Hello~

Gila udah lamaaaa banget nggak nongol-nongol nih! saya sendiri juga nggak nyangka bisa sempet bikin fanfic lagi. dengan fanfic ini semoga lebih bisa diterima teman-teman ya? ya? ya? ya*plak!

oke-oke, sebelumnya cerita ini pokoknya Ichigo bukan manusia. dia roh yang memang udah ada di Soul Society. pokoknya initnya ginilah, ini semua imajinasi-imajinasi sesuka kepala saya. jadi harap maklum! :D oh ya, rmabut Rukia anggep aja panjang, tapi mau di gimanain aja Rukia pokoknya tetap yang paling cantik setuju? :p Ini cerita baru permulaan banget, kalau ada respon positif Insyallah bakal saya lanjutin. oke :D

Yosh! sudah cukup pidato saya, maaf jika masih banyak tpo dan yang lainya. jangan lupa RnR ya? :D


Angin berhembus kencang, menerbangkan berhelai-helai daun yang sekarang sudah berubah wana menjadi kuning atau orange. Seseorang menapakan kakinya di antara tumpukan daun yang berguguran, dia melihat daun-daun itu. Dasar, memangnya tidak ada tukang sapu disini? runtuknya dalam hati. "Rukia~!". Seseorang menerjangnya keras sampai mereka berdua terjatuh. Rukia terbatuk-batuk begitu merasakan dedaunan masuk ke mulutnya. Ah! Bagaimana bisa dia terjatuh di depan tempat pertemuan para wakil kapten? Bagimana kalau ada yang melihat–––

"Waa! Kuchiki dan Ren-kun terjatuh! Haha, lihat lihat!" seseorang meneriaki mereka. Rukia mendongak, Yachiru sedang memberi isyarat pada orang-orang di dalam untuk menengok keluar jendela. Detik berikutnya, hampir semua wakil kapten menertawai mereka berdua. Daun sialan.

"Brengsek, kau Renji!" umpat Rukia sekerasnya sambil menonjok hidung orang yang menubruknya dan menyebabkan dirinya sendiri bahan tertawaan.

Rukia mengabaikan Renji selama dia memasuki tempat pertemuan. Ternyata hanya mereka berdua yang di tunggu di sana. "Yeiiii~ Kuchiki-san dan Ren-kun sudah datang, ayo kita mulai rapatnya~!" teriak Yachiru berbahagia, sebegitu ditunggunyakah Rukia kali ini? Hehe.

"Sebenarnya untuk apa rapat di akhir pekan seperti ini?" tanya Kira sembari menguap. Kelihatan sekali dia berusaha kuat untuk bagun hari ini.

Renji menempuk-nepukan kursi di sebelahnya sambil tersenyum lebar. Mengharapkan kata maafnya bisa diterima Rukia dan duduk di sampingnya. Rukia mendengus, tapi toh dia akan duduk di sana juga karena hanya kursi itu yang kosong. Dasar bodoh.

"Yup! Kita akan senang lhooo~" jawab Yachiru riang gembira.

Semua orang mengangkat alisnya heran, "Apa maksudnya 'kita kan senang lhooo'? apa itu sebuah tantangan dari Zaraki-taichou lagi untuk mengalahkanya dalam 5 menit? Kau tahu nagaimana keadaan tulang rusukku setelah itu, itu tidak akan berhasil," kata Hisagi lanntag. Rukia tertawa kecil, bisa diingat setiap pengumuman dari Youichi tentang Kenpanchi, akan memakan korban.

"Tidak tidak tidak Hi-kun! Kali ini aku dapat berita besar dari Ukitake-kun!"

"Darimana kau mendengar berita besar itu?"

"Dari balik rambut Ken-chan."

Semua terdiam, jika itu dari balik rambut landak Kenpanchi, Rukia ragu untuk mendengarkan hal ini lebih lama. Karena itu berarti hal besar yang didengarnya belumlah pasti. Hal itu masih di gosipkan. Rukia mulai menyesal bangun pagi hanya untuk mendengar berita besar dari balik rambut. Renji malah tampak antusias, dasar tukang gosip dia.

"Huhhh, baik. Dengarkan saja perkataanya, oke?" kata Hisagi lagi, menghela napas.

