelas.

"Urm.. Terima kasih atas tawaran kalian.. Tapi sepertinya aku sibuk soalnya aku harus mengurus rumah dan menjaga adik-adikku." dan aku tidak mau dan tidak akan suka berurusan dan bergaulan dengan kalian.

"Eh? Sayang sekali… Padahal kalau Mirai-chan ikut.. Pasti seru..", sekilas aku membaca sedikit emosinya yang mengatakan "sial.". Tapi aku tidak bodoh. Aku di panggil "the mind reader" bukan untuk sekedar julukan saja. Dan juga.. Benar, seru untuk kalian karena kalau aku ikut.. Pada akhirnya, kalian akan meminta tolong ini itu padaku. Benar-benar mengganggu,pengganggu.

"Ah.. Sepertinya sudah waktunya.. Permisi, aku pulang yah. Bye.",kataku sambil meninggalkan mejaku dan mengangkat tanganku tanpa melihat mereka. Kalau aku menunjukkan mukaku, pasti mereka sudah melihat muka ku yang penuh tanda kebencian. Aura gelapku keluar. Benar-benar keluar. Rasanya aku bisa membunuh siapapun dan kapanpun saat ini. Aku benci "mereka".

Sebenarnya bukan berarti aku tidak punya teman. Aku punya teman-teman yang mengerti sifatku ini. Kagamine Rin, Len, Kaai Yuki, Utatane Piko, Yowane Haku, dan yang lain.

Rin-chan sedang berbicara dengan Len-kun di luar gerbang sekolah. Tampaknya mereka sedang menungguku. Akupun berlari ke arah Rin-chan.

"RIIN-CHAAN!" ,teriakku. Rin dan Len adalah teman sejak kecilku. Aku hanya memanggil teman-temanku dengan "-chan" dan "-kun". Kalau berbicara dengan orang lain, aku hanya memanggil nama mereka saja, bahkan sering lupa menyebutkan nama karena aku tidak suka tentunya.

"Mii-chan! erm.. kamu lagi-lagi kamu menolak ajakan mereka lagi,ya?"

Aku tersenyum. Aku tidak perlu menjawab. Rin sudah tahu apa jawaban dari pertanyaan yang dia tanyakan. Rin sudah mengerti pada salah satu prinsipku yang tidak mau berurusan dan ikut campur dengan "mereka".

"Fuuh.." Rin-chan menghela nafas. "Coba kau lebih terbuka pada orang lain.."

Ya,ya. Aku tidak mau. Aku benci dan tidak sudi untuk lebih terbuka pada "mereka".

"Urgh..",rintih kesakitan seseorang.

"Ano… Mirai-san?.." bisik Len-kun. Dari suaranya, aku tahu bahwa dia menahan rasa sakitnya.

Aku baru sadar. Kakiku menginjak kaki Len-kun dan tampaknya aku menginjaknya dengan tenaga gelapku karena aku sedang membiucarakan tentang "mereka".

"EEE? MAAF LEN-KUN!", teriakku sambil membungkukkan badan tanda meminta maaf. Aku juga melepas kakiku yang menginjak kakinya.

"Mii-chan tidak salah.. Angkat kepalamu, Mii-chan." tentu saja aku mengangkat kepalaku. Rin memberi tatapan dingin ke Len-kun..

"Len, kenapa kau masih ada di sini? Kamu tahu? Kami sedang berbicara. P-E-R-G-I.", perintah Rin .

Len-kun yang malang hanya mengangguk lemas. Betapa malangnya nasibmu Len-kun karena terlahir bersamaan dengan Rin-chan, dan ditambah lagi sebagai adik kembarnya.. Disuruh-suruh, bersih-bersih,memasak, belanja.. Semuanya pekerjaan Len-kun yang bagaikan seorang pelayan yang selalu menuruti perintah ratu-nya yang hanya bermalas-malasan di rumah.

Hmph.. Lucunya Kagamine bersaudara ini.. Kalau melihat mereka, aku jadi ingat Rui dan Rei. Meskipun mereka berbeda total. Kembar Kagamine memiliki rambut pirang dan bermata biru laut, sedangkan adik-adikku, Rui dan Rei berambut hitam dan bermata kuning. Kalau aku berambut hitam panjang tergerai sampai punggungku dan bermata hijau. Dulu, sewaktu kecil "kami, maksudku aku, Rin,Len,Rui dan Rei, sering bermain kerajaan. Rin menjadi ratu, aku dan Len menjadi pelayan , dan Rui dan Rei menjadi putri dan pangeran. Semuanya terasa menyenagkan dulu.. Tapi semua hal berubah karena waktu.

