Halo~ lama tak berjumpa~

Mengerjain nih fic lama juga ya... pdhl br chatper 1 doank... moodnya naik turun mulu sih...

Anyway... ini fic terbentuk karena... siapa lagi kalo bukan karena 'PASANGAN' mesra di TL twitter gw, yang bemesraan dr pagi, sore, malem... mesra sekali... btw, kemaren" ini mereka baru ketem-*dibekep kedua pasangan*

Anyway... ini fic idenya di ambil dr... um... sedikit real life[depannya doank] + imajinasi gw yg gw biarin lepas, kalo agak" kacau alurnya... maklum... namanya juga plot bunnies di biarin kluar dr kandang... [ngerti?]

Anyway... [ketularan kata" guru inggris gw yg baru] mulai aja deh...

Disclaimer: KHR is not mine! I repeat! KHR is not MINE!

Pairing: GioSiel~ [lg terfokus ke nih pairing mulu]

Rate: T... bisa naik kalo gw niat...

Warning: MAJOR OOC, AU, YAOI, yang lain menunggu chapter depan.

Details: Bel ama Rasiel tukeran... jadi Bel jadi kakak n Rasiel jd Ade [Kenapa? Soalnya Rasiel lbh ukeish dr pada Bel! *dilemparin piso*]. Bel n Rasiel bukan kembar... cmn mirip bgt aja... tampang Bel di sini itu kaya yg ver. TYL ya...

Umur: Rasiel: 16, Giotto: 21, Belphegore: 20, Fran: 19...

Hell-o Chatting

"Hell-o" talking

'Hell-o' thinking

Enjoy~

...The Begining...

Clamprimo:

Hi

PrinceSil:

Kau lama sekali! =3=

Clamprimo:

ah… maaf. Tadi rapatnya lumayan lama juga rupanya.

PrinceSil:

sudahlah….

Ngomong – ngomong…. Kau jadi balik ke Italy kan?

Clamprimo:

hm…

Menurut plannerku sih, aku akan tiba di sana 5 hari lagi. Kenapa? Sudah tak sabar untuk bertemu huh?

PrinceSil:

yah… begitulah… habis aku penasaran juga sih… sudah lama kita ngobrol seperti ini tapi masih belum juga bertemu langsung…

Clamprimo:

bwt…

Happy anniv ya… *kissu*

PrinceSil:

Ah! Makasih! Happy anniv juga… *kissu back*

Blalalalalalalalabla... [gw males nulis mereka ngobrol apa... kalo mau... stalk twitternya aja langsung! Kadang... *coret*sering*coret* bermesraan lagian...]

Clamprimo:

Hoam… aku tidur dulu ya! Besok masih ada tumpukan kertas yang harusku kerjakan sebelum aku ke Italy.

PrinceSil:

Aku juga mau latihan dengan Olgert.

Clamprimo:

Oh, butlermu ya? Ya, sudah. Buon notte, Siel. *mencium keningmu*

PrinceSil:

*muka memerah* a-ah… Buon notte, Gio-chan.

-Clamprimo signout-

Seorang remaja berumuran sekitar 16 tahun menghela nafas panjang sambil memandangi layar laptop miliknya. Sudah lama ia berteman bahkan berpacaran secara jarak jauh dengan seseorang yang ia kenal dari internet. Meski mereka belum pernah bertemu secara online, melihat muka masing – masing sih pernah melalui webcam, entah kenapa keduanya memiliki feeling spesial terhadap yang satunya. Akhirnya setelah lama berhubungan jarak jauh, mereka pun sepakat untuk bertemu di sebuah cafe di Italy. Sehela nafas pun kembali ia keluarkan. Ia tak bisa sabar lagi menunggu dihari dimana ia akan bertemu dengan 'kekasihnya' itu.

Sebuah ketukan halus pun bergema keseluruh sudut kamar si remaja berponi panjang itu. Mempersilakan si pengetuk pintunya masuk, ia menutup layar chat di laptopnya. Pintu kayu itu pun terbuka sedikit memperlihatkan sebagian tubuh dari seseorang berkulit cukup gelap mengenakan seragam Butler.

"Sil-sama, kehadiran anda di harapkan oleh Bel-sama segerah," ucap si butler dengan nada hormat dan sopan.

"Mau apa lagi si baka-aniki itu?" tanya si pemilik kamar.

"Saya tidak tahu, Sil-sama," jawab si butler.

"Sudahlah, Olgert, bilang pada aniki aku akan segerah ke sana," jawab si bocah berponi kesal.

"Saya permisi, Sil-sama" dengan itu, sang butler pun meniggalkan ruangan tuannya.

Dengan perasaan berat hati, remaja yang dari di panggil 'Sil-sama' pun mulai mebereskan meja dan perlengkapan laptopnya.

Setelah puas dengan keadaan mejanya, ia pun melajukan kakinya keluar dari kamarnya menuju ruang tamu dimana sang kakak sudah menunggunya.

"Kau lama sekali, baka-outoto," sebuah pisau ukiran pun melintas hampir mengenai pipi sebelah kiri si remaja pirang berponi panjang ketika ia baru saja akan menuruni anak – anak tangga rumahnya menuju ruang tamu. Seorang pemuda berumuran sekitar 20 tahunan sedang duduk di sebuah sofa panjang berwarna merah darah dan di dampingi seorang pemuda yang lebih muda darinya berambut hijau pucat.

"Ah... Fran-nii juga ada d sini rupanya... konichiwa ne..." sapa Rasiel dengan seulas senyuman terukir di wajahnya yang setengah tertutup dengan poninya.

