Kazusa : Datang lagi dengan London Bridge yang sudah lama tak muncul bak ditelan bumii!(hiraukan) Sekarang Kazusa mau buat cerita tentang ballet, jadi please enjoy!


Disclamer :Tite Kubo

Ballerina Love Story


Hallo aku Kuchiki Rukia, sekarang aku sedang berada di tempat di mana aku belajar menjadi ballerina, walau aku sudah mau lulus, guruku masih saja hobbi mengatakan, "Rukia! Kakimu masih kaku…" tetapi aku tidak menyerah.

Aku sedang beristirahat dari latihan beratku oleh guruku Nanao, melihat ke arah para senior, terlihat disana ada senior Hitsugaya, hihi… orang yang diam-diam aku taksir, senior Kurosaki, dan senior Abarai, senior yang seneng banget ngusilin aku, menikmati kali ya mereka? Yah, mereka bertiga itu, murid kebanggaan sekolah balletku, mereka membawa banyak mendali atas bakat mereka, ck…

Yang perempuan? Ga ada, karena senior-seniorku yang perempuan tidak ada jadwal pada hari Jum'at ini. "Ru… ki... aaa!" suara sahabatku Hinamori Momo menggema di kupingku saat ini.

"Ada apa Momo?" tanyaku menghadap ke arahnya.

"Bengong aja sih… ngliatin dia yaa?" tanayanya dengan nada menggoda, sambil menyenggol lenganku.

"Enggak, yeh! Ngapain ngeliatin dia? Kaya kurang kerjaan aja!" kataku berbohong, "Terus apa?" tanyanya.

"Itu, bar lessonnya para senior kok bagus banget ya? Kayanya lebih mengkilap daripada punya kita…" jawabku dengan alasan seadanya.

"Alah! Alasan aja!" jawabnya yang membuat kami berdua tertawa.

"Huaaa!" tiba-tiba ada suara berat dari belakangku yang membuatku teriak kaget, pasti senior Kurosaki dan senior Abarai.

"Senior!" suaraku meninggi saat mereka tertawa lepas dibelakangku, apa lucunya sih? Aku ga memikirkan kalau itu sopan atau tidak, aku sudah biasa seperti ini kepada dua senior usil ini.

"Bercanda aja sih! Latihan sana! Dasar junior pemalas!" kata senior Kurosaki dengan nada mengejek.

"Apa sih tujuan senior kesini? Ini kan waktunya istirahat!" sahutku tak segan.

"Tentu saja ada, mulai jam ini sampai lrihan besok, kami berdua, dengan Toushiro akan menjadi gurumu, haha…" kata senior Abarai, "Senior bohong ya?" tanyaku melampiaskan rasa penasaranku.

"Ih! Ga percaya, coach kan sedang ada urusan ke luar, ketahuan ya, tadi ga ikut ngumpul…" kata senior Abarai dengan nada yang membuatku jadi makin jengkel.

"Mati aku…" gumamku sambil menepuk dahiku, sedangkan Momo masih melongo aja.

"Ya, sekian latihan dari kami…" kata senior Hitsugaya menutup latihan hari ini, semuanya pun bubar ketika mendengar kata-kata itu, kecuali aku, aku diam di tempat dulu untuk tersenyum.

"Akhirnya selesai juga." Gumamku lalu beranjak berdiri.

"Kuchiki, kamu ga pulang?" tanya senior Hitsugaya heran.

"Aku menunggu dijemput supir… senior kalau mau pulang, pulang aja." Jawabku dengan gugup, senior Abarai dan senior Kurosaki malah menyahuti kami.

"Prikitiew! Ahai! Terima aja Kuchiki, ga nyesel kok pacaran sama Hitsugaya!" sahut senior Kurosaki yang disambut dengan tatapan tajam yang berasal dari mataku, udah main nyambung, ga nyambung lagi.

"Apa, lagi?" sahutku dengan nada sini, mereka memang ga jelas, emang aku ditembak senior Hitsugaya apa.

"Hiraukan saja mereka, aku pulang ya…" katanya yang membuatku mengangguk dan tersenyum.

Pada saat senior pulang senior Abarai dan Kurosaki menghampiriku, "Hei! Kamu naksir ya sama dia?" tanya senior Abarai yang membuatku tercengang.

"Eng-enggak senior ngomong apa sih?" tanyaku dengan sedikit gugup.

"Kamu tadi ga berani natap matanya Toshiro, ayo ngaku!" kata senior abarai yang membuatku semakin terpojok.

"Enggak! Emang kenapa sih kalau aku ga berani natap matanya dia… kan perlu sopan santun." Jawabku.