"Nah nah nah! Akan ada festival beeeesar!" kata Yachiru luar biasa berseri-seri. Rukia tidak keget, paling festival berpedang.

"Sebesar apakah festival itu?" tanya Hinamori, sepertinya sifat polosnya membuatnya agak menyerupai Yachiru. Menganggap semua festival adalah kesenangan.

"Sebesar para roh luar Society yang akan ikut!"

Nah, itu baru aneh dan menarik. "Apa maksudmu?" tanya Rangiku mulai mengikuti arah pembicaraan ini. Rukia mulai mendengarkan kalau-kalau ada hal yang benar-benar bisa dianggap menyenangkan.

"Festival pensucian roh terbesar! Kau tidak tahu? Itu terjadi 1300 tahun sekali!" kata Yachiru riang, hingga orang tak akan percaya anak sekecil itu mempunyai wawasan yang terlalu banyak untuk di ketahui.

Hening. Sampai Nanao membuka mulut berkata "Ahhh~". Semua orang menoleh padanya, "Kalian tidak tahu? Kalian tidak pernah mendengar pidato pertama kapten kalian saat kalian pertama kali masuk divisi?"

Gelak tawa memenuhi ruangan, Rukia sampai melupakan masalah ditubruknya Renji tadi karena pikiranya terlalu di penuhi hal yang lucu begitu mendengar perkataan Nanao. "Aku lebih memilih mendengar dengkuranku sendiri saat Kuchiki-taichou menguliahi divisiku, kau tidak akan pernah tahan dengan karisma suaranya itu," kata Renji disambut suara tawa dari yang lainya. "Kayak tidak ada kerjaan lain saja," komentar Hisagi.

"Aku bertaruh kau mendengarkan pidato Ukitake-taichou, hm Kuchiki-chan?" Rangiku menyodok perutnya pelan. Rukia tertawa, dia memang mendengarkan segala yang diucapkan Ukitake saat pertama kali masuk divisi, tapi yahh itu 'kan hanya. Hanya mendengarkan saja. Dan sama sekali tak memasukanya dalam otak. Terlalu banyak, soalnya.

"Ehm! Aku tidak peduli kalian pada mendengarkan atau tidak. Pokoknya, festival itu memang harus diadakan. Itu bukan festival kelas teri menurutku, karena itu melibatkan seluruh penghuni dunia roh–––"

"Aku tidak ingin minum sake dengan menos, kumohon." Renji membuat dirinya harus dijitak Rukia supaya diam dulu, walau sebenarnya Rukia juga tertawa. Dia juga tidak menginginkan harus berbagi makanan dengan hollow.

"Roh yang baik, maksudku. Yah, rakyat biasa akan masuk ke Seireitei malam itu. Tepat tengah malam, Orang berkekuatan Spiritual terbesar akan memanggil Dewa untuk mensucikan seluruh dosa para roh selama mereka ada disini. Hal itu akan membuat salju turun setelah kembang api. Bagaimana? Lumayan keren 'kan?" tanya Nanao penuh antusiasme. Hampir semua mengangguk, kecuali Kira yang ternyata sudah tertidur dari tadi.

"Itu kereeeeeeeeeen sekali~ Ah! Divisi 0 juga akan turun? Mereka ikut? Mereka ikut?" teriak Yachiru luar biasa senang sampai dia melompat-lompati kepala licin Ikkaku.

"Kuharap tidak, aku tidak tahan melihat wajah mereka itu lho!" kata Hisagi buru-buru. Renji tertawa, dia mempraktekkan wajah orang yang paling gemuk di antara divisi itu, dan harus diakui akan membuat orang ingin menonjoknya. Hisagi terbahak sambil memukul kepala Renji.

"Sayangnya mereka akan ikut, mereka salah satu orang penting bagi festival macam ini 'kan?"

"Okelah menurutku, tapi apa kau gila? Membiarkan para roh biasa itu masuk Seireitei? Aku tidak ingin mereka merampok atau mengadakan kudeta pada para shinigami, itu akan sangat merepotkan." Ikakku melemparkan komentar paling bermutu selama dia menjadi shinigami.