"Konichiwa, Rasiel-kun," balas Fran dengan nada monotonnya dan ekspresi yang tak pernah berubah [kecuali saat ehmm]. Sebuah pisau pun kembali melesat menuju kepala si pemuda pirang tapi kali ini, sebilah pisau itu pun ditangkap oleh si target.

"Penyambutan yang hangat, ya kakakku yang jelek," ucap si adik dengan nada mengejek.

"Ushishi... siapa suruh kau mengabaikanku," jawab sang kakak sambil menyengir lebar.

"Lagi pula, buat apa kau memanggilku ke sini?" Tanya sang adik dengan nada ketus.

"Cuman mau menanyakan hasil dari latihanmu saja. Pergerakan Vongola makin lama makin ganas saja. kau tidak mau terbunuh bukan? Adikku yang manis?" jawab Belphegore sambil dengan nada sedikit mengejek di bagian akhir. Kesal dengan ejekan kakaknya, Rasiel langsung saja melempar pisaunya kearah tiara kesayangan kakaknya yang bertengger asal si rambutnya. Tanpa sempat menghidar, tiara kesayanganya pun terjatuh ke atas lantai marmer yang dilapaisi dengan karpet merah.

"Usheshesheshe~ Itu cukup untuk membuktikannya, Kakakku sayang?" balas Rasiel dengan nada yang sama.

"Ushishishi~ lumayan juga untuk ukuran bocah sepertimu," sebuah pisau pun melesat melewati pinggir rambut Bel yang berantakan.

"Aku bukan bocah, Baka-aniki. Umurku sudah 16, atau kau menderita sedikit amnesia dan lupa dengan umurku, Ushesheshe~"

"Tidak peduli berapa umurmu, kau tetap saja seorang bocah di mataku, baka-outoto"

"Apa kau bilang?" dengan kesalnya, Rasiel langsung mengeluarkan beberapa bilah pisau entah dari mana begitu dengan kakaknya.

"Sudah berani melawan ya? Rupanya adikku ini butuh diberi pelajaran," ucap Bel yang siap dengan pisau – pisau di tanganya.

"Wah, wah, bentar lagi kita perlu mengganti beberapa perabotan lagi rupanya," ucap pemuda berambut hijau pucat lagi – lagi mengunakan nada monotone dan mimik wajah yang sama, tak berubah.

"Diam kau Kodok/Fran-nii" seru sang kakak-adik itu secara bersamaan.

"Iya, iya, aku diam saja dan menonton kalian dari balik sofa," ucap Fran sambil berjalan menuju Sofa merah darah, guna untuk berlindung dari peperangan antar saudara berponi panjang itu. Peperangan seperti itu sering sekali terjadi di ruang ini. Yup ruangan yang sama. Jadi jangan salahkan kalau perabotan di ruangan ini sering sekali berganti. Berhubung kedua keluarga mereka merupakan keluarga yang kaya raya, bukanlah masalah bagi mereka untuk mengonta – ganti perabotan di ruangan tersebut.

Sebelum mereka memulai pertarungan saling lempar – melempar pisau, sebuah suara menghentikan aktifitas mereka.

"Permisi, Bel-sama," ucap seseorang mengenakan seragam butler.

"Ada apa, Olgert?" tanya Bel menghentikan rencananya untuk melempar sebilah pisau ke arah adik 'tercinta'nya.

"Xanxus-sama tadi menghubungi anda dan meminta anda segerah menuju Varia HQ segerah," jawab Olgert dengan nada yang benar – benar sopan.

"Baiklah, siapkan mobilnya sekarang," ucap si tuan muda sambil menghela nafas. "Sepertinya aku ada urusan, ya bocah. Kita lanjutkan kapan – kapan saja, baka-outoto," ucap Bel lagi dengan nada yang mengejek. "Ayo, Fran! Si boss sudah menuggu kita," seru Bel sambil setengah menyeret 'partner'ny itu.

"Hei! Aku bukan bocah baka-aniki!"

"Teserahlah, bocah!"

Sepeninggalan sang kakak, seisi ruangan langsunglah menjadi sunyi senyap bagaikan kota yang terlantar. Rasiel hanya dapat menghela nafas, merasa terbiasa dengan keadaan yang sering mendadak berubah 180˚ seperti itu. Berjalan menaiki tangga rumahnya, ia pun kembali kedalam kamarnya.

Seorang bocah remaja sedang duduk di salah satu meja di dalam cafe yang sedikit ramai dengan pengunjungnya. Sekekali ia mencek jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kirinya.

'Dimana sih dia...' pikirnya dalam hati.

Sudah sekitar setengah jam ia menunggu di tempat tersebut, tetapi orang ia tunggu – tunggu pun tak kunjung datang. Minuman yang sudah dari tadi ia pesan pun hampir saja habis.

'Dia memang senang sekali membuat orang menunggu!' omelnya dalam hati sambil kembali meminum minumannya. Tanpa ia sadari, seorang pemuda berambut pirang menhampirnya dari belakang.

"Rasiel?" sebuah suara pun mengagetkan si remaja pirang itu.

"Kau?"

TBC

Sip! Cut ampe sini dulu... senangnya membuat orang jad penasaran~ /shot

Anyway.. [tuh kan beneran ketularan guru Inggris gw] gw ga bakal lanjutin nih crita kalo ga ada yg review oke? Jd review ya~

Dengan adanya nih crita, gw ngeapus salah 1 crita yg bener" terlantar... yg judulnya "Broken White" mungkin banyak yg g baca tuh fic *mojok* jd gw apus aja untuk sementara, lgan idenya tuh fic entah kemana...

So... Review please?

Ciao~