"Rin-chan… Aku pikir Len-kun tidak perlu kau usir.. Rumah kita bersebrangan bukan? Dan lagi bukannya katamu, "semakin ramai semakin seru."?" Bujukku ke Rin-chan. Hahaha. Rin tertusuk oleh kalimat yang dia ucapkan sendiri. Rin-chan yang kaget karena seranganku langsung cemberut. Haha. Lucunya,Rin-chan.. Pita yang ia pakai memelas.

"Huh! Ini karena Mii-chan,ya? Kalau bukan Mii-chan.. Sudah ku lindas kau dengan road roller ku. Jangan pergi duluan! Mari pulang bareng!" Kukukuku.. Rin-chan sepertinya senang mesipun dia baru saja berkata kasar. Dia merangkul tanganku dan Len-kun. Mungkin dia tadi mengusir Len-kun hanya karena ingin pulang bersamaku karena sudah lama tidak pulang bersama denganku karena belakangan ini banyak tawaran untuk ikut membantukan mempromosikan klub-klub dan aku, yang hampir bisa di semua klub menjadi promoternya… Aku tersenyum. Mungkin tidak semua hal nya membosankan. Teman-temanku selalu punya cara untuk membuatku tersenyum.

Len-kun tampaknya hanya pasrah. Len-kun.. Dulu dia memanggilku dengan "Mii-chan" tapi dia sekarang memanggilku dengan "Mirai-san".

-Semuanya telah berubah dan aku merasa tertinggal di belakang..Sendiri. Hanya sendirian di antara keramaian. Hanya aku saja yang tidak berubah. Bahkan aku sendiri tahu bahwa kalau seperti ini terus.. Suatu saat, semuanya akan hancur dan pada saat itu juga tragedi akan terjadi. –

###################################################################################

Kamis, 10 Maret 2011

Jam masih menunjukkan pukul 7.00. Hari masih pagi. Tapi, Rui dan Rei sudah bangun. Mama dan Papa sudah bersiap-siap untuk pergi kerja.

".. Ayo kita pergi bersama ke Odaiba." Pinta Rui dan Rei. Aku tahu apa jawaban mereka. Workaholic stadium 4.

"Papa dan Mama sibuk. Rei,Rui.. Bagaimana kalau kalian pergi bersama Mirai?" jawab mama. Benar,bukan? Mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka daripada permohonan kecil anak mereka yang hanya ingin berkumpul bersama dengan aku melihat di raut wajah adik-adikku terpintas rasa kekecewaan.

"Baik, mama." Jawab Rei, sedangkan Rui hanya diam. Mama menghampiriku dan memberikanku sebuah kartu ATM dan sejumlah uang.

"Mama akan memesankan kamar di hotel kenalan mama. Apa Rin dan Len mau ikut?"

Aku mengirim e-mail ke Rin dan langsung dibalas kilat oleh Rin dengan,"Aku dan Len ikut!". Aku memberi anggukan tanda "ya" ke mama.

"Baiklah kalau begitu. Nanti mama kirimkan lewat e-mail alamat hotelnya."

"Baik, mama. Selamat jalan." Mereka pun menutup pintu dan pergi bekerja.

"Ayo Rui, Rei.. Mari siapkan baju dan barang-barang yang kita butuhkan. Jangan sampai ada barang yang kelupaan untuk di bawa."

"Baik. Nee-chan."

Setengah jam kemudian,

Kita semua sudah siap, Rin-chan dan Len-kun pun juga sudah siap. Mereka sudah ada di rumahku. Yah.. Rumahnya cuma bersebrangan denganku. Setelah mereka selesai bersiap-siap, mereka datang ke rumahku.

Pip. Ada 1 e-mail. Dari mama. Isinya alamat hotel yang dia pesankan kamarnya. Hotel Nikko Tokyo. Aku yang sudah merasa semuanya telah siap memberi tanda "mari berangkat" ke semuanya.

Kami menaiki kereta shinsaken JR Yamanote dan dalam waktu 25 menit kita sudah sampai di Odaiba,pulau buatan yang terletak di Teluk Tokyo.

###############################################################################

-Kemanakah kereta ini akan membawaku? Apa aku akan dibawa ke dunia lain dimana semua rasa hampa ini tidak ada?-

yosh! please review! love for all reviews!