"Itu tergantung kita, penjagaan Soul Society akan ditingkatkan sampai level paling atas. Tapi percayalah, katanya tidak pernah ada masalah selama festival itu berlangsung dari tahun ke tahun. Toh juga para roh biasa itu tidak akan sehebat kita 'kan? Mereka paling-paling hanya membuat keisengan. Mereka terlalu lemah."

Ah, tidak juga. Rukia dulu juga dari jalanan. Dari kaum yang tak diinginkan, yang tak dihargai kemampuanya sebesar apapun reiatsu yang berhasil mereka buat. Kalau bukan diri sendiri yang mendorong untuk maju selangkah, dia akan tetap sama keadaanya dengan para roh biasa yang mereka rendahkan. Apalagi kalau tidak direkrut Byakuya, manabisa sekarang dia duduk santai sambil membicarakn para roh yang nasibnya sama denganya dulu.

"Jadi, kita yang akan menyiapkan segala-galanya? Jangan bercanda," kata Renji tiba-tiba, mengalihkan topik pembicaraan ini. Mungkin dia melihat air muka Rukia. Ah, memalukan.

"Yahh, kita semua. Semua shinigami," jawab Nanao.

"Kapan festival itu? Aku tidak ingin ngelembur kalau ternyata itu besok," Rukia angkat biacara. Dia mulai tertarik. Akhir-akhir ini dia terlalu pusing dan lelah menjalankan semua misi. Mungkin dia butuh refresing.

"4 purnama lagi kalau tidak salah, harus saat purnama."

Masih lama sekali. Mereka mengehela napas lega. "Tapi kita juga harus menyiapkan semuanya mulai sekarang, ingat, seluruh roh akan berkumpul di sini untuk festival itu. Kalian tidak akan mengira berapa makanan dan hal yang lain yang perlu disiapkan. Mengerti?" tekan Nanao.

"Kayak aku peduli saja, kenapa kau tidak menyuruh orang-orang divisi-4 saja?" kata Yumichika enteng.

"Unohana-taichou tidak akan mempunyai banyak waktu untuk menyurh ini-itu anak buahnya. Lagi pula semua shinigami harus ikut mempersiapkan ini. Kau pikir saiapa lagi kalau bukan kita yang mengarahkan mereka semua?" Nanao bersikeras mempertahankan kita-semua-harus-bekerja. Sebentar lag pasti akan ada konflik dan perdebatan lebih hebat dan menguras napas. Rukia bakal pusing mendengarnya.

"YAHHH! Semua sudah tercapai mufakat, kita hanya perlu menyuruh. Jadi, hari ini selesai 'kan? Semua sudah tahu apa itu festival pensucian roh. Bolehkah aku melanjutkan tidurku di futon yang empuk?" teriak Kira sambil menguap. Semua orang bergumam membenarkan.

"Okey, terimakasih bantuan kalian hari ini!" teriak Rangiku riang sambil membungkukan badan dan berlalu pergi. Semua mulai bubar sambil berbincang-bincang. Selalu seperti ini, kadang Rukia sangat senang kalau sudah berkumpul dengan mereka di rapat. Apalagi rapat yang tidak bermutu, seperti rapat ini misalnya. Selalu saja ada hal yang mereka bicarakan, mereka diskusikan. Hal-hal seperti itu akan membuat mereka lebih terbuka, lebih mengerti dan berusaha memecahkan masalah bersama-sama. Terkadang mereka mencapai mufakat, tapi lebih sering berdebat. Tapi menyenangkan rasanya, punya banyak teman yang setidaknya bisa kau ajak bicara. Senang. Hehe.


Dia berjalan keluar, mendahului Renji yang sepertinya sedang dibujuk untuk ikut minum-minum dengan Hisagi malam ini. Rukia tertawa ketika melihat Renji terpeleset saat dibisiki sesuatu oleh Hisagi, paling hal mesum. Wajahnya Renji sampai merah padam begitu saat terjatuh. Dia malu mungkin? Plak! Seseorang baru memukul kepalanya dari belakang. Rukia menggeram, "Apa yang kau lamunkan sampai tersenyum sendiri, bodoh?"

