Chasing Da Sun

Disclaimer: Suzanne Collin's

Pairing: Primrose Everdeen

Rated: T

Summary: Katniss Everdeen tidak mengajukan diri untuk menggantikan posisi adik kecilnya di The Hunger Games ke-74. Bagaimana Prim yang rapuh akan bertahan?

Warnisng: OOC, gaje, freak, miss typo(s), bertele-tele, dkk.

RnR Please?

Prim's POV

Aku bergelung di matras tua ini. Mataku terbuka lebar dan aku yakin mereka bersinar di bawah terangnya bulan.

Buttercup, kucing malang yang kutemukan beberapa tahun lalu, bergelung di kakiku.

Katniss, kakakku, masih tertidur pulas di sebelahku. Aku berbeda jauh dengannya. Ia berambut cokelat gelap dan jago berburu.

Aku berambut pirang dan tidak pandai berburu, seperti ibuku. Aku berumur 12 tahun dan namaku adalah Primrose Everdeen. Katniss biasa memanggilku Prim.

Kami tinggal di Distrik 12. Distrik termiskin di Capitol, Panem. Dulu ada 13 Distrik namun distrik tersebut sudah dihancurkan. Dan di sinilah aku, bergelung cemas menunggu pagi menyongsong.

Pagi datang. Aku segera membangunkan ibuku. Di sebelah kananku tidak ada orang. Katniss pasti sudah pergi berburu subuh tadi. Aku berjalan kaku menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk hari ini.

Katniss sudah pulang, membawa sup kambing. Pasti dari Mrs. Greasy Sae dari Hob. Itu memang ilegal, tapi mau bagaimana lagi.

Aku duduk di salah satu kursi makan dan mencoba untuk tetap memakan makananku yang enak ini. Makananku terasa pahit dan jantungku berdegup kencang. Ingin sekali aku memuntahkan semuanya.

Aku tau penyebabnya. Hari ini adalah Hunger Games ke-74. Hunger Games adalah 'permainan' Capitol yang dibuat untuk para anak-anak umur 12 sampai 18 tahun dari Distrik Satu sampai Dua Belas. Hunger Games bertujuan untuk membunuh ataupun dibunuh.

Aku sudah bisa menjadi salah satu tribut perempuan kali ini. Aku sudah cukup umur untuk ini. Aku hanya tak yakin apa aku akan dipilih atau tidak. Aku tak ingin dipilih. Jika aku dipilih, aku pasti tak akan bisa bertahan lebih dari 10 menit. Aku lemah. Aku rapuh. Seperti yang dikatakan Katniss.

Ibuku mengepang rambut Katniss dan memberikan baju terusan biru terbaiknya. Ia terlihat sangat cantik.

"Kau sangat cantik," aku bergumam. "Aku harap aku terlihat sepertimu," lanjutku.

Katniss mendesah lalu berjalan ke arahku sambil tersenyum. Ia berlutut di hadapanku dan mengusap lembut pipiku, "Kau cantik, Prim. Kau cantik dengan caramu."

Aku tersenyum mendengarnya. Katniss memang cantik. Aku memakai kemeja putih dan rok abu-abu polos. Rambutku dikepang dua. Dan aku memakai sepatu fantofel hitam.

"Ayo, Prim," ajak Katniss sambil menggadeng tanganku, yang pasti sudah basah. Aku berjalan kaku mengikutinya. Lalu di tengah jalan menuju pemeriksaan darah, itu untuk mengetahui apa kau cukup umur atau tidak, aku tersentak takut dan tak mau berjalan.

Katniss langsung memegang pundakku, "Prim, tak apa. Itu tak sakit. Berikan jarimu dan hanya menggigit sedikit. Itu tak apa, oke?" Aku mengangguk pasrah.

Aku sampai di pemeriksaan darah. Seorang Penjaga Perdamaian berkata tegas, "Berikan jarimu!" Aku terdiam. "Berikan!" Ucapnya lebih tegas. Aku memberikan jari telunjukku. Ia menusuk tanganku dan aku tersentak. Setetes darahku ditaruh di kertas. Lalu sebuah pemindai memindai darahku dan lampu warna hijau menyala.

Aku disuruh pergi ke arah kanan dan berbaris dengan anak-anak perempuan berumur 12 tahun lainnya. Aku mengepalkan tanganku tegang. Namun aku teringat perkataan Katniss semalam.

"Prim, kau tak akan terpilih. Ini tahun pertamamu, oke?" Ucapnya, menenangkanku. Tapi, tetap saja aku tak tenang. Aku memintanya tidur di sebelahku jika tiba-tiba aku terbangun karena mimpi burukku tentang Hunger Games.

Aku membuka mataku lebar dan mengatupkan gigiku rapat-rapat ketika seorang dari Capitol dengan wig keriting pirang dan baju berwarna merah muda terang.

"Selamat pagi! Selamat hari Hunger Games ke-74! Semoga keberuntungan terdapat di pihakmu selalu!" Serunya.

Tak ada yang bertepuk tangan. Hening. Siapa yang senang dengan The Hunger Games ini?

"Baiklah, sudah siap? Wanita lebih dulu!" Ucap Effie Trinket, itu namanya. Perempuan itu berjalan menuju sebuah bola kaca besar berisi kertas-kertas yang salah satunya akan diambil untuk menjadi tribut perempuan di The Hunger Games ke-74 ini.

Effie mengambil sebuah kertas dan membukanya. Aku sebenarnya lebih berharap bukan nama Katniss, aku tak ingin kehilangannya.

Dan memang. Memang bukan nama Katniss.

Tapi Primrose Everdeen.