"Aih! Sopan santun, sama kita kok ga kaya gitu ya? Menurut buku yang aku baca itu tuh tanda kalau orang lagi jatuh cinta…" kata senior Kurosaki bijak.

"Jatuh dari tempat tidur kali!" jawabku sambil meninggalkan mereka, kalau tidak urusannya bisa panjang ini.

"Nyebelin banget dia, sekarang." Samar-sama aku dengar suara kedua senior itu, aku hanya tersenyum.


Keesokan harinya di tempat latihan ballet…

"Kuchiki! Hinamori!" senior Kurosaki menanggil nama aku dan Momo dengan muka serius, tak lupa ditemani oleh kerutan di dahinya, kamipun mengangkat tangan menanggapinya.

"Swanilda adalah peran, salah satu dari kalian." Kata senior Kurosaki tersenyum, aku kaget jelas, aku ga pernah kepilih jadi nominasi peran utama,apalagi peran utamanya, biasanya Momo yang kepilih, semuanya menatap kami berdua dan bertepuk tangan.

"Kita bersaing ya Rukia." Kata Momo sambil menjulurkan tangannya.

"A-ah? Iya…" aku mengangguk dengan rasa yang tidak percaya, pasti aku kalah.

"Kalian berdua, ke ruangan sebelah, nanti kalian akan dipilih oleh Renji dan Toushiro!"kata senior Kurosaki semakin menajamkan matanya, sedangkan aku mau terpesona dengan mata hazelnya, Momo malah menarikku ke ruangan sebelah.

Di ruangan sebelah, sangat kosong, hanya berisi senior Hitsugaya, dan Abarai, ditambah aku dan Momo yang baru saja memasuki ruangan.

"Silahkan duduk…" kata senior Abarai mendorongku, aku merasa sangat risih, jelaskan? Bagaimana tidak risih, Momo diperlakukan lebih baik dari pada aku.

"Pertama-tama aku mengucapkan selamat kepada kalian karena telah dipilih oleh Nanao-sensei. Kedua, kalian menarilah sepuas hati kalian, dan saat kalian menari, kami akan menilai…" jelas senior Hitsugaya dengan duduk anggunnya, aku senang, akhirnya aku bisa menari menurut perasaanku.

"Betul itu, kalian bisa memilih lagunya disana." Senior Abarai menunjuk deretan tempat CD beserta pemutarnya.

Pertama-tama Momo, dia begitu lihai dengan bakatnya yang luar biasa itu, sebenarnya aku sudah yakin kalau aku akan kalah dalam persaingan ini, karena lawanku adalah Momo, murid yang mempunyai nilai sempurna dalam angkatanku.

Aku? Aku menari sebagai Odette, aku pilih Odette karena aku ini seperti Odette, tetapi bukan yang bagian dijemput pangeran, tetapi bagian yang dikutuk menjadi angsa, dan hanya bisa berubah lagi ketika matahari terbenam. Aku menumpahkan semua perasaanku pada tarian ini, aku bahkan menggunakan Mime dalam tarian ini, aku tak peduli tanggapan orang terhadapku, menari bebas adalah hal yang jarang kulakukan.

Aku menutup mataku selama menari, sangking gugupnya attitude yang kulakukan pada saat-saat terakhir menjadi tidak sempurna, dan saat itu aku semakin yakin kalau aku akan semakin kalah dalam persaingan ini, tetapi kenapa aku jadi menonjolkan rasa pesimisku seperti ini?

"Waw!" suara Momo terdengar seperti tercengang ketika aku melakukan gerakan penutup.

"Kamu benar-benar menari dengan perasaan ya? Indah sekali tarianmu…" kata senior Abarai yang membuatku tercengang.

"Ya! Aku sudah rekam , akan kuberikan kepada Nanao-sensei, dan kalian akan mengetahui jawabannya besok." Kata senior Hitsugaya menutup perekam yang sedaritadi dipegangnya.

"Aku yakin, kamu pasti kepilih Rukia…" kata Momo menepuk pundakku sambil tersenyum.

Kenapa semuanya bilang tarianku bagus…

To be continued


Kazusa : Huh! Akhirnya selesai juga chapter satu…

Luna : Apa kamu? Bikin fic, ga bilang main publish aja….

Kazusa : Ih! Kan… (ga bisa jawab)

Kazusa : Ok! Aku jelaskan kepada semuanya, bahwa fic ini akan menjadi fic yang cukup panjang. Mungkin chapter satu belum keliatan romance dan humornya, karena ini hanya sekedar prolog, chapter dua, akan Kazusa tingkatin.

Luna : Halah! Anak kecil nulis romace, ga boleh itu….

Kazusa : Baiklah, sekian dulu dari Kazusa, karena Kazusa mau berdebat dengan Luna, please Review yaaa?