Rukia cemberut, dia lebih memilih berjalan mendahuluinya. Orang itu tertawa pelan, dia mengikuti Rukia yang menyusuri jalan ke arah divisinya. Rukia lebih memilih diam, bukanya mengarah ke tempat divisinya, dia malah berbelok. Toh ini adalah akhir pekan, buat apa ke divisi, hanya akan mendapat kerjaan yang tidak penting. Ukitake juga tidak akan memaksanya bekerja jika dia tidak mau.

Rukia hanya mengikuti langkahnya, tanpa sadar dia keluar Soul Society. Keadaan luar biasa ramai, dia harus berdesak-desakan dengan orang-orang. Sebuah tangan menggenggamnya, dan menariknya keluar kerumunan, mengajaknya bershunpo agar semuanya lebih efisien. Menerjang angin musim gugur yang membuat rambut panjang Rukia berantakan. Aroma dedaunan menyibak pikiranya, khas sekali, harum akan ketenangan.

Mereka berhenti di sebuah tepi tebing tinggi. Bau rerumputan begitu menyengat, bercampur hawa musim gugur yang membuatmu mengantuk. Rukia mengambil napas dalam, kemudian menghembuskanya luar biasa panjang.

"Jangan mendesah, aku tidak sedang menculikmu."

Rukia menoleh, orang itu sudah duduk bersila di bawah pohon yang sedang sibuk meranggas. Rukia baru mendengus, tapi akhirnya dia ikut duduk bersama orang itu.

"Kalian habis rapat apa sih?" tanya orang itu penasaran.

"Rahasia," jawab Rukia dengan mengeja kata itu sambil menjulurkan lidahnya. Orang itu tampak sebal, dia menarik kedua pipi Rukia hingga melar. Setelah beberapa pukulan balasan sana-sini, akhirnya Rukia membuka mulut untuk bicara.

"Hih! Sudah, hentikan Ichigo! Jangan menekan kepalaku seperti anjing!," Rukia menyingkirkan tangan besar Ichigo dari kepalanya, sambil menata kembali rambutnya dia menlanjutkan. "Kurasa para kapten tentu sudah tahu, festival hm?"

Ichigo tampak berpikir keras sampai alisnya tambah berkerut, "Uh-oh, pensucian roh! Hebat sekali aku bisa mengingat kata-kataku sendiri saat pertama kali menjadi kapten!" serunya bangga.

Mengingat sebenarnya bukanlah hal yang patut dibanggakan, tapi kalau Ichigo Kurosaki yang berhasil mengingat hal sepele macam itu, perlu diberi applause. Rukia tertawa kecil sambil bertepuk tangan, "Hey, ingat kau baru beberapa tahun menjadi kapten divisi-5. Kau pantas mendapatkan pujian telah mengingat hal itu," kata Rukia.

Mata Ichigo menyipit, "Heish, mana mungkin kapten secerdas diriku gampang pikun. Aku tidak sebodoh dirimu, cebol."

Rukia menendang pipi Ichigo sampai terjungkal. Ichigo mengaduh sambil memegangi pipinya yang memerah, "Aduuh, baik-baik. Oh iya, tadi kami juga kumpul sebentar lho," kata Ichigo tiba-tiba berseri.

Rukia meliriknya, "Jadi, apa istimewanya itu?"

"Tidak ada, cuma hari ini kupikir Thoushiro lebih tinggi sedikit."

Haha, Rukia memukul kepala Ichigo lagi. "Serius sedikit, bisa?"

Ichigo tersenyum, "Ada misi untukmu," kata Ichigo.

"Lagi? Apa aku satu-satunya shinigami yang bisa disuruh-suruh?"

"Hey hey, jangan begitu. Ini membutuhkan shinigami berelemen es. Kau dan––––"

"Hitsugaya-taichou?" potong Rukia. Jangan katakan 'ya, siapa lagi' Ichigo, Rukia tidka mau, Rukia tidak mau!

Ichigo mengangkat bahu, "Ya, siapa lagi."

Rukia mengerang keras sekali, Ichigo kaget mendengarnya. "Jangan seperti kucing! Kenapa sih? Apa Thousiro sejelek itukah sampai kau seperti lebih memilih mati daripada bersamanya?" tanya Ichigo.

Rukia tidak menjawabnya, tidak akan menjawab alasan sebenarnya kenapa Rukia begitu tidak menginginkan misi bersama taichou pendek satu itu. Itu karena…

"Hoy, Rukia!"

Rukia mengerjap. Ichigo tampak heran melihatnya, tapi sepertinya dia memilih untuk tidak begitu menekan Rukia jika tak ingin kena tendang. "Sebenarnya, ini berhubungan dengan festival itu,"

"Aku mendengarkan," Rukia mendekat pada Ichigo. Rukia menatap matanya dalam, entah mengapa dia selalu lebih nyaman untuk menatap mata Ichigo ketimbang melihat mulutnya bergerak.

"Tapi ini sebenarnya adalah kabar angin yang kami terima, sepertinya akan ada pihak memanfaatkan festival ini."

Rukia semakin mendekat, "Memanfaatkan untuk apa?"

Ichigo menatapnya tajam, "Perang, mungkin?"

"Pihak mana yang sedang kita bicarakan?"

Ichigo mendesah, dia menatap kejauhan ke arah Soul Society. "Quincy, kejutan bukan?"

Rukia hampir tidak percaya, quincy? Mereka terlalu punah walaupun itu hanya untuk menunjukan hidung mereka. Mereka terlalu sedikit, bagaimana bisa mereka menginginkan perang dengan shinigami?

Tak perlu Rukia membuka mulut untuk bertanya, hanya dari air muka Rukia sepertinya Ichigo sudah bisa menebak apa yang gadis itu pikirkan. Mereka sudah cukup lama bersama, sudah cukup untuk mengetahui dasa-dasar kepribadian masing-masing. Rukia memang mengenal Ichigo 10 tahun yang lalu, tapi hanya beberapa bulan saja, entah bagaimana Rukia bisa sebegitu menaruh kepercayan pada orang itu. begitu mudahnya Rukia mempercayai orang itu, dia selalu percaya pada segala sesuatu tentang Ichigo. Perkataanya, perasaanya, bahkan tatapan matanya. Hal yang pertama kali menarik perhatianya ketika Rukia baru pertama kali bertemu denganya, adalah tatapan matanya yang tajam itu. hingga dia bisa memasuki Seireitei, tidak banyak orang yang percaya pada seseornag berambut mencolok dan bertampang bodoh itu mempunyai kekuatan spriritual yan luar biasa besar.

Sampai akhirnya dia berhasil mencapai kedudukanya sekarang ini, sebagai kapten divisi-5 , setengahnya adalah karena kekuatanya sendiri dan setnegahnya lagi adalah dukungan Rukia. Sial, kalau thau Ihcigo bisa sehebat ini sekarang dan menjadi kapten, dulu lebih baik Rukia menyuruhnya jadi wakil kapten saja ya.

"Hey, dengarkan aku Rukia. Kau pasti ingin tahu seberapa banyak quincy yang jahat ini 'kan? Jawabanya adalah kami tidak tahu. Tapi hampir mungkin kalau quincy ini dari masa lalu, kakek tua itu tak mau bicara lebih dna marah-marah begitu aku memojokanya untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Yahh, tapi Quincy ini kemungkinan besar akan bergerak pada festival itu. Bergerak dalam jumlah yang tak sedikit tentunya," Ichigo mengehela napas panjang. Dia menatap Rukia, kini pandanganya melembut. Rukia malah menjadi risih, dia menunduk.

"Hey lihat aku saat aku bicara padamu," perintah Ichigo. Dia menyentil keras dahi Rukia.

"Duh! Apa-apaan sih!" sakit. Huaa, dahinya pasti berwana merah. Rukia mengelus dahinya seperti anak kecil. Ichigo tertawa, dia menyibakan rambut Rukia dan memeriksa dahinya.

"Bagaimana bisa sih," katanya. Dia mendorong kepala Rukia, "kepala kosong seperti ini," lanjutnya lagi. Dia mendorong kepala Rukia lagi, gemas. "Membuatku khawatir walau hanya terluka sedikit," akhirinya. Ichigo meniup bekas merah di dahi Rukia lembut. Rukia memejamkan matanya, apa-apaan ini? Ichigo jarang sekali bersikap menyenangkan seperti ini. Malah rasanya jadi aneh. Rukia merasa agak malu.

Ichigo tertawa pelan lagi, kemudian mengacak-acak rambut Rukia. Rukia cemberut, "Apa kau sedang dalam mood yang baik? Kau membuatku takut," kata Rukia mengejek.

"Hmm, tidak juga. Ah! Kau tahu, Inoue akan melakukan seleksi menjadi shinigami minggu depan. Kurasa dia pasti msuk divisi-4, bagaimana menurutmu?"

Rukia agak bingung dengan arah pembicraan yang berubah tiba-tiba, tapi dia senang mendnegarnya. Orihie Inoue, dia pasti akan menjadi shinigami. Dia berusaha sangat keras untuk mempunyai reiatsu yang cukup dan kemampuan yang handal untuk menjadi shinigami. Dia adalah orang yang dikenal Ichigo di Soul Society secara tak sengaja. Dan Inoue tampaknya bersikap seperti benar-benar wanita ketika di depan Ichigo. Diapun mengenal Rukia, Ichigo yang mengenalkan mereka berdua.

"Divisi-4? Kupikir itu memang bidangnya," jawba Rukia sambil tersenyum. Dia pasti akan senang sekali kalau Inoue menjadi shinigami. Akan bertambah satu lagi teman yan bisa kau ajak bicara. Yah, sejauh ini, hanya itulah yang dipirkan Rukia kalau Inoue berhasil menjadi shinigami. Dia masih belum memikirkan hal lain, atau misalnya kenapa Inoue ingin menjadi shinigami.

"Ya kau benar. Ah ya ampun! Aku lupa misimu!"

Rukia diam saja, apapun yang Ichigo katakana, Rukia akan tetap merasa gusar kalau harus bersama Hitsugaya.

"Kau, dan Thoushiro akan ke gunung tertinggi Soul Society."

Hening. "Kau menyuruhku berkemah dengan Hitsugaya-taichou? Kau pikir ini akan romantis, huh!?"

"Bukan bodoh, hanya cari tahu saja tentang keberadaan quincy itu."

"Dia ada di gunung itu?"

"Sepertinya,"

"Dan kenapa harus bersama Hitsugaya-taichou?"

"Kau ingi pergi bersama aku saja, iya?"

"Iya," jawab Rukia. Dia tidak bisa menutupi wajahnya yang mulai memerah jika harus membicarakan Hitsugaya.

Rukai tidak melihat ekspresi Ichigo begitu mendengarnya, padahal Ichigo hanya bercanda. Dia berdehem keras, mengembalikan suaranya. "Sudahlah, itu karena gunung itu adalah gunung salju. Kau dan Thousiro paling cocok untuk ini. Lagipula, Thousiro pasti akan menjagamu. Jangan khawati, kau tidak akan diterbangkan oleh badai salju."

Rukia memukul bahu Ichigo, Ichigo tersenyum. Mau tak mau Rukia juga. "Ngomong-ngomong, karena misi itu minggu depan, jadi mari kita pulang. Aku lapar~" rengek Ichigo. Rukia menatapnya, Ichigo yang seperti ini, hanya dia tunjukan kalau sedang bersama dengan Rukia. Rukia tersenyum, kemudian tiba-tiba dia mempunyai ide. Dia berdiri begitu cepat hingga membuat Ichigo terjungkal, lalu mulai memunguti daun-daun merah yang berguguran.


Renji merasa tubuhnya gatal-gatal. Dia bangun, dan ternyata sudah hampir malam. Panas saja dia gatal-gatal karena seharian belum mandi. Dengan langkah gontai dan wajah sekarat, Renji berjalan ke arh lemari untuk mengambil handuk. Renji menggeser pintu, dan…

Bruuuukkk~

Uhuk! Uhuk! Renji memuntahkan beberapa benda yang terasa gatal di mulutnya. Renji marah-marah sendiri , dan begitu melihat benda apa yang memenuhi baju hingga bokongnya sekarang, dia menyesal mengerjai Rukia tadi.

Daun. Brengsek.

TBC

RnR?

Gimana? gimana? gimana? gimana? gimana-*bacok. saya maluuu nih, pokoknya review biar saya tahu gimana pendapat kalian! Bye~ :D